Sudah merupakan tradisi para orangtua di Suku Kreungs untuk membuatkan gubuk cinta bagi anak perempuan mereka yang sudah berusia 15 tahun.
Pria yang belum menikah diperbolehkan mengunjungi gubuk ini dan bermalam di dalamnya bersama si anak perempuan tersebut. Jika si anak perempuan tidak menyukai pria yang mengunjunginya, mereka hanya akan bercakap-cakap sampai tertidur. Jika si perempuan menyukai pria yang mengunjunginya, mereka diperbolehkan untuk berhubungan intim.
Bila hubungan ini terus langgeng, mereka bisa menikah dengan laki-laki yang dipilih. Bila tidak langgeng, sang perempuan tinggal menunggu laki-laki lainnya yang datang untuk menjalin hubungan dengan mereka.
Tradisi ini memang mengejutkan. Tapi ini adalah cara bagaimana Suku Kreungs menangani putri remaja mereka. Di zaman sekarang, di mana angka perceraian dan perkosaan semakin tinggi, Suku Kreungs tidak pernah mengalami kasus perceraian dan pemerkosaan masyarakat.