8 Hal Seru ‘Upacara Bendera’ Masa SD, Pernah Jadi Petugas Gak?

Saat mengikuti upacara bendera, setiap murid biasanya memang diwajibkan memakai seragam rapi lengkap dengan segala atributnya. Selain memakai seragam yang bajunya dimasukkan ke dalam celana, murid SD pun diharuskan memakai topi dan dasi. Bahkan, badge dan lokasi sekolah pun harus terpasang rapi di beberapa sisi seragam.

Yang tidak memiliki topi dan dasi biasanya akan meminjam dari tetangga atau kerabat yang sudah tidak terpakai lagi. Namun, ‘harus’ bukan berarti tanpa dispensasi. Murid-murid yang benar-benar memakai seragam ‘polos’ pun tetap bisa mengikuti upacara bendera dengan khidmat, asalkan pakaiannya rapi dan santun.

Sudah pasti, setiap perwakilan dari tingkat kelas harus mengirimkan wakilnya untuk menjadi petugas upacara bendera. Selain petugas bendera, ada pula petugas pembaca doa, pembaca ‘Pembukaan UUD’, pembaca doa, pemimpin upacara, dan dirigent.

Sehari sebelum menjadi petugas upacara, wakil-wakil kelas tersebut biasanya akan melakukan latihan upacara selepas pulang sekolah. Jika belum cukup dan belum terlatih, latihan upacara bendera bisa dilanjutkan setelah Ashar hingga menjelang Maghrib.

Petugas pengibar bendera pada setiap upacara bendera biasanya terdiri dari tiga orang murid. Satu murid yang berdiri di tengah-tengah membawa bendera hingga ke depan tiang bendera dengan diapit dua murid lainnya. Dalam perjalanan dari dan ke tiang bendera, dua orang murid di samping kiri dan kanan biasanya akan melakukan gerakan bak robot.

Niatnya sih melakukan gerakan baris-berbaris, namun karena gugup berada di depan para murid biasanya gerakan mereka terkesan kaku dan lebih mirip dengan gerakan robot.

Saat upacara bendera, pasti akan saja ditemukan murid-murid yang tiba-tiba pingsan di tengah-tengah kegiatan. Bisa disebabkan karena tidak kuat menahan sengatan matahari atau tidak sempat sarapan di rumah sebelum berangkat sekolah.

Mengisi perut sebelum berangkat sekolah memang diperlukan agar nanti saat belajar di sekolah bisa mengikuti pelajaran dengan nyaman dan aman. Pelajaran pun akan mudah masuk dalam pikiran karena sarapan ternyata bisa meningkatkan konsentrasi juga lho.

Di setiap kelas, biasanya ada murid-murid yang berminat menjadi ‘dokter kecil’. Dokter kecil biasanya memiliki tugas-tugas yang berhubungan dengan kesehatan para murid di sekolah. Bisa berjaga-jaga saat upacara bendera, membawa murid yang pinsan ke ruang UKS, sampai mengobati dan memberikan perawatan sederhana kepada murid-murid yang merasa tidak enak badan.

Anggota ‘dokter kecil’ biasanya ikut juga dalam kegiatan ekstra kurikuler Palang Merah Remaja (PMR).

Saat pengibaran bendera, akan selalu saja ‘insiden-insiden’ kecil yang terjadi ketika upacara bendera. Insiden-insiden kecil itu biasanya berupa: tali bendera yang nyangkut di tiang, kerekan tiang bendera yang macet, atau bisa juga keadaan bendera yang terbalik. Seiring dengan intensnya latihan, insiden-insiden kecil itu perlahan namun pasti bisa teratasi dan kegiatan upacara bendera pun bisa berjalan baik dan lancar sebagaimana mestinya.

Konsekuensi akibat datang terlambat ke sekolah adalah ikut upcara bendera di luar pintu pagar sekolah bersama murid-murid lainnya. Meski berada di luar pintu pagar, bukan berarti mereka bisa bebas pergi ke sana-sini karena murid-murid yang terlambat ini diawasi oleh penjaga sekolah.

Tugas penjaga sekolah yang biasanya berkumis lebat ini biasanya akan mencatat nama-nama murid yang terlambat dan menjadi penilaian tersendiri bagi wali kelas ketika berada di dalam kelas saat kegiatan belajar-mengajar.

Dalam keadaan berbaris ‘istirahat di tempat’ dengan melebarkan kedua kaki dan tangan yang berada di belakang, murid-murid biasanya akan mendengar wejangan dari pembina upacara. Pembina upacara biasanya diisi oleh guru atau wali kelas secara bergantian, pejabat pendidikan, kepolisian, meski lebih banyak dilakukan oleh kepala sekolah.

Ketika memberikan petuah dan wejangan, murid-murid biasanya akan mendengarkan dengan seksama. Bukan hanya itu, petuah-petuah sederhana itu bisa menjadi nasihat berguna dalam kehidupan mereka di masa depan nantinya.

Semangat nasionalisme tetap harus tertanam dalam hati agar tidak dicekoki budaya negatif dari luar.