Semua ini mulai membuatku gila, begitu mudahnya semesta mengingatkan aku tentang kamu, tentang kita. Seolah menolak lupa, isi kepalaku mulai sesak dengan ribuan memori tentang kisah cinta kita. Sesekali ingatanku mengajakku ke hari dimana pertama kali kita bertemu, kau menjabat tanganku lalu memperkenalkan diri siapa namamu. Dengan memesan kopi hangat kesukaanmu, kita berdua larut dalam perbincangan di sebuah kedai kopi pada suatu sore menuju senja.
Secara acak ingatanku kembali memikirkan hari-hari yang berlalu saat masih bersamamu, tentang puluhan cangkir kopi yang kita bagi berdua, tentang gelak tawa saat saling bercanda, dan tentang ratusan perjalanan untuk meniadakan jarak, hingga yang paling menyebalkan saat kita harus berdebat dan meributkan tentang rindu-rindu yang terpaksa dipendam karna tak pernah bertemu.
Iya, semua ini memang tentangmu. Tentang kamu yang tak lagi menjadi milikku, tentang kamu yang memilih berlalu meninggalkanku. Tentang kita yang dipisahkan jarak, bukan karena tak setia atau karena orang ketiga, tapi karena kita yang tak lagi punya perpanjangan waktu, karena kita yang tak lagi bertahan dan memilih untuk saling merelakan. Ini semua memang tentang aku dan kamu yang tak lagi menjadi kita.