Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
still cut drama Korea Don't Call Me Ma'am
still cut drama Korea Don't Call Me Ma'am (instagram.com/tvchosuninsta)

Intinya sih...

  • Gu Ju Young hidup dalam dilema antara perfeksionisme dan kebutuhan untuk didukung, membuatnya terlihat kuat di luar tetapi rapuh di dalam.

  • Ia merasa jauh dari keintiman dalam pernikahan yang terasa hampa, menunjukkan bahwa diam dan jarak emosional bisa merusak perlahan.

  • Dilema Gu Ju Young antara keinginan memiliki anak dan realitas pernikahannya mencerminkan tekanan banyak perempuan usia matang yang ekspektasinya semakin tinggi.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Dalam drama Don’t Call Me Ma’am, Gu Ju Young (Han Hye Jin) digambarkan sebagai sosok perempuan berkelas yang hidup dengan tampilan sempurna, karier teratur, rumah tangga stabil, dan kehidupan sosial yang tampak tanpa celah. Namun di balik citra elegan itu, drama ini membuka sisi paling rapuh dari Gu Ju Young, seorang wanita yang memikul beban emosional yang kerap tidak terlihat oleh siapa pun. Kisahnya terasa dekat dengan banyak perempuan dewasa yang berusaha terlihat kuat meski hatinya terus menyimpan gejolak.

Gu Ju Young menjadi karakter yang mencerminkan dilema-dilema emosional yang sering dialami perempuan usia 40-an, antara tuntutan peran, ekspektasi masyarakat, dan kebutuhan pribadi yang sering dipinggirkan. Melalui perjalanannya, drama ini menunjukkan bahwa bahkan kehidupan yang tampak “aman” pun bisa menyimpan pergulatan mendalam. Inilah lima dilema Gu Ju Young di Don’t Call Me Ma’am yang terasa begitu relate dengan kehidupan nyata.

1. Terjebak antara perfeksionisme dan kebutuhan untuk didukung

still cut drama Korea Don't Call Me Ma'am (instagram.com/tvchosuninsta)

Sebagai manajer perencanaan di sebuah pusat seni, Gu Ju Young terbiasa menjadi orang yang paling tenang, paling teratur, dan paling dapat diandalkan. Ia membangun citra diri sebagai perempuan yang tidak boleh salah.

Namun, perfeksionisme yang ia pertahankan justru membuatnya tidak bisa meminta bantuan, bahkan ketika ia sangat membutuhkannya. Dilema ini membuatnya hidup dengan dua wajah, terlihat kuat di luar, tetapi rapuh di dalam. Banyak wanita yang akan merasa relate, bahwa standar diri yang terlalu tinggi justru menjadi jebakan.

2. Mendambakan keintiman dalam pernikahan yang terasa jauh

still cut drama Korea Don't Call Me Ma'am (instagram.com/tvchosuninsta)

Gu Ju Young memiliki suami yang aseksual, tetapi kenyataan ini tidak pernah benar-benar dibicarakan secara terbuka di antara mereka. Ia mencintai suaminya, tetapi juga merasa tidak diinginkan.

Kesepian emosional yang ia alami bukan karena ia sendiri di rumah, tetapi karena ia tidak tersentuh secara batin. Dilema ini memperlihatkan bahwa pernikahan tidak selalu gagal karena pertengkaran, terkadang  justru diam dan jarak emosional yang merusak perlahan.

3. Di antara keinginan memiliki anak dan realitas pernikahannya

still cut drama Korea Don't Call Me Ma'am (instagram.com/tvchosuninsta)

Salah satu luka terbesar Gu Ju Young adalah keinginannya untuk memiliki anak, keinginan yang terus tertahan karena kondisi pernikahan yang tidak pernah ia suarakan. Drama ini memperlihatkan tekanan yang dirasakan banyak perempuan usia matang, usia bertambah, ekspektasi lingkungan menguat, dan waktu seolah semakin sempit. Dilema Gu Ju Young menjadi semakin berat karena ia ingin menjadi ibu, tetapi tidak ingin menjalani proses itu tanpa cinta atau kehadiran emosional dari pasangannya.

4. Menjaga citra karier sambil menyembunyikan kekacauan batin

still cut drama Korea Don't Call Me Ma'am (instagram.com/tvchosuninsta)

Sebagai profesional yang dihormati, Gu Ju Young selalu tampil rapi, tenang, dan berpikir jernih. Namun saat ia pulang, ia kembali menjadi perempuan yang memendam luka. Dilema ini mencerminkan realitas banyak perempuan bekerja yang harus menyembunyikan masalah pribadi agar tetap dianggap kompeten.

Gu Ju Young harus menutupi air mata sebelum meeting, menarik napas panjang sebelum memberikan presentasi, dan berpura-pura baik-baik saja. Momen-momen kecil inilah yang membuat kisahnya terasa dekat dengan kehidupan sehari-hari.

5. Antara menjaga pernikahan atau menjaga diri sendiri

still cut drama Korea Don't Call Me Ma'am (instagram.com/tvchosuninsta)

Konflik terbesar Gu Ju Young adalah memilih antara bertahan dalam pernikahan yang tenang tetapi hampa, atau mulai menyusun batasan baru demi dirinya sendiri. Drama ini menampilkan pergulatannya yang sangat manusiawi, takut menyakiti suami, takut dilihat egois, tetapi juga takut kehilangan dirinya.

Ia berdiri di antara kewajiban dan keberanian, antara loyalitas dan kebutuhan pribadi. Dilema ini menjadi simbol bahwa kematangan emosional bukan hanya tentang memberi, tetapi juga berani menerima bahwa kebahagiaan diri sendiri penting untuk diperjuangkan.

Pada akhirnya, dilema-dilema yang dihadapi Gu Ju Young memperlihatkan kompleksitas kehidupan perempuan usia matang dalam drama Don’t Call Me Ma’am. Kisahnya menjadi pengingat bahwa banyak hal yang tampak sempurna di luar sesungguhnya penuh perjuangan di dalamnya.

Melalui karakter Gu Ju Young, Don’t Call Me Ma’am menghadirkan potret perempuan yang belajar membuka luka-luka lamanya, menata ulang keberaniannya, dan perlahan menemukan makna baru dari kebahagiaan. Drama Don’t Call Me Ma’am membuktikan bahwa meski usia terus berjalan, perjalanan untuk memahami diri sendiri tak pernah benar-benar terlambat.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team

EditorInaf Mei