Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
still cut drama Korea Aema (instagram.com/netflixkr)
still cut drama Korea Aema (instagram.com/netflixkr)

Ku Jung Ho (Jin Sun Kyu) adalah pemilik rumah produksi Shinsung Picture dalam drakor Aema. Ia dikenal sebagai sosok yang sukses membangun bisnisnya setelah menggaet dan membesarkan nama Jeong Hee Ran (Lee Ha Nee).

Namun, di balik kesuksesan besar tersebut, Ku Jung Ho punya cara-cara licik dan tidak biasa dalam menjalankan bisnis perfilmannya. Inilah tujuh cara yang ia lakukan di drakor Aema.

1. Ku Jung Ho sering memproduksi film yang mendiskreditkan citra perempuan, menggambarkan mereka hanya sebagai objek sensual semata

still cut drama Korea Aema (instagram.com/netflixkr)

2. Sebagian besar film produksinya menonjolkan sensualitas dan seksualitas, karena ia percaya hal itu akan menarik penonton lebih banyak

still cut drama Korea Aema (youtube.com/@NetflixKorea)

3. Bagi Ku Jung Ho, ukuran kesuksesan sebuah film bukan pada kualitas cerita, melainkan sejauh mana film tersebut bisa merangsang penontonnya

still cut drama Korea Aema (instagram.com/netflixkr)

4. Ia menjadikan aktris-aktrisnya sebagai 'sapi perah' dengan kontrak yang merugikan dan tidak masuk akal

still cut drama Korea Aema (instagram.com/netflixkr)

5. Dengan dalih kontrak pula, Ku Jung Ho merasa bebas mengeksploitasi artisnya, baik secara profesional maupun pribadi

still cut drama Korea Aema (instagram.com/netflixkr)

6. Lebih parahnya lagi, ia bahkan ‘menjual’ artis-artisnya kepada para pejabat, demi mendapat keuntungan pribadi berupa uang maupun perlindungan

still cut drama Korea Aema (youtube.com/@NetflixKorea)

7. Ku Jung Ho kerap melakukan praktik kotor seperti kolusi dan suap, supaya film produksinya bisa lolos sensor meski sarat adegan vulgar

still cut drama Korea Aema (instagram.com/netflixkr)

Karakter Ku Jung Ho dalam Aema menunjukkan wajah gelap industri perfilman Korea pada era 1980-an. Kesuksesannya dibangun di atas eksploitasi, manipulasi, dan praktik curang yang merugikan banyak orang, terutama para aktris. Drakor Aema pun berhasil menyoroti bagaimana ambisi bisnis bisa menyingkirkan nilai moral, serta menampilkan konflik tajam antara seni, komersialisasi, dan eksploitasi di dunia hiburan.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team