poster Perfect Marriage Revenge dan My Demon (dok. MBN | dok. SBS)
Lantas, apa alasan produser drama Korea saat ini membuat lebih banyak karya yang lebih menonjolkan 'nikah dulu, pacaran belakangan' dan meningkatnya popularitas konten kawin kontrak di kalangan pemirsa seperti yang tercermin dalam My Demon?
Kritikus Jo Sung Kyung menjelaskan bahwa perubahan persepsi sosial tentang pernikahan telah tercermin dalam drama Korea. Meski sebagian memilih tidak menikah, banyak orang masih percaya bahwa pernikahan adalah peristiwa besar dalam hidup.
Maka dari itu, konsep kawin kontrak sepertinya sudah dianggap sebagai subjek penciptaan peristiwa dalam drama. Apalagi yang dalam serial yang bergenre romantis, pernikahan acap dijadikan sebagai tujuan akhir, sekalipun hanya berawal dari kontrak.
“Pernikahan dulunya digambarkan sebagai tujuan cinta yang sukses, namun belakangan ini menjadi sebuah perangkat dalam alur cerita drama sebagai sebuah peristiwa. Berdasarkan latar belakang tersebut, bahkan penonton yang mengira tidak akan menikah pun akan tetap merasa penasaran dengan ceritanya," tutur kritikus Jo Sung Kyung dilansir Daum.