Jakarta, IDN Times - Perjalanan film Sore: Istri dari Masa Depan di ajang Oscar 2026 terhenti. Film karya sutradara Yandy Laurens itu tak berhasil masuk daftar pendek untuk kategori Best International Feature Film yang dirilis situs resmi Academy Awards ke-98.
Nasib serupa juga terjadi pada film Women from Rote Island. Film yang disutradarai Jeremias Nyangoen itu juga gagal menembus nominasi ajang Piala Oscar 2025. Di sisi lain, Korea Selatan sudah lama melaju menembus ajang prestis Oscar.
Lewat Parasite yang dirilis pada 2019, film besutan Bong Joon-Ho itu berhasil menyabet empat Oscar sekaligus. Mereka berhasil meraih penghargaan film terbaik, sutradara terbaik, film internasional terbaik, dan best original screenplay. Selain itu, Parasite juga menorehkan sejarah karena menjadi film Berbahasa non-Inggris pertama dalam sejarah Oscar yang memenangkan penghargaan film terbaik.
Tetapi, Parasite bukan hasil pekerjaan satu malam. Butuh usaha konsistensi puluhan tahun, termasuk dari pemerintah, sehingga industri perfilman Korea Selatan bisa menembus dan mendapat pengakuan dari dunia internasional.
Direktur Program Film Internasional di Busan Cinema Centre, Chun Hye-jin, mengatakan hal itu dimulai dari kebijakan yang dikeluarkan Pemerintah Korsel, salah satunya lewat revisi Undang-Undang Promosi Film yang direvisi pada 1996.
"Salah satu kebijakannya adalah adanya kuota layar film lokal. Di mana film-film lokal Korea wajib diputar selama 146 hari per tahun. Sayangnya pada 2006, kuota itu berkurang menjadi 76 hari saja dalam satu tahun," ujar Chun ketika memberikan paparan dalam lokakarya Indonesian Next Generation Journalist Network on Korea oleh Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI) dan Korea Foundation di Jakarta, awal Desember 2025.
Ia mengatakan keberadaan Festival Internasional Film Busan (BIFF) juga menjadi salah satu pondasi penting bagi kebangkitan film Korea. Digelar kali pertama pada 1996, BIFF dihadiri sekitar 186 ribu pengunjung.
"BIFF ini juga menjadikan Busan sebagai kota sinema dan menginspirasi generasi baru untuk membuat film yang berkontribusi besar terhadap berkembangnya sinema dan talent-talent film," tutur Chun.
Dengan adanya pertumbuhan eksponensial lewat pengenalan sistem kuota layar, lonjakan modal swasta dan pembentukan ekosistem kreatif yang berpusat pada sutradara, maka berkontribusi signifikan pada pangsa pasar film lokal. Terbukti pada 2002, pangsa pasar film Korea mencapai 50 persen.
