Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Cuplikan adegan film The Great Flood
Cuplikan adegan film The Great Flood (dok. Hancinema/The Great Flood)

Intinya sih...

  • Ibu tidak pernah putus asa demi anaknya bahkan di tengah kacaunya dunia

  • Cinta ibu sering hadir dalam keputusan spontan

  • Ketakutan terbesar seorang ibu bukanlah kematiannya, tapi kehilangan anak

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Genangan air bisa saja menenggelamkan seluruh dunia, tetapi cinta dan kasih seorang ibu tidak akan pernah ikut tenggelam. Fenomena ini tercermin dalam film The Great Flood yang diperankan oleh Kim Da Mi, Park Hae Soo, Kwon Eun-seong sebagai pemeran utama. Film ini mengisahkan tentang perjuangan ibu tunggal dan anak lelakinya saat menghadapi bencana banjir besar yang perlahan menenggelamkan apartemen mereka.

Selain hadir sebagai film bencana, The Great Flood juga menjadi ruang untuk memahami relasi paling hangat dalam hidup manusia, yakni hubungan antara ibu dan anak. Bahkan dari trailer dan sinopsisnya saja, film ini seperti memberikan arti bahwa di balik air yang terus meninggi, ada kasih ibu yang tidak akan pernah surut untuk terus melindungi buah hati. Untuk memahami lebih lanjut, berikut adalah lima bentuk cinta ibu kepada anak dalam film The Great Flood. Dijamin, bikin kamu makin sayang sama ibumu!

1. Ibu tidak pernah putus asa demi anaknya bahkan di tengah kacaunya dunia

Cuplikan adegan film The Great Flood (dok. Hancinema/The Great Flood)

Segala kekacauan di tengah bencana, terkadang membuat manusia cenderung memikirkan dirinya sendiri. Kebanyakan dari manusia tidak benar-benar peduli pada sekitarnya karena dunia sudah cukup menekan mereka. Berbeda dengan seorang ibu, terlepas dari apapun yang terjadi, keselamatan anak selalu jadi prioritas utama.

Bahkan ketika harapan, energi, dan waktu yang dimiliki sangat terbatas, seorang ibu akan tetap melindungi anaknya. Film The Great Flood menyoroti momen ini secara hangat. Goo An-na (Kim Da Mi) tidak pernah merasa lelah untuk terus menggandeng dan menggendong sang anak agar bisa cepat selamat dari bencana. Tidak hanya itu, dia pun berusaha selalu mencari sang anak ketika di tengah perjalanan mereka yang tidak sengaja berpisah.

2. Cinta ibu sering hadir dalam keputusan spontan

Cuplikan adegan film The Great Flood (dok. Hancinema/The Great Flood)

The Great Flood tidak hadir sebagai film bencana dengan adegan dramatik dan aksi heroik yang berlebihan. Namun, hadir dengan ketegangan perlahan yang hangat untuk dinikmati. Terlebih lagi jika fokus pada pengorbanan dan kasih seorang ibu.

Dalam film, bentuk cinta ibu tidak berbentuk kalimat panjang yang manis, melainkan melalui tindakan dan keputusan kecil yang spontan tapi bermakna. Pilihan yang tidak terlihat paling menonjol tapi kehangatannya bisa terasa dan berkesan. Di sinilah cinta ibu terasa paling nyata dan realistis tanpa banyak bicara.

3. Ketakutan terbesar seorang ibu bukanlah kematiannya, tapi kehilangan anak

Cuplikan adegan film The Great Flood (dok. Hancinema/The Great Flood)

Dari ekspresi karakter An-na (Kim Da Mi) terlihat jelas bahwa tersimpan ketakutan jika dia tidak bisa melindungi anaknya dengan baik di tengah bencana. Itulah mengapa segala cara dia lakukan asalkan bisa selamat bersama anaknya. Anaknya adalah sumber kekuatan untuk bertahan.

Film ini berhasil memainkan framing yang tepat saat karakter utama melalui banyak hal untuk berjuang bersama anaknya. Penonton seperti ikut merasakan beban yang ditanggung mereka. Perlahan timbul rasa empati dan kehangatan saat melihat betapa dalamnya ketulusan cinta An-na kepada sang anak.

4. Seorang ibu lebih memercayai instingnya daripada logika

Cuplikan adegan film The Great Flood (dok. Hancinema/The Great Flood)

Sebenarnya bertahan hidup bukan tentang siapa yang paling kuat secara fisik. Namun, tentang siapa yang memiliki alasan paling kuat untuk terus bergerak. Anak menjadi alasan An-na untuk terus berjalan dan mengambil risiko meski harus melanggar aturan tertentu.

Pilihan yang secara logika terlihat berbahaya justru diambil An-na karena instingnya menolak. Dalam beberapa tindakan, dia lebih memercayai kata hati daripada aturan yang berlaku. Semua itu dia lakukan hanya untuk tetap bersama anak dan bisa selamat bersama.

5. Ibu tidak butuh hidup baru yang lebih baik jika tanpa ada anak di sampingnya

Cuplikan adegan film The Great Flood (dok. Hancinema/The Great Flood)

Ketika dunia perlahan tenggelam, bencana memiliki cara untuk memperjelas apa yang benar-benar penting dalam hidup manusia. Bagi seorang ibu, segala ambisi, karier, atau rencana tidak berarti apa-apa jika harus kehilangan anaknya. Anak adalah pusat dunia seorang ibu dan tidak ada apapun yang bisa menyamai keberhargaannya.

Dari segala privilese yang dimiliki sebagai peneliti, An-na bisa saja selamat dengan cepat. Namun, dia tidak ingin hanya selamat seorang diri. Bentuk cinta paling kuat dari seorang ibu dalam film ini adalah kesederhanaan tujuan. Dia tidak lagi memikirkan masa depan atau kariernya saat bencana terjadi. Satu-satunya hal yang diinginkan hanyalah kembali hidup dengan aman bersama sang anak.

The Great Flood berhasil menampilkan hebatnya hubungan emosional antara ibu dan anak. Lima bentuk cinta ibu tadi berhasil berdampak besar dan menjadi bentuk kekuatan paling tulus di tengah bencana. Di titik ini, film terasa begitu dekat dengan penonton. Setiap momen dalam film seperti memperkuat narasi populer tentang kasih ibu yang tak terhingga sepanjang masa.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team