Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
cuplikan drakor Second Shot at Love (x.com/CJnDrama)

Intinya sih...

  • Kisah cinta di drakor penuh kejutan dan takdir, sementara di sosmed lebih sering berakhir karena overthinking atau salah paham.

  • Dalam drakor, terlihat usaha menuju kesuksesan, sedangkan sosmed membuat kita membandingkan diri dengan orang lain tanpa proses jelas.

  • Persahabatan dalam drakor akrab dan penuh drama emosional, sementara di sosmed terkadang hanya ilusi dekat tanpa komunikasi langsung.

Drama Korea dan media sosial sama-sama menawarkan cerita yang menggugah emosi. Namun, mana yang sebenarnya lebih mencerminkan realita hidup kita? Ada kalanya kita merasa terwakili oleh karakter di drama, tapi di sisi lain, update di sosmed justru terasa lebih nyata.

Artikel ini mencoba membandingkan keduanya dari beberapa aspek kehidupan sehari-hari. Siapa tahu, kamu jadi bisa lebih bijak usai nonton atau scrolling beranda. Jadi, apakah kamu lebih percaya kisah cinta dramatis ala drakor atau justru kisah patah hati temanmu yang kamu lihat di sosial media?

1. Kisah cinta dan hubungan

cuplikan drama Korea Our Unwritten Seoul (x.com/CJnDrama)

Drakor sering kali menyuguhkan cinta yang penuh kejutan dan takdir tak terduga. Karakter utama bisa bertemu jodohnya karena kecelakaan kecil atau tinggal serumah tanpa sengaja. Sementara di sosmed, kita lebih sering melihat kisah cinta yang berakhir karena overthinking atau salah paham lewat obrolan online.

Drakor memang memberi harapan, tapi sosmed memperlihatkan luka-luka kecil yang terasa akrab. Meski begitu, banyak pasangan di sosmed juga tampil terlalu manis seperti naskah drama. Maka, sulit membedakan mana yang jujur dan mana yang dibangun untuk citra. Dua-duanya tetap harus disaring dengan hati-hati, ya!

2. Pekerjaan dan ambisi

cuplikan drakor Law and the City (x.com/CJnDrama)

Dalam drama Korea, tokoh utama gak jarang melejit dari nol ke puncak dengan penuh perjuangan. Semua terasa penuh perjuangan, meski kadang juga didramatisasi. Di media sosial, kita lebih sering melihat orang memamerkan pencapaian tanpa proses yang jelas. Padahal, realita sering kali jauh lebih lambat dan membingungkan.

Drakor setidaknya menunjukkan usaha yang terlihat. Namun, sosmed justru bikin kita membandingkan diri dengan kecepatan orang lain. Jika ingin tahu kerasnya dunia kerja, drakor yang realistis cukup banyak. Sedangkan, sosmed hanya potongan kecil yang belum tentu mencerminkan keseluruhan perjuangan.

3. Persahabatan dan lingkaran sosial

cuplikan drakor Head Over Heels (x.com/CJnDrama)

Dalam drakor, persahabatan cenderung akrab dengan kesetiaan luar biasa dan drama emosionalnya. Mereka rela bertengkar demi menyelamatkan satu sama lain. Sementara jika melihat kembali konten-konten di sosmed, kita bisa mengenali persahabatan dari unggahan kafe, ulang tahun, dan tagar.

Namun kenyataannya, banyak persahabatan renggang karena tidak pernah dibicarakan secara langsung. Drakor memberi harapan bahwa sahabat sejati akan tetap tinggal. Di sisi lain, sosmed memberi kenyamanan ilusi bahwa kita masih dekat meski tak pernah ngobrol. Dalam realita, keduanya bisa benar tergantung usaha tiap orang.

4. Keluarga dan hubungan orangtua

cuplikan drakor Our Unwritten Seoul (x.com/CJnDrama)

Jika sering nonton drama, tentunya kamu akan akrab dengan kondisi pemeran utama dengan orangtua tegas, protektif, atau bahkan terlalu dramatis. Namun ada juga drama yang menggambarkan keluarga dengan hangat dan realistis. Di sosmed, keharmonisan ini juga terdapat dalam unggahan-unggahan momen tertentu.

Jarang yang menampilkan konflik atau percakapan berat. Padahal, dinamika keluarga adalah hal paling kompleks dalam hidup. Drakor dalam versi yang lebih mendalam, kadang justru lebih jujur soal luka batin anak dan orangtua. Sementara sosmed cenderung menyembunyikan bagian itu demi estetika.

5. Self love

cuplikan drakor Law and the City (x.com/CJnDrama)

Karakter di drama Korea sering berjuang hanya untuk menerima dirinya sendiri, menghadapi trauma atau mimpi yang gagal di masa lalu. Kita bisa melihat pertumbuhan karakter dari episode demi episode. Lain cerita dengan sosmed, kita akan lebih sering melihat self-love dalam bentuk afirmasi, foto bagus, dan caption positif.

Namun kadang semua itu hanya tempelan yang belum tentu merefleksikan isi hati. Drakor menunjukkan bahwa menerima diri adalah proses panjang dan menyakitkan. Sementara, sosmed membuatnya terlihat instan dan tanpa luka. Kedua platform punya kekuatan naratif, tapi untuk mengenal diri sendiri, proses internal jauh lebih penting.

Baik drakor maupun medsos adalah bentuk cerita dari layar. Drakor menyusun realita dengan estetika dan emosi, sedangkan sosmed menyuguhkan potongan kehidupan nyata yang terkadang jujur, tapi terkadang penuh topeng. Kita tak bisa menyalahkan salah satunya karena keduanya punya fungsi yang berbeda. Terpenting, bijak dalam membedakan mana yang inspiratif dan mana yang manipulatif, ya!

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team