Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
film 12.12: The Day (dok. Plus M Entertainment/12.12: The Day)
film 12.12: The Day (dok. Plus M Entertainment/12.12: The Day)

Sama seperti Indonesia, Korea juga merayakan hari kemerdekaan mereka pada bulan Agustus. Hanya berselang 2 hari, Negeri Gingseng merdeka dari penjajahan Jepang pada tanggal 15 Agustus 1945. Hari tersebut kemudian diperingati sebagai Hari Pembebasan Nasional (Gwangbokjeol).

Untuk mengenang sejarah, cukup banyak sineas perfilman Korea Selatan yang mengangkat peristiwa-peristiwa penting dengan tujuan mengedukasi para warganya. Tak jarang film-film historikal tersebut juga sukses menjadi box office dan meraup jutaan penonton. Buktikan rasa nasionalis, berikut lima film sejarah Korea yang raih lebih dari 10 juta penonton.

1. The Admiral: Roaring Currents (2014)

film The Admiral: Roaring Currents (dok. CJ Entertainment/The Admiral: Roaring Currents)

Masih memegang rekor sebagai film terlaris Korea Selatan sepanjang masa, The Admiral: Roaring Currents sukses meraih penonton sebanyak lebih dari 17,6 juta. Film ini diangkat dari sejarah asli seorang tokoh militer dan Pahlawan Nasional Korea Selatan yang bernama Laksamana Yi Sun Shin (Choi Min Sik). Kisahnya berpusat pada pertempuran Myeongryang yang terjadi pada 26 Oktober 1597.

Kala itu, Korea harus menghadapi saat-saat genting karena invasi yang dilakukan oleh tentara Jepang. Di tengah keterbatasan sumber daya yang ada, Laksamana Yi Sun Shin hanya memiliki 12 kapal perang. Hal ini tentu saja jauh di bawah kekuatan armada laut Jepang. Di bawah pimpinan Admiral Gurujima (Ryu Seung Ryong), kekuatan armada laut Jepang mencapai 300 kapal perang.

Dengan menggunakan formasi Iljajin (formasi satu garis), Yi Sun Shin sendiri yang memimpin pergerakan perang melawan ratusan kapal Jepang tersebut. Bebekal strategi yang matang dan juga penguasaan medan perang, Yi Sun Shin berhasil memporak-porandakan kekuatan para armada Jepang dan menghancurkan banyak kapal perang mereka. Kemenangan Laksamana Yi Sun Shin ini pun membuat ia semakin disegani oleh Jepang.

2. Ode to My Father (2014)

Film Ode to My Father (dok. CJ Entertainment/Ode to My Father)

Masih di tahun 2014, adapula film sejarah lainnya yang kembali berhasil meraih lebih dari 10 juta penonton. Sukses mencapai 14,2 juta lebih penonton, film bertajuk Ode to My Father ini berlatar tahun 1950 dan menyorot sejarah modern Korea Selatan mulai dari Evakuasi Hungnam, Perang Korea, sampai ke Perang Vietnam. Film ini berfokus pada seorang anak laki-laki bernama Yoon Deok Soo (Hwang Jung Min).

Karena Evakuasi Hungnam, Yoon Deok Soo terpaksa berpisah dengan sang ayah (Jung Jin Young), dan adik perempuannya, Mak Soon (Shin Rin Ah). Ayah Deok Soo berpesan kepadanya, bahwa mereka akan bertemu kembali di toko milik bibinya (Ra Mi Ran). Bertahun-tahun kemudian, Deok Soo harus bekerja keras demi memenuhi kehidupan keluarganya karena ayahnya tak kunjung kembali.

Namun, masalah yang dihadapi Deok Soo semakin rumit saat pamannya berencana untuk menjual toko sang bibi. Sedangkan, ia masih sangat ingat dengan janji ayahnya yang akan menemui dirinya di toko tersebut. Pada akhirnya Deok Soo memutuskan untuk meninggalkan Korea pada tahun 1970-an selama Perang Vietnam dan berharap mendapatkan uang untuk membeli toko tersebut.

3. 12.12: The Day (2025)

film 12.12: The Day (dok. Plus M Entertainment/12.12: The Day)

Pada tahun 2023 lalu, Hwang Jung Min kembali membintangi film sejarah dan lagi-lagi sukses mencapai belasan juta penonton. Berjudul 12.12: The Day, film ini mengambil latar belakang Korea Selatan pada akhir tahun 1970-an, setelah pembunuhan Presiden Park Chung Hee. Usai terjadinya insiden pembunuhan tersebut, darurat militer telah diumumkan.

Pada 12 Desember 1979, Chun Doo Kwang (Hwang Jung Min) yang merupakan Komandan Komando Keamanan Pertahanan dan pendiri klub militer rahasia Hanahoe memimpin "Pemberontakan Militer 12.12”. Ia melayangkan perintah untuk menangkap seorang jenderal meski tanpa izin dari presiden. Akan tetapi, kudeta itu ditentang oleh Komandan Pertahanan Ibu Kota, Lee Tae Shin (Jung Woo Sung).

Dia adalah prajurit yang berpedoman militer tidak boleh mengambil tindakan politik. Berbagai cara pun dilakukan Lee Tae Shin untuk menghalangi kudeta militer yang dipelopori oleh Chun Doo Kwang. Film yang menampilkan aksi selama 9 jam untuk mencegah terjadinya pemberontakan militer rezim baru di ibukota Seoul ini sukses menjadi film terlaris Korea tahun 2023 dengan total 13 juta penonton.

4. Assassination (2015)

film Assassination (dok. Showbox/Assassination)

Selanjutnya, ada film Assassination yang menarik jumlah penonton hingga lebih dari 12,7 juta. Film ini berlatar tahun 1933, saat masa penjajahan Jepang di Korea. Yem Sek Jin (Lee Jung Jae), yang bekerja sebagai agen pemerintah sementara Korea, berusaha membebaskan tiga orang dari penjara.

Mereka adalah Chu Sang Ok (Cho Jin Woong), seorang pedagang senjata yang dijuluki Big Gun; Hwang Deok Sam (Choi Deok Moon), ahli peledak; dan Ahn Okyun (Jun Ji Hyun), seorang penembak jitu. Mereka memiliki misi penting untuk membunuh seorang komandan Jepang (Shim Cheol Jong) dan seorang pengusaha Korea yang berkhianat (Lee Kyung Young) di Seoul.

Ahn Okyun dipilih sebagai pemimpin misi ini. Di tengah misi, ia bertemu dengan Hawaii Pistol (Ha Jung Woo), seorang pembunuh bayaran yang justru terus menyelamatkannya. Namun, perjuangan meraih kemerdekaan saat Korea masih dijajah Jepang ini tidak sesederhana itu. Ada banyak pengkhianatan terjadi di tengah misi yang dijalankan.

5. A Taxi Driver (2017)

film A Taxi Driver (dok. Showbox/A Taxi Driver)

Terakhir, ada film A Taxi Driver yang mengangkat kisah nyata antara reporter Jerman dan sopir taksi Korea saat meliput Pemberontakan Gwangju di tahun 1980-an. Saat itu, ada reporter asal Jerman, Peter (Thomas Kretschmann), yang bekerja di Tokyo pada Mei 1980. Suatu hari ia mendapat kabar bahwa ada hal aneh dan misterius yang terjadi di Gwangju, Korea Selatan.

Karena sambungan komunikasi di sana terputus, Peter pun memutuskan untuk pergi meliput langsung ke Gwangju. Sementara itu, di Seoul, hidup seorang pengemudi taksi bernama Kim Man Seob (Song Kang Ho) bersama anak perempuannya. Ia bekerja keras mencari banyak uang untuk anaknya dan membayar biaya sewa rumah. Suatu hari, ia bertemu Peter yang bersedia membayar besar untuk di antar ke Gwangju.

Setelah bersepakat, mereka akhirnya pergi ke Gwangju dengan taksi Man Seob. Setibanya di sana, mereka menemukan rombongan mahasiswa yang akan melaksanakan aksi protes untuk menurunkan Presiden Chun Doo Hwan. Peter bersikukuh meliput aksi tersebut. Sayangnya, identitas mereka diketahui aparat setempat dan membuat Peter dan Man Seob menjadi buronan pemerintah.

Mereka sama sekali tak menyangka jika datang ke Gwangju bisa membahayakan nyawa. Dengan bantuan warga Gwangju, Man Seob dan Peter berhasil keluar dari Gwangju. Peter pun langsung pergi ke Tokyo untuk melaporkan semua hal yang terjadi di Gwangju dan memberitakannya ke seluruh dunia.

Tak hanya lewat buku, film juga bisa menjadi sarana untuk masyarakat bisa lebih mengenal sejarah bangsa mereka. Dengan bukti di atas, terlihat jika banyak warga Korea yang antusias menonton film sejarah hingga berhasil meraih belasan juta penonton.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team