Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Kim Da Mi di A Hundred Memories
Kim Da Mi di A Hundred Memories (dok. JTBC/A Hundred Memories)

Drakor A Hundred Memories menyajikan cerita coming of age mengenai Go Young Rye (Kim Da Mi) dan Seo Jong Hee (Shin Ye Eun). Dua kondektur bus yang bersahabat ini terlibat cinta segitiga. Mereka sama-sama jatuh cinta kepada Han Jae Pil (Heo Nam Jun).

A Hundred Memories bukan hanya membahas kisah cinta romantis dan cerita persahabatan. Drakor ini juga mengulik berbagai isu sosial. Di antaranya, lima permasalahan berikut. Apa saja?

1. Kemiskinan

cuplikan drama A Hundred Memories (dok. JTBC/A Hundred Memories)

Isu sosial mengenai kemiskinan paling banyak disoroti dalam kisah keluarga Go Young Rye. Setelah ayah Go Young Rye meninggal, sang ibu harus bekerja sebagai tukang odong-odong dan penjual permen dalgona. Setiap hari, ibu Go Young Rye harus membawa gerobak dagangan pulang pergi ke rumah mereka yang ada di dataran tinggi.

Penderitaan Go Young Rye sekeluarga bertambah saat saudara mendiang ayahnya memutuskan hubungan dan tak mau membayar hutang. Selain itu, Go Young Rye harus putus sekolah karena kendala biaya dan bekerja jadi kondektur bus. Sementara kakaknya yang kuliah hukum akhirnya kerja paruh waktu jadi guru les privat meski pekerjaan ini ilegal.

2. Patriarki

Kim Da Mi di A Hundred Memories (dok. JTBC/A Hundred Memories)

Perbedaan perlakuan berdasarkan gender alias patriarki juga dibahas di A Hundred Memories. Gadis-gadis muda yang bekerja sebagai kondektur bus rata-rata adalah tulang punggung keluarga yang menanggung biaya adik mereka. Bahkan ibu Go Young Rye secara tak sadar membedakan anak perempuan dan laki-laki.

Go Young Rye tidak bisa sekolah karena biaya meski ia punya keinginan tinggi dalam belajar dan tak kalah cerdas dari sang kakak. Ia tinggal di mes pekerja, sementara kakaknya tinggal di rumah. Selain itu, sang ibu lebih sering memuji putra sulungnya, Go Young Sik (Jeon Sung Woo) dan kerap lupa menghargai pengorbanan Go Young Rye demi keluarga.

3. Kekerasan oleh keluarga inti

Shin Ye Eun di A Hundred Memories (dok. JTBC/A Hundred Memories)

Han Jae Pil dan Seo Jong Hee sama-sama jadi korban kekerasan keluarga mereka. Seo Jong Hee sering dipukuli kakaknya yang suka mengambil uangnya untuk berjudi. Di sisi lain, Han Jae Pil sejak kecil dididik dengan menerima pukulan sang ayah. Jika Han Jae Pil dianggap melakukan kesalahan, ayahnya yang pemarah akan menghukumnya dengan memukulnya. Perlakuan ini terus terjadi bahkan saat Han Jae Pil SMA.

4. Senioritas toksik

cuplikan drama A Hundred Memories (dok. JTBC/A Hundred Memories)

Sosok senior memang sebaiknya dihormati, tapi bukan berarti bisa bersikap seenaknya hingga menjurus melakukan bullying pada junior. Isu mengenai senioritas toksik ini diwakili oleh tokoh Kwon Hae Ja (Lee Min Ji). Ia merupakan kondektur paling tua sekaligus ketua kamar di mes karyawan. Namun, ia malah sering memanfaatkan statusnya untuk menyuruh-nyuruh pegawai lain agar menuruti perintahnya.

5. Lingkungan kerja yang buruk

cuplikan drama A Hundred Memories (dok. JTBC/A Hundred Memories)

Cheong Ah Transportation adalah perusahaan bus tempat Go Young Rye dan Seo Jong Hee bekerja sebagai kondektur. Meski menyediakan mes bagi pegawai, perusahaan ini memotong gaji mereka untuk uang makan dan tempat tinggal. Belum lagi tuntutan tidak logis untuk memaksa kondektur terus menaikkan penumpang meski bus sudah penuh.

Akibat dari tuntutan kerja dari perusahaan, salah satu kondektur mengalami kecelakaan karena pintu bus tidak boleh ditutup demi menaikkan lebih banyak penumpang. Mirisnya, pihak perusahaan justru lepas tangan atas kecelakaan kerja ini. Dipimpin Go Young Rye, para kondektur pun melakukan demonstrasi dan mogok kerja agar perusahaan lebih memperhatikan hak serta keselamatan pegawai. Perusahaan baru mau memenuhi permintaan demonstran setelah terancam akan diliput media.

Ada banyak isu sosial yang dibahas dalam A Hundred Memories. Meski drakor ini berlatar tahun 1980an, nyatanya isu-isu tersebut masih relevan dengan kondisi di zaman sekarang. Bagaimana menurutmu?

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team