Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Cuplikan drama Korea Tempest
Cuplikan drama Korea Tempest (dok. Disney+/Tempest)

Dalam drama Tempest, Jang Junik (Park Hae Joon) muncul sebagai tokoh politikus yang kontroversial. Meski digadang jadi calon presiden termuda, tapi gagasan kampanya sangatlah berani, yakni ketika ia jadi presiden, Junik ingin mengadakan reunifikasi antara Korea Selatan dan Korea Utara.

Langkah ini dianggap aneh bahkan berbahaya, tapi bagi Junik, menyatukan dua Korea adalah cara terbaik untuk mencegah perang besar yang bisa meluluhlantakkan Asia Timur. Mengapa demikian? Inilah alasan Junik lebih pro reunifikasi di drama Tempest. Seru!

1. Semua bermula ketika Amerika Serikat menemukan kapal selam bermuatan 10.000 di Pulau Mayang. Mereka menduga itu adalah kapal nuklir Korea Utara

Cuplikan drama Korea Tempest (dok. Disney+/Tempest)

2. Demi mencegah ini, AS akhirnya merencanakan serangan terlebih dahulu yang menyasar pangkalan militer dan nuklir Korea Utara

Cuplikan drama Korea Tempest (dok. Disney+/Tempest)

3. Ini berbahaya buat Korea Selatan. Diketahui, eskalasi kerusakan serangan AS ini bisa berdampak hingga 30% di wilayah Korsel

Cuplikan drama Korea Tempest (dok. Disney+/Tempest)

4. Akhirnya, seorang Asisten Menteri Luar Negeri AS keturunan Korea, Anderson Miller, membocorkan hal ini pada Jang Junik

Cuplikan drama Korea Tempest (dok. Disney+/Tempest)

5. Jika serangan terjadi, semenanjung Korea jadi medan tempur utama. Junik menganggap reunifikasi bisa jadi jalan untuk menyelamatkan jutaan nyawa

Cuplikan drama Korea Tempest (dok. Disney+/Tempest)

6. Dengan adanya reunifikasi, alasan untuk menyerang akan melemah karena Korut sudah melebur dengan Selatan. Perang tak akan terjadi!

Cuplikan drama Korea Tempest (dok. Disney+/Tempest)

7. Terpenting, Junik memiliki jiwa penuh nasionalisme tinggi dengan menganggap warga Korea Utara dan Korea Selatan adalah "saudara"

Cuplikan drama Korea Tempest (dok. Disney+/Tempest)

Dalam Tempest, pilihan Jang Junik untuk mendorong reunifikasi memang terlihat ekstrem dan penuh risiko. Namun di balik sikapnya, ia percaya ancaman nuklir bisa dipadamkan dan jalan menuju perdamaian bisa terbuka.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team