Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Lee Je Ha (Nam Goong Min) dan Lee Da Eum (Jeon Yeo Been) di drakor Our Movie (instagram.com/sbsdrama.official)

Drama Korea bertema penyakit mematikan sering kali berjalan di jalur yang sama, yakni diakhiri dengan kematian. Tak jarang, penonton sudah bisa menebak arah ceritanya hanya dari sinopsis. Namun, Our Movie bukan cuma ingin bikin penonton menangis, tapi ingin menyentuh hati dengan cara yang tenang, jujur, dan bikin merenung.

Dengan mengangkat narasi berbingkai, serial ini tidak hanya bercerita tentang cinta antara dua tokoh, tetapi juga tentang bagaimana cinta itu dipahami, diperdebatkan, dan dihidupkan kembali melalui karya. Ada kisah di dalam kisah dan ada emosi yang tumbuh di antara ruang-ruang naskah dan realita. Berikut tiga lapisan cerita dalam Our Movie yang membuat penonton merasakan pengalaman ganda saat menontonnya.

1. Cerita di balik remake film White in Love

Lee Je Ha (Nam Goong Min) dan Lee Da Eum (Jeon Yeo Been) di drakor Our Movie (instagram.com/sbsdrama.official)

Our Movie menampilkan proses remake film klasik berjudul White in Love, yang dulu dikenal sebagai melodrama khas era 90-an. Sutradara Lee Je Ha (Nam Goong Min) ingin membuat ulang film itu dengan pendekatan yang lebih dingin, rasional, dan sesuai selera zaman sekarang. Ia tak mau karya barunya terjebak dalam jebakan melodrama murahan.

Namun, aktris utama Lee Da Eum (Jeon Yeo Bin) yang sedang menjalani hidup dengan vonis penyakit terminal, justru sangat mencintai film tersebut. Baginya, film itu bukan melodrama berlebihan, tapi kisah cinta yang memberikan kekuatan bahkan bagi orang yang sedang menunggu ajal. Pandangan mereka yang berbeda membuat proses remake ini terasa hidup dan saling melengkapi.

Lapisan ini memperlihatkan bagaimana film dalam film dibentuk bukan hanya dari naskah, tapi juga dari konflik nilai antara dua insan yang terlibat. Proses penciptaan White in Love versi baru menjadi panggung diskusi antara “kisah cinta sejati” versus “tipuan emosional.” Penonton diajak ikut menilai dan merasakan bagaimana remake itu seharusnya dirasa.

2. Kisah pribadi antara sutradara dan aktris yang terselip di balik layar

Lee Je Ha (Nam Goong Min) dan Lee Da Eum (Jeon Yeo Been) di drakor Our Movie (instagram.com/sbsdrama.official)

Di balik proyek remake itu, hubungan pribadi antara Lee Je Ha dan Lee Da Eum perlahan berkembang menjadi sesuatu yang lebih dalam. Keduanya berangkat dari luka. Lee Da Eum hidup dalam keterbatasan waktu, sementara Lee Je Ha menyimpan trauma masa lalu akibat ibunya meninggal karena penyakit. Meski terlihat dingin di luar, pria berkacamata tersebut juga menyimpan luka yang belum sembuh.

Ketika Lee Da Eum bicara soal ketakutan menghadapi kematian, Lee Je Ha seakan memahami tapi juga menolak memahaminya. Baginya, jika tahu terlalu dalam berarti juga terlalu sakit. Justru karena itu, kedekatan mereka tidak dibumbui melodrama murahan tapi dibangun secara perlahan dan tulus.

Hubungan mereka tidak ditampilkan dengan cara meledak-ledak melainkan seperti ombak yang pelan tapi menghantam. Rasa cinta itu datang dengan sadar, di tengah keterbatasan, dan justru karena itu terasa lebih nyata. Lapisan ini membuat penonton bukan hanya menyaksikan proses film, tapi juga tumbuhnya rasa di antara dua manusia yang rapuh.

3. Refleksi tentang hidup, mati, dan makna cinta

Lee Je Ha (Nam Goong Min) dan Lee Da Eum (Jeon Yeo Been) di drakor Our Movie (instagram.com/sbsdrama.official)

Melalui karakter Lee Da Eum, drama ini menyisipkan renungan mendalam tentang kematian. Menurutnya, kematian bukan sekadar akhir, tapi cara untuk memaknai hidup yang sering disepelekan orang-orang sehat. Ia menyebut bahwa setiap momen dalam hidupnya kini seperti adegan penting dalam sebuah film.

Di sisi lain, Lee Je Ha yang pernah menyaksikan ibunya perlahan meninggal, justru merasa bahwa “tidak tahu” jauh lebih menenangkan. Tapi lewat Lee Da Eum, pria tersebut perlahan menyadari bahwa ketakutan tak harus selalu dihindari. Bahkan dalam keterbatasan, seseorang bisa tetap menjadi tokoh utama dalam kisah hidupnya sendiri.

Lapisan-lapisan ini membuat Our Movie tak hanya tentang cinta atau film, tapi juga kehidupan itu sendiri. Drama ini tidak mengajak penonton sekadar menangis, tapi merenung, apakah kita benar-benar hidup atau hanya mengalir begitu saja? Oleh sebab itu, wajar jika kisah ini disebut sebagai melodrama klasik yang mengandung jiwa, bukan sekadar emosi.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team