My Daughter is a Zombie (dok. Next Entertainment World/My Daughter is a Zombie)
Bisa bayangkan Warm Bodies tapi family-friendly sehingga bisa ditonton bersama orangtua dan adik kecil? Itulah vibe dari My Daughter Is a Zombie. Dari menit pertama, film ini langsung memadukan unsur slapstick, drama keluarga, dan sedikit horor dengan cara yang nyeleneh, tapi mengena. Premisnya sendiri cukup gelap: seorang ayah menyembunyikan anaknya yang jadi zombie, sembari menghindari hukum dan masyarakat.
Namun alih-alih fokus pada tragedi, film ini memilih membalutnya dengan humor absurd, cinta, dan sedikit kritik sosial. Dan bagian yang paling menarik? Virus zombie dalam film ini tidak menular asal kalian punya antiseptik! Sebuah sentuhan komedi yang menyegarkan sekaligus sinis. Karena jika ini bukan kisah fiksi, bisa dibayangkan betapa repotnya pemerintah menghadapi realitas macam itu.
Namun, jangan terkecoh dengan unsur komedinya. Ketika masuk ke sepertiga akhir film, tawa itu akan berubah jadi isak tangis. Film ini mulai menggali konflik antar manusia dengan lebih realistis, menyentuh, dan penuh konsekuensi. Bagi saya, bagian inilah yang benar-benar membuat My Daughter Is a Zombie terasa utuh dan meninggalkan bekas emosional, bahkan setelah keluar bioskop.