cuplikan adegan drakor Would You Marry Me (dok. SBS/Would You Marry Me)
Ada dua poin utama yang membuat penonton mengkritik adegan di episode 6 Would You Marry Me ini. Pertama, keputusan karakter laki-laki yang hanya memberikan peringatan kepada pelaku perekaman ilegal dinilai kurang realistis. Menurut penonton, tindakan tersebut seharusnya diakhiri dengan pelaku diserahkan ke pihak berwajib agar menimbulkan efek jera.
Penonton juga menyoroti potensi bahaya dari adegan tersebut. “Hukuman” berupa gertakan tanpa proses hukum dikhawatirkan dapat menormalisasi kejahatan serupa di masyarakat. Apalagi, kasus perekaman ilegal terhadap perempuan adalah isu serius yang marak terjadi, terutama di Korea Selatan.
Tidak seharusnya tindakan kriminal seperti itu dianggap ringan hanya karena pelaku melakukannya untuk pertama kali. Terlepas dari alasannya, kejahatan semacam ini meninggalkan trauma mendalam bagi korban dan perlu ditindak tegas.
Selain itu, keputusan mengenai “hukuman” terhadap pelaku justru diambil oleh karakter laki-laki, bukan oleh perempuan yang menjadi korban sesungguhnya. Hal ini menuai kritik tajam karena dinilai merefleksikan sentimen patriarki yang masih sering muncul dalam narasi drama Korea. Penonton menilai, hal ini seolah menempatkan laki-laki sebagai “penyelamat” dan mengabaikan suara korban yang semestinya memiliki kendali.