Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Kim Tae Ri (instagram.com/management_mmm)
Kim Tae Ri (instagram.com/management_mmm)

Kim Tae Ri dikenal sebagai aktris berbakat dengan berbagai sisi menarik dalam hidupnya. Namun, tak banyak yang tahu bahwa sebelum berakting, ia pernah bercita-cita menjadi announcer. Cerita masa lalunya itu ia ungkapkan dalam YouTube Netflix Korea yang tayang pada 24 Mei 2025. 

Dalam video tersebut, Kim Tae Ri tampil bersama lawan mainnya, Hong Kyung, untuk mempromosikan film animasi Korea bertajuk Lost in Starlight. Keduanya tampil dengan konsep seolah-olah menjadi anggota klub mahasiswa yang sedang berdiskusi santai bersama pembawa acara Yoo Byung Jae dan Jonathan. Percakapan yang ringan itu pun membongkar banyak fakta mengejutkan tentang Kim Tae Ri.

Salah satu cerita yang paling menarik perhatian adalah ketika Kim Tae Ri membahas alasan mengapa ia tidak jadi menekuni dunia penyiaran. Ia mengaku awalnya masuk jurusan komunikasi karena ingin menjadi announcer. Namun, perjalanan hidupnya justru membawanya ke dunia seni peran yang kini menjadi identitasnya. Seperti apa kisahnya? Simak cerita singkat di bawah ini, yuk!

1. Kurang minat di jurusan yang disarankan

potongan adegan promosi film Lost in Starlight (youtube.com/Netflix Korea)

Kim Tae Ri awalnya bingung memilih jurusan kuliah. Banyak orang dewasa di sekelilingnya menyarankannya untuk mengambil jurusan manajemen. Tapi, ia tidak merasa tertarik sama sekali ke arah itu.

Ia merasa sayang jika harus menjalani sesuatu yang tidak membuatnya bergairah. Aktris kelahiran 1990 tersebut kemudian memikirkan apa yang disukai sejak kecil. Karena ia punya suara yang jelas dan artikulasi bagus, muncullah ide untuk menjadi announcer.

Akhirnya, ia memilih jurusan komunikasi, tepatnya bidang penyiaran. Ia berharap di sana bisa mengasah kemampuannya dalam berbicara di depan umum. Namun sayangnya, apa yang ia temukan tak sesuai ekspektasi.

2. Ekspektasi tak sesuai realitas

Kim Tae Ri (instagram.com/management_mmm)

Kim Tae Ri membayangkan akan belajar banyak hal teknis seputar vokal dan penyiaran. Ia ingin tahu bagaimana cara berbicara yang baik, teknik suara, dan praktik siaran. Namun begitu masuk, kuliahnya dipenuhi teori-teori yang menurutnya kaku.

Ia merasa berat menjalani mata kuliah yang lebih banyak membahas teori komunikasi dan analisis media. Tidak ada kelas vokal atau praktik penyiaran yang ia harapkan. Lama-kelamaan, semangatnya pun mulai redup untuk berada di kelas penyiaran.

Kuliah menjadi rutinitas yang tidak memantik antusiasmenya. Ia mulai meragukan apakah benar ini jalan yang tepat. Dari sinilah benih kegelisahan itu tumbuh.

3. Menemukan passion lewat teater

Kim Tae Ri (instagram.com/management_mmm)

Segalanya berubah saat Kim Tae Ri bergabung dengan klub teater kampus. Ia merasa hidup ketika berada di atas panggung. Padahal, awalnya ia hanya coba-coba saja. Menurutnya, ada semacam energi dan keasyikan yang tidak ia temukan di kelas.

Berakting membuatnya merasa bebas dalam mengekspresikan diri. Ia bisa menjadi siapa pun, bahkan merasakan emosi apa pun tanpa dihakimi. Dari situ, ia mulai menyadari bahwa apa yang dilakukannya di teater, lebih dari sekadar hobi.

Sejak saat itu, dunia akting jadi prioritas utamanya. Mimpi menjadi announcer perlahan ditinggalkan olehnya. Ia pun menapaki jalan menuju dunia aktris dengan hati yang mantap. Terbukti, ia selalu langganan dapat penghargaan atas kualitasnya dalam berakting.

Perjalanan Kim Tae Ri menunjukkan bahwa impian bisa berubah seiring waktu dan pengalaman. Dari niat awal menjadi announcer hingga jatuh cinta pada dunia akting, ia menemukan panggilannya yang sesungguhnya. Kini, ia tak hanya dikenal sebagai aktris berbakat, tapi juga pribadi unik dengan kisah inspiratif. Lalu, bagaimana menurut kamu tentang kualitas aktingnya? Gak diragukan lagi, bukan?

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team