ilustrasi media sosial (pexels.com/Magnus Mueller)
Dengan maraknya media sosial, skandal dan rumor menyebar lebih cepat. Song Jae Ryong mengatakan kecenderungan masyarakat Korea untuk berkumpul dalam kelompok juga dapat tercermin dari reaksi mereka terhadap skandal idol di media sosial. Dalam masyarakat yang erat hubungannya, media sosial telah menjadi sarana untuk menghasut opini publik.
“Kecenderungan masyarakat Korea untuk membentuk kelompok dan bersatu dalam isu-isu dapat dilihat secara online. Jadi, ketika suatu permasalahan yang tidak menyenangkan muncul, permasalahan tersebut akan berkembang dengan cepat karena orang-orang dengan cepat berkumpul untuk menyuarakan pendapat mereka mengenai permasalahan tersebut.” kata Kim Hern Sik dilansir dari scmp
Dan ketika opini negatif masyarakat semakin meningkat terhadap seorang idol, TV dan dunia usaha meresponsnya dengan memutuskan hubungan dengan idol yang terkena skandal tersebut. Kritikus budaya pop lainnya, Ha Jae Geun, mengatakan bahwa masyarakat menganggap benar dengan membuat idol yang terlibat skandal kehilangan pekerjaan.
“Ketika masyarakat menyuarakan pendapatnya dan memaksa acara TV untuk membatalkan acara, hal itu dengan sendirinya memberikan rasa kepuasan. Dan hal ini terkadang membuat mereka menjadi kritikus yang lebih keras,” lanjut Ha Jae Geun dilansir dari scmp
Namun Ha Jae Geun menambahkan bahwa ini tidak selalu berarti buruk. Karena para idol dianggap memiliki dampak sosial yang besar, cara penanganan skandal menjadi contoh bagi masyarakat. Jika seorang selebriti yang pernah menjadi pelaku intimidasi dikeluarkan dari program mereka, anak-anak dapat mengambil pelajaran bahwa ada konsekuensi dari sebuah penindasan. Melihat fakta tersebut, tidak mengherankan begitu banyak idol Korea Selatan yang akhirnya sampai bunuh diri karena begitu besar harapan serta ekspetasi dari para penggemar. Di sisi lain, hal ini justru membuat para idol menjadi lebih disiplin dan fokus pada peningkatan kemampuan dan prestasi. Karena bagaimana pun juga, setiap negara tentu memiliki aturan dan tradisi yang berbeda. Bagaimana dengan Indonesia?