Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi bekerja dari rumah (unsplash.com/Windows)
ilustrasi bekerja dari rumah (unsplash.com/Windows)

Kerja remote kerap digambarkan sebagai pekerjaan yang bisa dilakukan di mana saja, pakai baju nyaman seharian, tanpa perlu macet-macetan di jalan. Karenanya, gak heran jika banyak orang punya mimpi untuk bekerja secara remote.

Banyak orang mengira sistem kerja seperti ini bisa bikin hidup lebih santai dan seimbang. Namun, setelah dijalani, gak sedikit juga yang justru merasa kehilangan semangat, sulit fokus, bahkan jadi makin stres. Ternyata, kerja dari rumah gak selalu seindah yang dibayangkan.

Faktanya, kerja remote memerlukan mental dan kebiasaan yang gak semua orang punya. Yuk, bahas satu per satu alasan kenapa gak semua orang bisa nyaman dan produktif saat kerja remote. Siapa tahu, kamu bisa lebih paham gaya kerja yang paling pas buat diri sendiri!

1. Butuh disiplin tinggi 

ilustrasi laki-laki sedang bekerja (unsplash.com/LinkedIn Sales Solutions)

Kerja remote itu godaannya banyak banget. Ada kasur yang manggil-manggil kamu untuk rebahan, film Netflix yang nunggu ditonton, belum lagi godaan untuk scrolling “sebentar aja” yang ujung-ujungnya jadi dua jam. Tanpa bos yang mengawasi, kamu harus jadi pengawas untuk diri sendiri.

Masalahnya, gak semua orang bisa menjaga ritme kerja tanpa struktur yang jelas. Orang yang mudah terdistraksi biasanya bakal kewalahan. Disiplin waktu jadi kunci utama di sini. Kalau kamu tipe yang baru bisa fokus kalau setelah kepepet deadline, kerja remote bisa jadi sumber stres tersendiri.

2. Sulit memisahkan waktu kerja dan waktu santai

ilustrasi lelah bekerja (pexels.com/Anna Tarazevich)

Di kantor, batas antara jam kerja dan pulang jelas sekali. Namun, kalau kerja dari rumah, batas itu kabur sekali. Laptop di meja makan, notifikasi WhatsApp bunyi jam 10 malam, dan akhirnya kamu merasa seperti kerja terus tanpa jeda. Inilah yang membuat banyak remote worker akhirnya burnout

Otak gak diberi kesempatan untuk benar-benar “mati lampu”. Padahal, salah satu kunci produktivitas justru ada di kemampuan untuk istirahat dengan benar. Kalau kamu orang yang mudah terbawa suasana kerja atau susah bilang “cukup dulu”, sistem remote bisa bikin kamu cepat kehabisan energi.

3. Rasa kesepian bisa jadi masalah serius

ilustrasi kesepian (pexels.com/Liza Summer)

Bagi orang ekstrover dan suka bersosialisasi, kerja remote bisa jadi neraka sunyi. Gak ada obrolan ringan di pantry, gak ada teman untuk curhat pas kerjaan numpuk, dan gak ada energi sosial yang biasanya muncul dari kerja bareng orang lain. Lama kelamaan ini bisa menyebabkan rasa kesepian yang serius.

Walau kelihatannya sepele, interaksi sosial di tempat kerja itu penting sekali untuk menjaga mood dan kesehatan mental. Kalau kamu tipe orang yang memperoleh energi dari ketemu orang lain, kerja sendirian di kamar bisa bikin motivasi menurun drastis. Ada yang akhirnya merasa terisolasi, bahkan kehilangan semangat untuk berkembang.

4. Komunikasi online gak selalu efektif

ilustrasi rapat virtual (freepik.com/freepik)

Kerja remote berarti semua komunikasi dilakukan lewat chat, email, atau virtual meeting. Masalahnya, gak semua orang nyaman atau jago berkomunikasi lewat tulisan. Kadang, pesan bisa disalahartikan, nada bicara gak tersampaikan, atau malah jadi miskomunikasi besar.

Selain itu, koordinasi tim juga bisa jadi ribet kalau ada perbedaan zona waktu. Butuh kesabaran ekstra untuk menunggu balasan atau adaptasi dengan ritme kerja orang lain. Kalau kamu tipe yang butuh respons cepat dan interaksi langsung, situasi seperti ini bisa bikin frustasi.

5. Lingkungan rumah gak selalu mendukung

ilustrasi ibu sedang bekerja sambil menggendong bayi (pexels.com/Sarah Chai)

Gak semua orang punya ruang kerja ideal di rumah. Ada yang harus kerja sambil menjaga anak, ada yang rumahnya terlalu ramai, atau sinyal internetnya gak stabil. Hal-hal kecil seperti ini bisa bikin produktivitas menurun tanpa disadari.

Kerja remote idealnya perlu lingkungan yang tenang dan alat kerja yang memadai. Kalau kamu gak punya ruang khusus untuk fokus, kamu bakal sering terganggu. Ujung-ujungnya, performa bisa turun dan stres meningkat.

Kerja remote memang fleksibel dan banyak kelebihannya, tapi bukan berarti cocok untuk semua orang. Dibutuhkan disiplin tinggi, kemampuan manajemen waktu, dan kesiapan mental untuk menghadapi isolasi serta tantangan komunikasi. Intinya, kerja ideal itu bukan yang kelihatan paling “bebas”, tapi yang paling bikin kamu berkembang dan bahagia.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team