Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi menunda pekerjaan (freepik.com/freepik)
ilustrasi menunda pekerjaan (freepik.com/freepik)

Prokrastinasi alias kebiasaan menunda pekerjaan sering jadi masalah besar yang membuat tugas menumpuk tanpa terasa. Banyak orang tahu mereka harus segera mengerjakan sesuatu, tapi selalu tergoda untuk melakukan hal lain yang lebih menyenangkan. Akhirnya, pekerjaan baru dikerjakan mendekati tenggat waktu, hasilnya pun sering gak maksimal.

Kalau dibiarkan, prokrastinasi bisa bikin stres, menurunkan produktivitas, bahkan memengaruhi kualitas hidup. Tapi tenang, ada cara yang bisa kamu lakukan untuk melawan kebiasaan menunda ini. Dengan langkah-langkah kecil dan konsisten, kamu bisa lebih disiplin dan terhindar dari tumpukan tugas. Yuk, simak lima cara mengatasi prokrastinasi berikut ini!

1. Pecah tugas besar jadi langkah kecil yang lebih mudah

ilustrasi mengerjakan tugas (freepik.com/freepik)

Salah satu penyebab utama prokrastinasi adalah rasa kewalahan ketika melihat tugas yang terlalu besar. Otak cenderung menolak memulai sesuatu yang terasa berat, sehingga kamu lebih memilih menundanya. Di sinilah pentingnya memecah tugas besar menjadi langkah-langkah kecil yang lebih ringan.

Misalnya, daripada menuliskan "selesaikan makalah 10 halaman," ubah target jadi "buat kerangka," lalu "tulis pendahuluan," dan seterusnya. Dengan begitu, kamu merasa beban tugas lebih ringan dan lebih mudah untuk memulainya. Setiap langkah kecil yang berhasil diselesaikan juga bisa memberikan dorongan motivasi tambahan.

Membagi tugas jadi bagian kecil bukan hanya membuat pekerjaan terasa lebih ringan, tapi juga membantumu merasa progres lebih jelas. Semakin banyak langkah kecil yang kamu selesaikan, semakin bersemangat pula untuk melanjutkan ke tahap berikutnya.

2. Gunakan teknik manajemen waktu seperti pomodoro

ilustrasi istirahat dari pekerjaan (freepik.com/benzoix)

Prokrastinasi sering muncul karena kurangnya manajemen waktu yang baik. Salah satu teknik sederhana namun efektif adalah metode pomodoro, yaitu bekerja dengan fokus penuh selama 25 menit lalu istirahat 5 menit. Setelah empat sesi, kamu bisa mengambil istirahat lebih panjang, sekitar 15–30 menit.

Teknik ini membantu otak tetap segar dan mengurangi perasaan terbebani. Dengan batas waktu yang jelas, kamu jadi terdorong untuk benar-benar fokus pada pekerjaan tanpa tergoda membuka media sosial atau menunda-nunda. Bahkan, tugas yang awalnya terasa berat bisa selesai sedikit demi sedikit tanpa disadari.

Selain pomodoro, kamu juga bisa mencoba variasi manajemen waktu lain sesuai kebutuhan. Yang terpenting, atur waktu bekerja dengan ritme yang realistis agar produktivitas meningkat dan rasa malas berkurang.

3. Singkirkan distraksi yang bikin sulit fokus

ilustrasi batasi notifikasi (freepik.com/benzoix)

Distraksi atau gangguan kecil sering jadi penyebab utama kenapa tugas gak kunjung dikerjakan. Notifikasi dari ponsel, keinginan scrolling media sosial, atau bahkan lingkungan kerja yang berisik bisa bikin kamu menunda-nunda pekerjaan. Karena itu, langkah penting untuk mengatasi prokrastinasi adalah menciptakan lingkungan yang mendukung fokus.

Cobalah bekerja di tempat yang tenang, jauhkan ponsel dari jangkauan, atau gunakan aplikasi khusus yang bisa memblokir media sosial sementara waktu. Hal kecil seperti menata meja kerja agar lebih rapi juga bisa membuat suasana lebih kondusif untuk produktif.

Semakin minim gangguan, semakin mudah otakmu fokus pada pekerjaan yang ada di depan mata. Dengan begitu, peluang untuk menunda pekerjaan akan semakin kecil.

4. Buat daftar prioritas harian yang jelas

ilustrasi to do list (unsplash.com/ Sweet Life)

Sering kali prokrastinasi terjadi karena kamu bingung harus mulai dari mana. Semua tugas terasa penting, sehingga akhirnya gak ada yang dikerjakan. Untuk mengatasi ini, buatlah daftar prioritas harian dengan urutan yang jelas. Tentukan tugas mana yang harus diselesaikan lebih dulu, mana yang bisa menunggu, dan mana yang bisa dikerjakan nanti.

Gunakan sistem sederhana seperti to-do list di buku catatan atau aplikasi digital. Tulis dengan rinci dan realistis agar mudah diikuti. Misalnya, "selesaikan 2 slide presentasi," lebih jelas dibanding sekadar "kerjakan presentasi." Dengan begitu, target harianmu lebih terukur dan bisa dicapai.

Ketika kamu berhasil mencoret satu per satu daftar tugas yang selesai, ada rasa puas tersendiri. Perasaan ini bisa jadi motivasi untuk terus menyelesaikan pekerjaan tanpa harus menundanya.

5. Beri reward kecil setelah menyelesaikan tugas

ilustrasi menonton film (freepik.com/freepik)

Mengatasi prokrastinasi gak hanya soal kerja keras, tapi juga memberi apresiasi pada diri sendiri. Setelah berhasil menyelesaikan satu tugas, beri reward kecil seperti menonton episode singkat drama favorit, menikmati camilan, atau sekadar istirahat santai. Cara ini membantu otak mengasosiasikan pekerjaan dengan hal positif.

Reward kecil juga bisa jadi penyemangat untuk segera menyelesaikan tugas berikutnya. Kamu jadi lebih termotivasi karena tahu ada hal menyenangkan yang menunggu setelah pekerjaan selesai. Namun, pastikan reward ini gak justru bikin kamu lupa melanjutkan tugas.

Dengan keseimbangan antara kerja dan reward, kamu bisa membentuk kebiasaan baru yang lebih produktif. Lama-kelamaan, prokrastinasi pun bisa berkurang karena otak terbiasa dengan pola kerja yang menyenangkan.

Prokrastinasi memang sering jadi musuh utama produktivitas, tapi bukan berarti gak bisa diatasi. Dengan memecah tugas jadi langkah kecil, mengatur waktu dengan teknik yang tepat, meminimalkan distraksi, membuat daftar prioritas, serta memberi reward pada diri sendiri, kamu bisa lebih konsisten menyelesaikan pekerjaan tanpa menunda. Ingat, kebiasaan kecil yang dilakukan terus-menerus akan membawa perubahan besar. Jadi, mulai sekarang, lawan rasa malasmu dan jangan biarkan tugas menumpuk lagi!

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team