Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Ilustrasi wanita di tempat kerja
Ilustrasi wanita di tempat kerja (Pexels.com/Yan Krukau)

Intinya sih...

  • Ketergantungan pada persetujuan orang lain membuat kepercayaan diri menurun, menghambat kemampuan pengambilan keputusan mandiri.

  • Mencari persetujuan menyebabkan kecemasan akan penolakan atau kritik, mengganggu fokus dan kreativitas dalam karier.

  • Ketergantungan pada persetujuan membuat kita takut mengambil risiko dan mencoba hal baru, menghambat perkembangan ide-ide segar.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Apakah kamu sering merasa perlu mendapatkan persetujuan dari orang lain sebelum mengambil keputusan dalam pekerjaanmu? Mungkin kamu merasa lebih tenang atau lebih percaya diri jika apa yang kamu lakukan disetujui oleh atasan atau rekan kerja. Namun, tahukah kamu bahwa kebiasaan ini, meskipun tampak tidak berbahaya, bisa berdampak buruk pada perkembangan kariermu?

Mengandalkan persetujuan orang lain untuk melangkah maju dalam pekerjaanmu dapat merusak kebebasan berpikirmu, mengurangi rasa percaya diri, dan bahkan menghambat potensi terbaikmu. Dalam artikel ini, kita akan mengulas lima dampak psikologis dari kebiasaan approval-seeking yang sering tidak kita sadari, dan bagaimana kebiasaan ini bisa menghalangi kesuksesan dalam kariermu.

1. Menurunnya kepercayaan diri

Ilustrasi seorang wanita (Pexels.com/Karola G)

Kebiasaan terus mencari persetujuan dapat membuat kita merasa bahwa penilaian orang lain lebih penting daripada keyakinan kita sendiri. Hal ini menyebabkan ketergantungan berlebihan pada pendapat luar, yang pada gilirannya menurunkan kepercayaan diri. Kamu mungkin merasa ragu untuk mengambil keputusan besar tanpa mendapat lampu hijau dari orang lain, padahal keputusan tersebut harusnya datang dari intuisi dan penilaian pribadi yang matang.

Seiring berjalannya waktu, ketergantungan ini bisa membuatmu merasa tidak kompeten meskipun sebenarnya kamu memiliki kemampuan yang cukup. Jika terus-menerus menunggu persetujuan, kamu akan melewatkan banyak kesempatan untuk mengasah kemampuan pengambilan keputusan yang lebih mandiri. Kepercayaan dirimu akan tergerus, karena kamu menjadi kurang yakin dengan keputusan yang dibuat tanpa persetujuan orang lain.

2. Stres dan kecemasan berlebihan

Ilustrasi merasa stres (Pexels.com/Photo By: Kaboompics.com)

Mencari persetujuan terus-menerus seringkali mengarah pada kecemasan yang berlebihan. Ketika kamu terlalu fokus pada apa yang orang lain pikirkan, perasaan khawatir tentang penilaian mereka dapat menyita energi mentalmu. Hal ini tidak hanya mengganggu konsentrasi, tetapi juga memengaruhi kesehatan mentalmu. Kecemasan ini muncul karena ketakutan akan penolakan atau kritik, yang bisa memperburuk stres di tempat kerja.

Kebiasaan ini juga bisa menyebabkan kamu merasa terperangkap dalam siklus yang tidak produktif. Alih-alih fokus pada pengembangan diri atau pencapaian tujuan karier, kamu malah terlalu sibuk memikirkan bagaimana cara menyenangkan orang lain. Dalam jangka panjang, kecemasan ini bisa membebani pikiranmu, mengurangi fokus dan kreativitas, yang pada akhirnya menghambat kesuksesanmu.

3. Mengurangi kreativitas dan inovasi

Ilustrasi seorang wanita di kantor (Pexels.com/Yan Krukau)

Saat kita terlalu banyak mencari persetujuan, kita cenderung menghindari risiko dan memilih jalan yang aman. Padahal, dalam karier, risiko dan inovasi adalah dua hal yang sangat berharga. Dengan terus-menerus mengandalkan orang lain untuk memberi persetujuan, kita menjadi lebih takut untuk berpikir di luar kotak atau mencoba pendekatan baru. Akibatnya, ide-ide segar yang bisa membawa kesuksesan seringkali terabaikan.

Kreativitas tidak berkembang ketika kita terlalu khawatir tentang bagaimana ide kita akan diterima. Kita menjadi lebih fokus pada bagaimana ide tersebut bisa diterima secara sosial daripada pada nilai inovatif yang bisa dihasilkannya. Jika kebiasaan mencari persetujuan ini terus berlanjut, kamu mungkin akan menemukan dirimu terjebak dalam rutinitas yang tidak berkembang, yang pada akhirnya mengurangi kesempatan untuk maju.

4. Terganggunya relasi profesional

Ilustrasi lingkungan kerja (Pexels.com/Felicity Tai)

Kebiasaan mencari persetujuan bisa mempengaruhi hubungan profesionalmu. Jika kamu terus-menerus meminta persetujuan dari atasan atau rekan kerja, mereka bisa merasa terbebani atau bahkan frustrasi. Tidak jarang, mereka akan mulai melihatmu sebagai kurang mandiri, dan ini bisa memengaruhi cara mereka memandang kontribusimu dalam tim.

Dalam lingkungan kerja, hubungan yang sehat dibangun atas dasar saling percaya dan pengertian. Jika kamu terus mencari persetujuan, ini bisa menurunkan tingkat kepercayaan orang lain terhadap kemampuanmu. Padahal, untuk bisa maju dalam karier, kamu harus bisa menunjukkan bahwa kamu mampu mengambil keputusan sendiri dan bertanggung jawab atas pilihan yang diambil.

5. Meningkatkan rasa takut gagal

Ilustrasi seorang pria (Pexels.com/Tima Miroshniche)

Kebiasaan mencari persetujuan juga bisa memunculkan rasa takut gagal yang berlebihan. Ketika kamu merasa bahwa kesuksesan hanya datang dengan persetujuan dari orang lain, setiap kegagalan bisa terasa seperti bencana besar. Padahal, kegagalan adalah bagian dari proses belajar dan pertumbuhan, dan kamu perlu menerima kenyataan bahwa tidak semua keputusan akan berjalan mulus.

Ketika kita membiarkan ketakutan terhadap kegagalan mendominasi, kita akan selalu menghindari tantangan baru yang justru bisa membuka peluang besar. Rasa takut ini membuat kita lebih cenderung bermain aman, yang akhirnya memperlambat kemajuan karier. Jika kamu ingin maju, kamu harus berani gagal dan belajar dari setiap pengalaman, tanpa takut penilaian orang lain.

Ketika kita terjebak dalam kebiasaan mencari persetujuan, kita sering kali mengabaikan potensi diri yang sebenarnya bisa lebih berkembang. Kesuksesan sejati bukan hanya tentang mendapatkan persetujuan dari orang lain, tetapi tentang mengenali kekuatan dalam diri sendiri, berani membuat keputusan, dan bertanggung jawab atas pilihan kita. Karier yang sukses datang dari keberanian untuk mengambil risiko, menerima kegagalan, dan terus belajar tanpa bergantung pada validasi orang lain. Jangan biarkan kebiasaan ini menghambatmu, karena kesuksesan sejati ada pada kebebasan untuk menjadi diri sendiri.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team