Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi teman (pexels.com/Tim Douglas)

Intinya sih...

  • Priming kata "bye" memicu asosiasi dengan "buy", mempengaruhi perilaku belanja tanpa disadari
  • Pemasar sering manfaatkan efek ini untuk tingkatkan penjualan melalui iklan dan promosi
  • Efek ini dapat mengarah pada pengeluaran impulsif dan pentingnya kesadaran diri dalam pengelolaan keuangan

Pernahkah kamu merasa ingin membeli sesuatu setelah membaca kata "bye"? Atau kamu pernah tergoda untuk membeli produk yang tidak kamu butuhkan setelah melihat iklan? Nah, fenomena ini dikenal sebagai Bye-Now Effect, sebuah fenomena psikologis yang menarik dan seringkali tidak disadari yang mempengaruhi perilaku belanja kita.

Bye-Now Effect muncul dari skenario priming kata, di mana membaca kata "bye" dapat membuat kita berpikir tentang kembaran fonologisnya, "buy". Ketika pikiran kita beralih ke kata kerja "buy", ini dapat mempengaruhi perilaku kita untuk membeli. Fenomena ini menunjukkan bagaimana kata-kata yang kita baca dapat mempengaruhi keputusan belanja kita, bahkan tanpa kita sadari.

Nah, berikut adalah lima fakta menarik tentang Bye-Now Effect. Yuk, simak!

1. Bye-Now Effect menggambarkan pengaruh kata

ilustrasi teman (pexels.com/Gustavo Fring)

Bye-Now Effect muncul dari skenario priming kata, di mana membaca kata “bye” dapat membuat kita berpikir tentang kembaran fonologisnya, “buy”. Ketika pikiran kita beralih ke kata kerja “buy”, ini dapat mempengaruhi perilaku kita. Ini adalah contoh dari bagaimana bahasa dan persepsi kita dapat mempengaruhi tindakan kita, bahkan tanpa kita sadari. Efek ini menunjukkan bahwa kata-kata yang kita baca atau dengar dapat memiliki dampak yang signifikan pada keputusan kita, terutama dalam konteks pembelian.

Dalam konteks pemasaran, efek ini sering dimanfaatkan untuk meningkatkan penjualan. Misalnya, penggunaan kata “bye” dalam iklan atau promosi dapat secara tidak langsung mendorong konsumen untuk membeli produk atau layanan yang ditawarkan. Ini menunjukkan bahwa pemilihan kata dalam komunikasi pemasaran dapat menjadi alat yang sangat kuat untuk mempengaruhi perilaku konsumen.

2. Bye-Now Effect menunjukkan pengaruh tak sadar

ilustrasi menjual barang (pexels.com/Gustavo Fring)

Efek ini menunjukkan bahwa kita dapat mengubah perilaku konsumsi kita secara drastis berdasarkan kata-kata priming. Meskipun kita mungkin tidak secara sadar membuat koneksi antara “bye” dan “buy”, efek ini menunjukkan bahwa kata-kata tersebut dapat mempengaruhi kita. Ini menunjukkan bahwa pikiran bawah sadar kita memiliki peran yang lebih besar dalam pengambilan keputusan kita daripada yang mungkin kita sadari.

Penelitian dalam psikologi konsumen telah menemukan bahwa kata-kata yang digunakan dalam iklan dan promosi dapat memicu respons emosional dan kognitif yang kuat, yang pada gilirannya dapat mempengaruhi perilaku pembelian. Ini berarti bahwa bahkan ketika kita berpikir kita membuat keputusan yang rasional, faktor-faktor tak sadar seperti Bye-Now Effect dapat memainkan peran penting.

3. Bye-Now Effect terkait dengan keputusan finansial

ilustrasi berbelanja (pexels.com/Sam Lion)

Bye-Now Effect adalah bias kognitif yang mempengaruhi pengambilan keputusan finansial kita. Efek ini menyatakan bahwa ketika kita menemui kata “bye”, kita dipengaruhi untuk menghabiskan lebih banyak uang daripada jika kita tidak melihat kata tersebut. Ini dapat memiliki implikasi yang signifikan untuk anggaran dan pengelolaan keuangan pribadi kita, karena dapat menyebabkan pengeluaran impulsif yang tidak direncanakan.

Dalam praktiknya, efek ini dapat menyebabkan kita membuat keputusan pembelian yang cepat tanpa mempertimbangkan sepenuhnya konsekuensi finansialnya. Ini menunjukkan pentingnya kesadaran diri dan kontrol diri dalam mengelola keuangan kita, serta pentingnya memahami bagaimana faktor psikologis dapat mempengaruhi keputusan kita.

4. Bye-Now Effect memperlihatkan pengaruh homofon

ilustrasi berbelanja (pexels.com/Arina Krasnikova)

Efek ini juga menunjukkan bagaimana pemikiran kognitif kita dapat dengan mudah disesatkan oleh homofon. Ketika kita disajikan dengan banyak informasi, otak kita kesulitan untuk mengode setiap bagian dari beban kognitif dengan benar, dan kita akhirnya membuat koneksi yang tidak tepat dengan kata-kata. Ini adalah contoh dari bagaimana proses kognitif kita dapat dipengaruhi oleh kesalahan persepsi dan asosiasi.

Homofon adalah kata-kata yang terdengar sama tetapi memiliki arti yang berbeda, dan efek ini menunjukkan bahwa kita sering mengaitkan makna kata berdasarkan suara daripada konteksnya. Ini dapat menyebabkan kesalahpahaman dan keputusan yang tidak tepat, terutama dalam situasi di mana kejelasan dan pemahaman yang tepat sangat penting.

5. Bye-Now Effect berdampak pada pembaca dengan keterampilan rendah

ilustrasi menjual barang (pexels.com/cottonbro studio)

Penelitian telah menunjukkan bahwa pembaca dengan keterampilan rendah mungkin lebih terpengaruhi oleh Bye-Now Effect. Mereka memiliki akses yang lebih buruk ke informasi yang baru dibaca, sehingga lebih mungkin untuk mengaktifkan sel memori yang salah saat mengingat. Ini menunjukkan bahwa kemampuan membaca dan pemahaman yang baik dapat membantu melindungi kita dari pengaruh tak sadar seperti efek ini.

Selain itu, efek ini dapat memiliki dampak yang lebih besar pada individu yang kurang terbiasa dengan strategi pemasaran dan teknik persuasi. Ini menekankan pentingnya pendidikan literasi media dan keuangan sebagai alat untuk membantu konsumen membuat keputusan yang lebih tepat dan terinformasi.

Bye-Now Effect hanyalah salah satu contoh bagaimana pikiran kita dapat dimanipulasi oleh stimulus di sekitar kita. Memahami efek psikologis ini dapat membantu kita menjadi konsumen yang lebih cerdas dan membuat keputusan yang lebih rasional saat berbelanja. Semoga bermanfaat!

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team