Bukan tidak mungkin apabila persaingan kerja semakin susah tiap tahunnya. Angka usia produktif yang melonjak menjadi salah satu faktornya. Maka merupakan suatu kemungkinan apabila perusahaan meningkatkan kualifikasi yang lebih ketat untuk menyaring kandidat. Data terakhir menunjukkan bahwa jumlah penduduk usia produktif (15-64 tahun) di Indonesia sebanyak 190,83 juta jiwa (69,3%) pada 2022. Sehingga perusahaan pun harus pintar-pintar memilih kandidat. Belum lagi jika terjadi kesenjangan antara kebutuhan industri di masa depan terhadap lulusan tertentu yang ‘sepi peminat’. Misalnya ketika pekerjaan A membutuhkan 10 orang, tetapi lulusan jurusan A hanya tersedia sebanyak 5 orang.
Fenomena di mana kita sedang mendapatkan bonus demografi ini sebenarnya bisa menjadi kesempatan emas untuk meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi dan mengantarkan Indonesia naik kelas. Tentunya apabila dibarengi dengan upaya meningkatkan daya saing para tenaga kerja, misalnya melalui pendidikan dan kesehatan. Sebagai generasi muda, terutama yang masih dalam jenjang pelajar mesti pintar-pintar mencari peluang. Salah satunya dengan menilik apa yang sebenarnya industri butuhkan ke depannya. Bukan tanpa alasan, kita digadang-gadang sebagai pemegang kepentingan di masa depan. Hal ini sejalan dengan pernyataan Tina Talisa selaku Staf Khusus #KementerianInvestasi/BKPM pada talkshow “Transformasi Ekonomi: Menjelajahi Model Hilirisasi Sumber Daya Alam yang Berkelanjutan” kolaborasi dengan IDN Times (27/09/2023). Ia mengungkapkan bahwa generasi muda saat ini adalah yang paling punya kepentingan terhadap realisasi #HilirisasiUntukNegeri.
Oleh sebab itu, penting bagi generasi muda untuk menyiapkan diri dengan keterampilan sesuai kebutuhan di masa depan, misalnya mengikuti program studi yang cocok untuk hajat #HilirisasiUntukNegeri. Dalam upaya mempersiapkan diri untuk meningkatkan daya saing, memilih jurusan saat memasuki perguruan tinggi saja memang tidak cukup. Akan tetapi, dengan hal ini kita bisa mengimbangi kebutuhan industri di masa depan terhadap lulusan tertentu khususnya untuk hilirisasi. Potensi kekayaan sumber daya alam yang berkolaborasi dengan peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan langkah yang tepat untuk mendorong perkembangan suatu negara. Sehingga secara tidak langsung hal ini adalah bentuk kontribusi menuju visi Indonesia Emas 2045 nanti.
Hilirisasi sendiri merupakan upaya mengelola bahan mentah dari sumber daya alam yang Indonesia punya menjadi barang jadi/setengah jadi atau produk yang bernilai tambah. Ini kemudian menjadi langkah nyata untuk menuntun Indonesia naik kelas menuju negara maju. Sumber daya alam pilihan hilirisasi terdiri dari 8 sektor potensial yang terbagi ke dalam 21 komoditas prioritas. Di antaranya adalah batubara, nikel, timah, tembaga, bauksit, besi, perak, emas, aspal buton, minyak bumi, gas alam, kelapa sawit, kelapa, karet, biofuel, kayu getah pinus, udang, ikan, kepiting, rumput laut, dan garam. Berkaitan dengan hal itu, berikut ini 5 jurusan yang relate dengan hajat hilirisasi.