Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi membaca ulasan (pexels.com/Vlada Karpovich)

Ketika tulisanmu dipublikasikan tentu pembaca datang dari berbagai kalangan. Sebagian besarnya mungkin hanya sekadar membaca. Namun, ada pula beberapa orang yang meninggalkan komentar atau bahkan bersusah payah membuat ulasannya. Ulasan itu kemudian diunggah di media sosial dengan atau tanpa menandai dirimu sebagai pencipta karya.

Makin terkenal dirinya sebagai pengulas bacaan, makin banyak pula jumlah pengikutnya. Jika ulasannya atas karyamu positif, akan makin banyak orang yang tertarik untuk membacanya juga. Namun, bila ulasannya cenderung negatif bisa bikin orang-orang langsung mencoret karyamu dari daftar karya yang akan dibaca.

Lebih dari sekadar suatu ulasan bakal membuat karyamu tambah terkenal atau justru dilewatkan orang-orang, ada dampak besar untuk kamu sendiri. Terdapat plus minus membaca ulasan atas karya sendiri yang bisa memengaruhi semangatmu untuk berkarya ke depannya. Berikut penjelasan selengkapnya.

1. Kalau ulasan berisi apresiasi tentu bikin senang dan bersemangat

ilustrasi membaca ulasan (pexels.com/iam hogir)

Kamu sudah bekerja keras untuk menghasilkan karya tulis. Antara waktu pembaca menikmati karyamu dengan proses pembuatannya tentu gak sebanding. Sebuah novel dengan ratusan halaman misalnya, baru benar-benar selesai setelah berbulan-bulan dikerjakan.

Bahkan ada penulis yang baru menyelesaikannya setelah bertahun-tahun karena risetnya panjang dan mendalam. Sementara pembaca menikmatinya hingga tamat hanya sebulan atau beberapa hari saja jika dikebut. Dengan adanya ulasan yang mengapresiasi karyamu, ini seperti menghapus seluruh lelahmu.

2. Merasa lebih dekat dengan pembaca

ilustrasi membaca ulasan (pexels.com/Helena Lopes)

Penulis dengan pembaca bisa terpisah begitu jauh. Kalian gak cuma beda daerah, tetapi dapat pula sampai beda negara. Kalian dipertemukan oleh karyamu dan berlanjut ke ulasan yang dibuatnya. Apabila ia menandaimu dalam unggahannya di media sosial, kalian jadi dapat berinteraksi secara langsung. 

Walaupun masih sebatas melalui dunia maya, kalian sudah lebih terhubung. Tampaknya ini sederhana, tetapi cukup penting dalam kehidupan seorang penulis. Setiap hari dirimu lebih banyak bekerja di depan laptop dan di sekitarmu belum tentu ada orang yang membaca karyamu.

Tahu bahwa di luar sana ada banyak orang yang membaca karyamu bahkan menuliskan ulasannya bikin kamu merasa pekerjaanmu lebih nyata. Hasil karyamu dinikmati banyak orang dan dibicarakan. Ide-ide bukan sekadar memenuhi benakmu. Pertemanmu juga meluas dan penggemar karyamu mungkin saja sampai bikin komunitas buat selalu mendukungmu.

3. Tahu seperti apa respons pembaca

ilustrasi membaca ulasan (pexels.com/Mikhail Nilov)

Kamu tentu senang karyamu sudah dipublikasikan. Akan tetapi, tanpa adanya satu pun ulasan pasti terasa ada yang kurang. Dirimu sebagai penciptanya menjadi tak tahu gambaran respons pembaca. Apakah mereka menyukainya?

Apa saja yang membuat karyamu menarik bagi mereka? Siapa penulis yang dianggap sejajar denganmu? Pertanyaan-pertanyaan di atas bukan tanda kepribadianmu narsistik. Wajar kamu ingin tahu sejauh mana karyamu memberikan pengaruh pada pembaca. Semua itu terjawab dalam ulasan mereka.

4. Mendapat masukan yang membangun

ilustrasi membaca ulasan (pexels.com/theAmritdev)

Penulis juga butuh banyak masukan supaya ke depan karyanya makin bagus. Biasanya penulis hanya memperoleh saran dari editor yang menangani naskahnya. Itu pun tak semua editor memberikan banyak masukan sebab dapat mengubah isi cerita yang diinginkan penulis.

Maka tambahan saran dari pembaca juga diperlukan. Terlebih kalau dirimu baru kali ini merilis sebuah karya. Kamu masih harus banyak belajar agar bisa menghasilkan karya berikutnya yang tak kalah menarik. Jika karyamu terbit tanpa kurasi editor, masukan dari pembaca makin penting agar kamu tidak bersikap semaunya sendiri dalam berkarya.

5. Bad comment bikin kamu bad mood

ilustrasi membaca ulasan (pexels.com/Kenzhar Sharap)

Akan tetapi, tidak semua orang menulis ulasan secara bijak. Atau, ulasannya sebenarnya cukup sopan. Namun, percakapan di kolom komentar bisa berbeda dari ulasan tersebut. Di kolom komentar, baik pembuat ulasan maupun akun-akun lain baru lebih terbuka mengatakan hal-hal yang kurang dari karyamu.

Bahasanya pun tidak sesopan dalam ulasan. Dirimu sempat senang ketika membaca ulasannya, tetapi mentalmu kena selepas sampai di kolom komentar. Belum lagi bila baik ulasan maupun komentarnya sama-sama buruknya. Kamu akan merasa hancur, marah, dan malu. Begitu banyak orang bisa membaca ulasan tersebut. Ulasan negatif beberapa paragraf saja dapat membuatmu bad mood berhari-hari bahkan berbulan-bulan.

6. Beban seakan-akan harus menyenangkan semua pembaca

ilustrasi membaca ulasan (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Semua orang tentu memiliki pendapat dan harapan masing-masing terkait sebuah karya. Itu baru muncul setelah mereka selesai membaca karyamu. Sementara itu, kamu membuatnya dalam keheningan kamar dan berangkat dari pemikiranmu sendiri. Tidak mungkin untukmu memuaskan mereka semua melalui sebuah karya.

Namun, membaca ulasan dapat membuatmu terbebani. Dirimu seperti diarahkan agar begini dan begitu oleh pembaca. Ada pembaca yang ingin happy ending, sad ending, atau malah akhir yang menggantung biar selamanya bikin penasaran.

Ada pula pembaca yang ingin tokoh ini dan itu bersatu serta sebagainya. Jika penulis telah terbebani perasaan harus menyenangkan semua pembaca, karyamu malah menjadi gak menggambarkan diri sendiri serta kemampuanmu dalam menulis yang sesungguhnya. Akan selalu ada pembaca yang tidak puas dan kamu merasa serba salah.

7. Takut dan malas berkarya lagi

ilustrasi membaca ulasan (pexels.com/MART PRODUCTION)

Penulis banyak bekerja sendirian. Dalam kesendirian ini, emosi negatif lebih mudah muncul dan menguat. Terlebih setelah kamu membaca ulasan yang jauh dari harapanmu. Dirimu hendak membagikan perasaaanmu pada orang lain di sekitarmu pun belum tentu ada yang memahamimu.

Bisa-bisa mereka lebih mendukung ulasan tersebut dan membuatmu tambah down. Akibatnya, semangatmu dalam berkarya bisa rusak. Kamu terus memikirkan ulasan yang kurang baik itu. Dirimu juga tidak yakin dapat menulis dengan lebih baik daripada karya sebelumnya.

Kamu pun ketakutan bakal kembali memperoleh ulasan yang makin buruk untuk karya terbarumu nanti. Dirimu menjadi merasa lebih mudah serta aman jika berhenti menulis. Meniadakan karya sama dengan berhenti menjadikan tulisanmu sebagai sorotan.

Ada penulis yang secara khusus meminta karyanya diulas agar lebih dikenal oleh masyarakat. Namun, ada pula penulis yang sama sekali tak pernah meminta hal tersebut dan karyanya tetap dibicarakan pembaca. Baik isinya positif semua atau malah banyak negatifnya, adanya ulasan perlu disyukuri karena terdapat plus minus membaca ulasan atas karya sendiri.

Setidaknya, karya dan namamu telah berhasil mencuri perhatian. Namun untuk menjaga kesehatan mental dan semangatmu dalam berkarya, baca sedikit saja dari ulasan yang ada. Gak usah sampai kamu mencari-carinya, membaca semuanya, lalu overthinking. Ulasan diperlukan, tetapi karyamu selanjutnya lebih dinantikan.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team