Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi kerja tim
ilustrasi kerja tim (pexels.com/fauxels)

Intinya sih...

  • Mengembangkan potensi tim perlu dilakukan dengan adil agar semua anggota punya kesempatan tumbuh tanpa merasa dianaktirikan.

  • Kuncinya ada pada mengenali karakter tiap orang, memberi peluang merata, dan menjaga komunikasi dua arah.

  • Keadilan berarti memberikan dukungan sesuai kebutuhan masing-masing agar seluruh tim bisa berkembang bersama.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Pernah, gak, sih, kamu merasa kalau dalam tim, ada satu atau dua orang yang selalu dapat kesempatan lebih banyak dari yang lain? Entah karena mereka lebih vokal, dekat dengan atasan, atau kelihatan lebih “siap”. Padahal, kalau ditelusuri, semua anggota tim punya potensi masing-masing yang bisa dikembangkan. Tantangannya, bagaimana caranya agar setiap orang punya peluang yang adil untuk tumbuh tanpa ada yang merasa dianaktirikan. Karena tim yang sehat itu bukan hanya yang produktif, tapi juga yang semua anggotanya merasa dihargai dan punya ruang untuk berkembang.

Mengembangkan potensi anggota tim secara adil itu gak bisa hanya modal niat baik. Perlu strategi yang matang dan kepekaan sebagai pemimpin atau rekan kerja. Kadang, tanpa sadar, kita bisa saja lebih fokus ke orang yang paling menonjol, sementara yang pendiam justru punya ide-ide cemerlang yang belum sempat disuarakan. Nah, agar semua potensi bisa keluar maksimal, yuk, bahas gimana cara mengelola dan mengembangkan kemampuan tiap anggota tim secara adil serta efektif!

1. Kenali gaya kerja dan keunikan tiap orang

ilustrasi mengobrol dengan rekan kerja (pexels.com/fauxels)

Setiap anggota tim itu unik. Ada yang cepat tangkap tapi butuh arahan, ada juga yang butuh waktu lama, tapi hasilnya selalu rapi. Jadi, langkah pertama untuk mengembangkan potensi secara adil ialah dengan cara gak menyamaratakan semua orang. Coba luangkan waktu untuk mengenal gaya kerja mereka satu per satu, misalnya lewat obrolan santai, cek hasil kerja, atau cara mereka menyelesaikan tugas.

Dengan cara ini, kamu bisa tahu siapa yang cocok diberi tantangan baru, yang perlu pendampingan ekstra, dan yang potensinya masih tersembunyi. Intinya, adil itu bukan berarti perlakuan yang sama, tapi perlakuan yang sesuai kebutuhan masing-masing. Kalau tahu karakter mereka, kamu bisa memberi dukungan yang pas, bukan yang asal rata.

2. Buka ruang kesempatan untuk semua

ilustrasi diskusi (unsplash.com/Austin Distel)

Banyak pemimpin tanpa sadar hanya memberikan peluang pada karyawan yang sering terlihat aktif. Padahal, anggota tim yang lebih tenang juga bisa punya kontribusi besar jika diberi kesempatan. Jadi, pastikan semua orang punya akses yang sama untuk berkembang. Kalau ada proyek baru, misalnya, rotasi siapa yang jadi pemimpin atau penanggung jawab agar semua dapat pengalaman memimpin. Kalau ada pelatihan, jangan cuma memberikannya pada orang yang itu-itu saja, tapi gantian dengan anggota lain.

Selain adil, cara ini juga bisa memperluas kapasitas tim secara keseluruhan. Semua orang jadi lebih siap menghadapi berbagai situasi. Selain itu, rasa saling menghargai di antara anggota juga meningkat.

3. Bangun komunikasi dua arah

ilustrasi berdiskusi dengan rekan kerja (unsplash.com/Amy Hirschi)

Jangan hanya memberikan instruksi, tapi juga dengarkan mereka. Komunikasi dua arah bisa membuat anggota tim merasa suara mereka didengar dan dihargai. Coba biasakan diskusi terbuka setiap minggu. Semua orang bebas membicarakan ide, kesulitan, atau saran buat tim. Dari situ, kamu bisa mengetahui potensi yang belum terlihat. Kadang, ide paling keren datang dari orang yang jarang bicara.

Selain itu, komunikasi terbuka juga membuat kamu lebih paham apa yang membuat anggota tim kehilangan motivasi atau semangat. Kadang, penyebabnya bukan soal pekerjaan, tapi hal kecil seperti merasa gak dihargai atau kurang dilibatkan dalam keputusan. Dengan memahami akar masalahnya lebih dulu, kamu bisa membantu mereka berkembang tanpa harus menebak-nebak atau membuat asumsi yang salah.

4. Beri umpan balik yang membangun

ilustrasi rapat bersama karyawan (pexels.com/Christina Morillo)

Kalau kamu pengen anggota tim berkembang, jangan pelit memberikan umpan balik. Namun, ingat, umpan balik yang efektif itu bukan cuma kritik, melainkan arahan yang membangun. Sebagai contoh, jangan bilang, “Hasil kerjamu kurang bagus,” tapi, “Kayaknya, bagian ini bisa lebih kuat kalau kamu tambahkan data pendukung.” Dengan cara itu, mereka gak akan merasa diserang, tapi justru termotivasi buat memperbaiki diri.

Selain itu, penting juga untuk memberikan apresiasi. Pujian kecil di depan tim bisa memberikan efek besar bagi kepercayaan diri seseorang. Saat mereka merasa diakui, potensi mereka akan tumbuh lebih cepat.

5. Hindari perbandingan antaranggota

ilustrasi memimpin rapat kerja (pexels.com/fauxels)

Salah satu kesalahan paling sering terjadi dalam tim ialah membandingkan anggota satu dengan yang lain. Mungkin maksudnya untuk membuat mereka termotivasi, tapi seringnya malah bikin suasana jadi gak nyaman. Ingat, tiap orang punya jalur dan kecepatan belajar yang beda. Daripada bilang, “Coba kayak si A, dong. Dia cepat banget,” lebih baik bantu mereka mencari gaya kerja yang paling cocok untuk dirinya sendiri. Kalau kamu fokus membantu tiap orang berkembang sesuai potensi mereka, bukan berdasarkan siapa yang “terbaik”, hasilnya justru lebih solid. Tim jadi saling dukung, bukan saling bersaing satu sama lain.

Mengembangkan potensi anggota tim secara adil itu soal keseimbangan antara empati, komunikasi, dan kepekaan. Kamu gak perlu jadi pemimpin yang sempurna. Kamu cukup jadi seseorang yang mau mendengar, memberikan kesempatan, dan gak takut melihat semua orang bersinar bersama. Karena dalam tim yang sehat, keberhasilan gak datang dari satu orang yang paling menonjol, tapi dari semua yang tumbuh bersama.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team

EditorYudha ‎