Tak berhenti di situ, suasana Nusantara pun akan semakin terasa kental ketika kita mulai menginjakkan kaki di lobi utama IDN Media HQ. Nuansa batik ditorehkan pada dinding-dinding lobi, bukan hanya sebagai hiasan, namun juga lambang.
"Hal ini untuk menegaskan keberagaman Indonesia, bahwa Indonesia adalah negara yang lahir dan besar bukan karena persamaan, namun karena perbedaan. Corak dari batik tersebut kita buat sendiri dan kita beri nama Batik Indonesia (IDN),” jelas Winston.
Misalnya, Sawunggaling, perpaduan antara batik klasik keraton (Solo dan Yogyakarta) dengan batik pesisir utara Jawa Tengah (Pekalongan) yang diciptakan oleh seorang Tionghoa, yang mengenal baik kebudayaan Jawa bernama Go Tik Swan. Batik ini melambangkan kekuatan, kemakmuran, dan persatuan Indonesia.
Ada lagi batik Mega Mendung asal Cirebon yang berarti tenang, mengayomi, dan positif. Hokokai dari Pekalongan menekankan pada karakter yang berani, penuh perjuangan, kerja keras, serta ketahanan. Batik Jonasan yang berasal dari Banyumas adalah tentang kemandirian, kesederhanaan, dan kerendahan hati. “Nilai-nilai dari batik itulah yang kita ingin tanam pada diri kita sendiri, pada Timmy,” imbuhnya.
Aksen batik yang mempertegas kesan keanekaragaman ini didukung pula dengan adanya sebuah piano di sisi kanan lobi.
“Piano ini melambangkan kerjasama tim. Simfoni yang indah hanya akan dihasilkan oleh perpaduan nada yang elok. Bayangkan bila piano hanya dimainkan pada satu not yang sama dengan cara yang monoton. Tentu keindahan tersebut mustahil dicapai. Sama halnya dengan piano, kita pun memerlukan kolaborasi agar sinergi yang saling mendukung dapat tercipta. Dengan demikian, kita dapat menghasilkan output yang maksimal, seperti alunan nada dari not-not piano yang dimainkan bersama-sama,” terangnya.