5 Dampak Negatif Mengadopsi Hustle Culture, Rawan Stres hingga Burnout

Dunia yang makin serba cepat justru makin banyak menuntut, salah satunya mobilitas dalam pekerjaan. Kini, hustle culture atau budaya kerja keras seakan menjadi fenomena yang harus diikuti dalam kehidupan modern. Namun, banyak orang malah merasa terjerat dalam budaya satu ini.
Hustle culture mungkin terdengar positif lantaran mengagungkan slogan kerja keras. Padahal melihat faktanya di lapangan, fenomena ini terbilang cukup ekstrem dan cenderung lebih ke arah ambisius. Orang-orang yang mengadopsi budaya ini percaya bahwa suskes hanya bisa dicapai dengan kerja kerja tanpa henti.
Meskipun tidak sepenuhnya buruk, perlu dipikirkan baik-baik jika tertarik menerapkan hustle culture. Pasalnya, ada beberapa dampak negatif yang bisa terjadi. Dari stres hingga burnhout, berikut lima dampak negatif hustle culture yang perlu diwaspadai.
1. Kehilangan keseimbangan dalam hidup
Selama ini, banyak orang berusaha mencapai work-life balance untuk bisa menjalani pekerjaan dan kehidupan pribadi yang seimbang. Sementara itu, hustle culture justru dapat menjauhkan seseorang dari keseimbangan dalam hidup. Dedikasinya terlalu besar terhadap pekerjaan.
Orang umumnya cukup bekerja 8 hingga 10 jam per hari. Sisanya bisa melakukan hal lain di luar pekerjaan. Akan tetapi, orang dengan budaya kerja keras selalu berusaha memberikan hampir sepenuh waktunya untuk pekerjaan. Keseimbangan dalam hidup pun akhirnya hilang. Tidak ada waktu untuk keluarga, teman, hobi dan yang lainnya.