Tidak mudah menjadi perempuan yang hidup dalam balutan stigma yang kadung berkembang di masyarakat. Selain harus hidup sebagai kaum kelas dua, pendapat perempuan sering kali tidak masuk hitungan karena stigma sentimen atau lebih mengedepankan perasaan ketimbang logika yang kerap disematkan oleh banyak orang.
Namun stigma itu tidak semestinya lestari di era keterbukaan informasi seperti saat ini. Dua penulis perempuan, yakni Ligwina Hananto dan Kalis Mardiasih, justru mengajak perempuan agar berani bersuara dan mengemukakan pendapat, baik secara langsung maupun lewat media sosial.
Dalam satu kesempatan di ajang Indonesia Writers Festival 2020 yang diselenggarakan IDN Times pada Selasa (22/09/2020), keduanya bahkan memberikan panduan bagi para perempuan yang mau bersuara agar tidak perlu khawatir akan perundungan atau bullying yang bakal menimpa mereka. Apa saja panduan itu? Berikut ini ulasannya.