ilustrasi pygmalion effect (pexels.com/pavel-danilyuk)
Banyak situasi dalam kehidupan sehari-hari yang menerapkan pygmalion effect. Misalnya seorang manajer perusahaan yang memutuskan untuk mengelompokkan agen penjualan berdasarkan kinerja mereka. Kelompok tersebut dibagi menjadi kelompok sangat baik, rata-rata, dan di bawah rata-rata dengan pemberian target yang berbeda-beda.
Agen penjualan yang masuk dalam kelompok sangat baik akan mendapatkan target yang lebih tinggi, tantangan yang dihadapi pastinya akan lebih sulit daripada kelompok yang lain. Selain target yang tinggi, motivasi yang didapat agen penjualan pada kelompok ini juga tinggi. Akhirnya, mereka akan berusaha keras untuk meningkatkan kinerja mereka dan keberhasilan mereka dalam mencapai target akan memperkuat label yang melekat pada diri mereka.
Sebaliknya, agen penjualan dalam kelompok lain yang diberi target lebih rendah tidak memiliki daya juang yang sama seperti kelompok sangat baik. Motivasi yang diberikan pun tidak seintens yang didapatkan agen penjualan dalam kelompok sangat baik. Akibatnya, agen penjualan yang masuk dalam kelompok rata-rata dan di bawah rata-rata akan menghasilkan output kerja yang biasa saja.