Gen Z memberikan kontribusi besar terhadap pergeseran makna dan definisi pekerjaan masa kini. Terlebih menyoal working hours, generasi ini tampaknya mengalami perubahan paradigma terkait pola 9 to 5 yang dianggap tradisional. Tak lagi menjadi tolok ukur produktivitas, Gen Z membawa nilai dan tren baru merespons kebutuhan saat ini. Salah satunya adalah microshifting.
Microshifting menerapkan praktik kerja yang lebih fleksibel dengan kendali pribadi untuk memecah blok-blok kerja dan rehat secara mikro. Alih-alih bekerja secara terus-menerus dalam durasi 8 jam, microshifting memungkinkan karyawan untuk bekerja dalam sesi singkat.
Konsep ini juga memungkinkan karyawan untuk mengatur waktu kerja berdasarkan momen atau fase paling produktif bagi mereka. Selebihnya, karyawan dapat menyusun waktu istirahat, menyesuaikan dengan jam kerja yang telah dibentuk sendiri.
Tren ini tak muncul tanpa sebab. Microshifting didasari oleh kecenderungan generasi muda untuk melakoni sejumlah pekerjaan paruh waktu, artinya ada tekanan ekonomi.
Selain itu, sebagaimana disebutkan dalam laporan The Big Shift: How Gen Z is Rewriting the Rules of Hourly Work oleh Deputy, gelombang pekerjaan ini dipengaruhi oleh perubahan demografi tenaga kerja serta kemajuan pesat dalam AI. Berikut adalah laporan lengkap dari Deputy, perusahaan software yang menyediakan solusi manajemen tenaga kerja.