Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi konflik kerja (pexels.com/Yan Krukau)
ilustrasi konflik kerja (pexels.com/Yan Krukau)

Dalam dunia kerja, peran seorang leader seharusnya jadi penyeimbang antara arahan dan kebebasan bagi tim. Namun, gak jarang ada situasi di mana leader terlalu mengekang, merasa harus ikut campur dalam setiap detail kecil pekerjaan. Kondisi ini dikenal sebagai overcontrol atau kepemimpinan yang terlalu mengatur. Bagi sebagian orang, mungkin terlihat seperti kepedulian, padahal justru bisa menurunkan produktivitas serta motivasi tim.

Fenomena ini sering terjadi di berbagai level, mulai dari startup hingga perusahaan besar. Efeknya pun gak main-main, mulai dari meningkatnya stres kerja, minimnya ruang untuk berinovasi, sampai hilangnya rasa percaya diri anggota tim. Nah, supaya lebih paham, yuk bahas beberapa penyebab leader overcontrol sekaligus cara menghadapinya biar suasana kerja tetap sehat dan produktif.

1. Kurangnya rasa percaya pada tim

ilustrasi pemimpin overcontrol (pexels.com/Yan Krukau)

Salah satu penyebab utama leader jadi overcontrol adalah kurangnya rasa percaya pada kemampuan tim. Mereka cenderung merasa hasil kerja gak akan maksimal kalau gak diawasi ketat. Hal ini biasanya berawal dari pengalaman buruk di masa lalu, misalnya pernah kecewa dengan performa anggota tim. Akhirnya, mereka menarik kesimpulan bahwa hanya dengan mengontrol secara detail semua pekerjaan, hasilnya bisa sesuai ekspektasi.

Namun, cara ini justru sering menimbulkan ketegangan. Anggota tim merasa ruang geraknya dibatasi, seakan-akan gak dianggap mampu mandiri. Akibatnya, muncul rasa frustrasi dan semangat kerja pun menurun drastis. Padahal, kalau leader memberi kepercayaan penuh, kemungkinan besar tim justru bisa menunjukkan kualitas terbaiknya.

2. Takut gagal dan terlalu perfeksionis

ilustrasi pemimpin overcontrol (pexels.com/MART PRODUCTION)

Ketakutan akan kegagalan juga jadi alasan kuat kenapa seorang leader memilih overcontrol. Mereka meyakini bahwa dengan mengawasi detail setiap langkah, potensi kesalahan bisa ditekan sekecil mungkin. Apalagi jika beban tanggung jawab yang diemban cukup besar, perasaan takut gagal itu semakin membesar. Sayangnya, pola pikir ini malah menghambat kelancaran kerja tim secara keseluruhan.

Sikap perfeksionis yang berlebihan juga membuat leader sulit melepas kendali. Setiap hal dianggap penting, bahkan detail kecil sekalipun, sehingga tim jadi kesulitan mengekspresikan kreativitas. Perasaan harus selalu sempurna justru menimbulkan stres kolektif yang bisa menurunkan produktivitas. Kalau dibiarkan, budaya kerja yang terbentuk akan terasa kaku dan gak ramah inovasi.

3. Kurangnya keterampilan delegasi

ilustrasi pemimpin overcontrol (pexels.com/Pavel Danilyuk)

Delegasi adalah seni dalam kepemimpinan, tapi gak semua leader menguasainya. Banyak yang masih merasa bahwa menyerahkan pekerjaan ke orang lain sama dengan kehilangan kontrol. Mereka khawatir hasilnya gak sesuai harapan, sehingga lebih memilih mengatur semuanya sendiri. Sikap ini membuat mereka terjebak dalam pola overcontrol yang melelahkan.

Akibat dari minimnya keterampilan delegasi adalah anggota tim kehilangan kesempatan berkembang. Mereka jadi terbiasa hanya menunggu arahan tanpa inisiatif, karena tahu setiap keputusan akan dipertanyakan. Lingkungan kerja pun terasa kurang dinamis, penuh dengan batasan, dan jauh dari suasana kolaboratif yang sehat. Padahal, delegasi yang baik bisa menumbuhkan rasa percaya sekaligus mempercepat progres kerja.

4. Tekanan dari atasan atau target perusahaan

ilustrasi pemimpin overcontrol (pexels.com/MART PRODUCTION)

Banyak leader yang overcontrol bukan semata karena sifat pribadinya, melainkan akibat tekanan dari atasan atau target perusahaan yang tinggi. Mereka merasa harus memastikan segala sesuatunya berjalan sesuai standar agar tidak menimbulkan masalah di kemudian hari. Tekanan ini menimbulkan rasa cemas berlebihan, sehingga leader memilih ikut campur dalam setiap detail pekerjaan. Dengan begitu, mereka merasa lebih aman karena bisa memantau langsung perkembangan.

Untuk menghadapinya, penting bagi tim untuk memahami posisi leader yang juga tertekan oleh ekspektasi dari atas. Komunikasi terbuka bisa jadi solusi, misalnya dengan memberikan update rutin agar leader merasa tenang tanpa harus selalu turun tangan. Selain itu, menunjukkan komitmen kerja melalui hasil yang konsisten juga membantu mengurangi kekhawatiran mereka. Dengan begitu, hubungan kerja bisa lebih seimbang dan tidak menimbulkan rasa tertekan berlebihan.

5. Pengalaman buruk di masa lalu

ilustrasi pemimpin overcontrol (pexels.com/Jonathan Borba)

Pengalaman masa lalu yang penuh dengan kegagalan atau kesalahan bisa membentuk pola overcontrol pada seorang leader. Mereka jadi merasa harus menghindari kejadian serupa dengan cara mengatur segala hal secara detail. Trauma ini membuat mereka kesulitan memberikan kepercayaan penuh pada tim, karena rasa takut gagal masih membekas kuat. Walaupun niatnya baik, efeknya justru membuat anggota tim gak nyaman.

Jika tidak disadari, pola ini bisa menciptakan budaya kerja yang penuh kecurigaan. Anggota tim akan merasa setiap langkah mereka diawasi ketat, padahal sebagian besar sudah bekerja dengan penuh tanggung jawab. Rasa tidak dipercaya itu lama-lama bisa menurunkan loyalitas, bahkan membuat orang memilih hengkang dari tim. Inilah mengapa pemahaman atas pengalaman buruk perlu dikelola dengan bijak, bukan dijadikan alasan untuk mengekang.

Overcontrol dari seorang leader bisa jadi refleksi dari rasa takut, kurang percaya, hingga tekanan dari luar yang gak disadari. Meskipun awalnya dimaksudkan untuk menjaga kualitas, dampaknya justru sering merugikan baik tim maupun perusahaan. Maka, penting bagi setiap orang untuk mengelola hubungan kerja dengan komunikasi yang sehat, saling percaya, dan pemahaman yang seimbang.

Dengan begitu, suasana kerja akan terasa lebih manusiawi dan produktif. Tim bisa berkembang sesuai potensi tanpa merasa dikekang. Sementara itu, leader pun tetap bisa menjalankan perannya tanpa harus terjebak dalam lingkaran kontrol berlebihan.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team