Ilustrasi ketidakbahagiaan (unsplash.com/jonasleupe)
Percaya gak, kadang anugerah dengan musibah itu cuma beda tipis? Seperti yang kamu alami. Satu sisi, berkat kerja kerasmu yang gak kenal waktu, kamu bisa mencapai prestasi puncak di kantor.
Tentu secara ekonomi, hidupmu juga menjadi gak kekurangan apa pun. Semua kebutuhan dari yang primer sampai tersier dengan mudahnya kamu penuhi. Namun rasanya, kamu gak juga sebahagia seharusnya.
Orang lain tentu gak habis pikir melihatmu. Kamu sudah punya segalanya, tetapi dari waktu ke waktu kamu malah terlihat makin tertekan. Raut wajahmu kusut, sekalinya tersenyum kelihatan sekali cuma keterpaksaan.
Dalam setiap obrolan dengan siapa pun, keluhanmu justru lebih panjang ketimbang keluhan orang-orang yang masih berjuang buat sekadar makan. Salah satu yang paling sering dikeluhkan ya rasa lelahmu baik secara fisik maupun psikis seperti dalam poin 4.
Bila sudah begini, seharusnya muncul pertanyaan kritis dalam benakmu. Apa yang sebenarnya sangat penting dalam hidupmu? Sebanyak mungkin uang atau uang secukupnya dan kemampuan untuk menikmati hidup?
Tentu saja artikel ini gak sedang mengajakmu untuk berubah menjadi pemalas. Tetaplah giat bekerja untuk mewujudkan keinginanmu dalam hidup, hanya saja jangan sampai lupa batasan. Setuju?