Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Ilustrasi seseorang sedang banyak pikiran (pexels.xom/Kaboompics.com)
Ilustrasi seseorang sedang banyak pikiran (pexels.xom/Kaboompics.com)

Intinya sih...

  • Menulis hal-hal yang membuatmu khawatir untuk fokus pada solusi dan bukan frustasi.

  • Buat pencapaian kecil tanpa pengorbanan untuk mengalihkan fokus dari kegagalan wawancara.

  • Ingat bahwa HRD adalah manusia biasa dan bayangkan sisi negatif jika kamu lolos dari interview.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Tak sedikit orang yang kesulitan untuk mengekspresikan diri mereka lewat kata-kata. Meskipun sudah mempersiapkan secara matang, rasa grogi sering kali membuat pikiran mendadak buyar. Proses wawancara yang harusnya sederhana pun berubah menjadi bencana. Sesi mengobrol yang hanya tiga puluh menit bisa membuat mereka kepikiran dan merasa menyesal seharian.

Setiap proses pendaftaran punya timeline yang berbeda-beda. Ada yang hanya butuh waktu sebentar untuk dinyatakan lolos atau tidak dan ada juga yang memakan waktu lama. Wawancara yang gak maksimal bisa bikin kamu kehilangan motivasi untuk melakukan apa pun. Yang ada di otakmu hanyalah kapan pengumuman akan diberikan. Sebelum tau hasilnya, pikiranmu seperti gak bisa tenang.

Menunggu memang aktivitas yang melelahkan. Tapi, sayangnya, tidak ada yang bisa kamu lakukan untuk mempercepat sebuah proses recruitment. Daripada pusing sendiri, berikut lima hal yang bisa bantu atasi overthinking yang kamu miliki.

1. Tuliskan hal-hal yang kamu khawatirkan

Ilustrasi pria bekerja (pexels.com/Tima Miroshnichenko)

Semua pertanyaan yang tidak punya jawaban cuma akan memenuhi pikiranmu. Apakah gambaran yang kamu berikan saat wawancara kurang jelas? Apakah ada gesture yang terlihat kurang sopan? Apakah waktu wawancara yang terlalu sebentar artinya buruk? Berbagai skenario "what if" bisa terus-menerus muncul jika kamu biarkan.

Daripada mengendap di pikiran, coba keluarkan overthinking-mu dalam bentuk tulisan. Perjelas lagi apa yang sebenarnya membuatmu takut dan khawatir, kemudian beri tanggapannya. Dari situ kamu jadi fokus ke solusi dan bukan hanya rasa frustasi. Karena akan terlihat mana yang bisa kamu atasi atau jadikan pelajaran dan mana yang gak bisa kamu apa-apakan. Bahkan, kalau kreatif, kamu bisa jadikan tulisanmu sebagai sebuah karya serius. Seperti Raditya Dika yang mengatakan kalau menulis adalah cara ia mengubah tragedi menjadi komedi.

2. Buat pencapaian kecil yang minim pengorbanan

Ilustrasi berkebun (pexels.com/Antoni Shkraba Studio)

Segera alihkan fokusmu ke hal lain. Coba paksa dirimu untuk melanjutkan hari sebagaimana mestinya. Selesaikan pekerjaan rumah yang sebelumnya kamu tunda. Jadwalkan ulang pertemuan yang semula kamu batalkan. Melakukan berbagai aktivitas lain membantu kamu untuk melihat bahwa hidupmu akan tetap baik-baik saja meski ada satu interview yang zonk. Masih ada banyak hal lain yang bisa kamu lakukan.

Gak harus melakukan self-reward yang memakan biaya. Mengeluarkan uang setelah "gagal" wawancara justru bisa menambah beban. Sudah kehilangan kesempatan, lalu ditambah kehilangan tabungan. Cukup cari aktifitas yang bisa ngasih kamu sensasi "berharga" secara instan tanpa banyak pengorbanan.

4. Ingat kalau HRD juga seorang manusia biasa

Ilustrasi proses wawancara (pexels.com/MART PRODUCTION)

Proses wawancara tetap punya unsur subjektifitas. Orang yang mewawancarai kamu juga manusia yang bisa melakukan kesalahan dan memakai perasaan. Percakapan yang kamu lakukan dengan HRD tetap lah dua arah: mereka menilai kamu dan kamu juga menilai mereka. Alasan kamu mendaftar memang karena menginginkan untuk diterima. Tapi, bukan berarti kamu gak bisa berubah pikiran di tengah jalan. Perlu kamu ingat kalau HRD mencari kandidat yang paling cocok, bukan hanya yang paling baik. Kalau akhirnya kamu ditolak, mungkin itu karena kamu gak cocok aja. It's their loss too untuk kehilangan kandidat sebaik kamu.

4. Bayangkan sisi negatif yang mungkin terjadi kalau kamu lolos

Ilustrasi kebingungan (unsplash.com/Jeremy)

Setiap kesempatan pasti ada konsekuensinya. Diterima kerja artinya kamu kehilangan waktu untuk bersantai. Mendapat beasiswa artinya kamu harus belajar lebih giat demi mempertahankannya. Coba pikirkan hal-hal "buruk" yang harus kamu hadapi jika kamu berhasil lolos dari tahapan interview yang telah kamu lakukan. Dengan begitu, kamu jadi tidak terlalu menginginkannya lagi. Karena gak ada "hal berharga" yang membuatmu sedih kalau gagal mendapatkannya. Sehingga tidak masalah kalau wawancaramu sebelumnya memang buruk. Ibaratnya seperti nothing to lose.

5. Lanjutkan rencana kamu selanjutnya: setelah gagal atau berhasil

Ilustrasi bekerja dengan laptop (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Hidupmu gak lantas berhenti hanya karena ada satu hal yang berjalan di luar rencana. Apa yang sudah terjadi biarlah berlalu. Tetap persiapkan langkah-langkah yang akan kamu tempuh selanjutnya. Kebutuhan apa yang kamu perlukan nanti saat lolos dan tidak lolos. Jangan diam saja sambil menunggu pengumuman keluar. Sibuk overthinking hanya akan membuang-buang waktumu.

Satu petuah yang penting untuk kamu ingat adalah bahwa rejekimu gak akan melewatkanmu. Bisa jadi kamu menginginkan sesuatu yang ternyata buruk bagimu. Atau bisa jadi versi dirimu sekarang masih belum siap untuk menerima hal yang kamu inginkan itu. Percaya bahwa semua yang telah terjadi memang sudah yang terbaik.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team