Serla Rusli selaku LinkedIn Career Expert. (IDN Times/Adyaning Raras)
LinkedIn merupakan jaringan profesional terbesar yang sudah ada sejak 20 tahun lalu. Setiap detiknya, ada 140 lamaran yang masuk dan enam orang yang dipekerjakan setiap menit melalui LinkedIn. Hal ini menjelaskan bahwa perusahaan dan pencari kerja perlu saling terhubung berdasarkan keahlian yang ingin dibangun atau mereka miliki, serta nilai-nilai bisnis apa yang ada di dalam perusahaan.
“Sebagai profesional, kita dihadapkan pada tantangan besar untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak terduga, menguasai tren yang sedang berkembang, serta terus belajar dan mengasah keterampilan baru,” kata Serla.
Bukan hanya platform pencarian kerja atau berjejaring, LinkedIn berkontribusi menciptakan peluang ekonomi dengan membantu anggotanya untuk selalu memperbaharui keterampilan mereka. Dengan satu miliar pengguna dan 67 juta perusahaan di platform ini, LinkedIn juga turut membantu merancang karier impian dan dunia kerja di masa depan yang didukung Generative AI.
Menurut Serla, percakapan soal AI di LinkedIn sejak Desember 2022 hingga September 2023, meningkat signifikan hingga 70 persen. Artinya, pengaruh teknologi ini gak main-main dalam sektor apa pun termasuk dunia kerja.
“Di pasar Asia Tenggara, termasuk Indonesia, lowongan pekerjaan yang menyebutkan AI atau AI Generatif meningkat dua kali lipat (2,4 kali) dari tahun 2021 hingga 2023. Selain itu, lowongan pekerjaan yang menyebutkan AI atau AI Generatif, juga mengalami peningkatan jumlah pelamar sebanyak 1,7 kali lipat di Asia Tenggara selama dua tahun terakhir dibandingkan dengan lowongan pekerjaan yang tidak menyebutkan keduanya,” sambungnya.
Peningkatan tersebut sejalan dengan penelitian terbaru LinkedIn yang mengungkapkan bahwa lebih dari 78 persen profesional di Indonesia, percaya akan adanya perubahan signifikan pada pekerjaan mereka di tahun depan karena AI. Adanya AI juga berimbas pada kecenderungan Gen Z dalam menghadapi disrupsi pekerjaan. Secara tidak langsung, AI mempermudah pekerjaan atau tugas-tugas Gen Z, tetapi akhirnya serba diotomatisasi oleh teknologi tersebut.
Namun, hal tersebut gak menghalangi Gen Z untuk tetap bisa berjejaring dengan profesional lain. Data LinkedIn menunjukkan bahwa 80 persen lebih Gen Z masih menggunakan laman karier dan13 persen lebih mencari peluang karier di LinkedIn daripada generasi sebelumnya.
Untuk menghadapi tren yang masif ini, para profesional di Indonesia perlu belajar dari berbagai sumber seperti mempererat relasi dari para pakar industri atau leader di LinkedIn.
Serla memaparkan, “Peningkatan jumlah lowongan pekerjaan yang menyebutkan AI juga menunjukkan naiknya permintaan akan talenta dengan keterampilan AI. Sementara itu, para profesional yang terus meningkatkan keterampilan, serta menyoroti keahlian mereka kepada pemberi kerja, akan mendapat kesempatan untuk mengembangkan karier mereka di era AI.”