ilustrasi penulis (dok. pexels.com/Monstera Production)
Suatu amanat dalam karya biasanya identik dengan karya-karya yang diciptakan untuk tujuan membawa propaganda tertentu. Jika ada perbedaan tafsir, tak jarang penulis terpantik untuk mengoreksi berdasakan niatan yang dipercayainya. Definisi karya harus mendidik juga dilandasi kacamata karya sebagai alat propaganda.
Memandang karya sebagai alat propaganda sebenarnya tak selalu buruk. Banyak karya hebat yang pernah lahir karena menyuarakan kritik pada penguasa zalim. Ada juga yang pernah memanfaatkannya sebagai pesan tersembunyi dalam sebuah perjuangan gerilya.
Bagi pembaca, hal tersebut bisa memudahkan orangtua memberi sugesti tertentu untuk mendidik anak mereka. Dengan menyeleksi karya sesuai idealisme, mereka bisa menjaga pemikiran si anak agar mengikuti jalur-jalur yang disiapkan. Hal yang sama sering dilakukan lembaga pendidikan sehingga buku-buku yang mereka sediakan cenderung punya pesan serupa dan memberikan gambaran-gambaran idealis.
Sebagai pembaca, penting juga menyadari bahwa tujuan propaganda tak selalu demi kebaikan. Dengan begitu, otak akan terbiasa mempertanyakan ulang suatu informasi dalam bahan bacaan agar tak mudah diperdaya. Membaca beragam buku dengan muatan pro-kontra bisa jadi opsi pelindung. Sebab telah terbukti dalam sejarah bahwa penjajah pun menggunakan kacamata demikian demi kepenting-kepentingan mereka untuk mempertahankan kekuasaan.