Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Ilustrasi wanita menggunakan kipas angin di kamar tidur
Ilustrasi wanita menggunakan kipas angin di kamar tidur (freepik.com/jcomp)

Intinya sih...

  • Ventilasi yang tidak memadai dapat membuat udara terperangkap, menyebabkan ruangan terasa berat dan pengap.

  • Kelembapan udara yang tinggi dapat membuat ruangan terasa gerah dan rawan ditumbuhi jamur, bakteri, dan tungau.

  • Beberapa material bangunan memiliki kemampuan menyerap panas dan melepasnya secara perlahan, sehingga membuat ruangan terasa lebih panas.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Setelah seharian beraktivitas, tentu kita pengin dapat kenyamanan ketika pulang ke rumah. Tapi, apa jadinya kalau kita justru mendapati udara di dalam rumah yang terasa panas, sumpek, dan gak bersahabat, bahkan ketika cuaca di luar lagi mendung? Kondisi semacam ini gak hanya mengganggu kenyamanan, tapi juga bisa pengaruh ke emosi, energi, dan kualitas tidurmu, lho!

Mengutip dari Better Homes & Gardens, kenyamanan udara dalam ruangan dipengaruhi oleh suhu, sirkulasi udara, dan kelembapan. Jika ketiganya gak seimbang, tubuh akan merespons dengan rasa gerah, lesu, bahkan stres ringan.

Lalu, apa saja penyebab hawa rumah terasa gerah?

1. Ventilasi gak memadai

ilustrasi kipas angin di dalam kamar (pexels.com/Dương Nhân)

Ventilasi itu ibarat “paru-paru” rumah yang fungsinya memasukkan udara segar dari luar dan membuang udara panas dan kelembapan dari dalam ruangan. Jadi kalau ventilasinya kurang memadai, maka udara panas, bau, atau uap yang dihasilkan akan terperangkap. Alhasil hawa ruangan jadi terasa berat dan pengap.

2. Kelembapan udara tinggi

ilustrasi suhu udara (freepik.com/Racool_Studio)

University of Pennsylvania EHRS dalam jurnalnya menyarankan kelembapan dalam ruangan agar berada pada kisaran 40–60% untuk kenyamanan. Ketika kelembapan melampaui batas ini, ruangan gak hanya terasa gerah, tapi juga rawan ditumbuhi jamur, bakteri, dan tungau.

Selain memang kelembapan udara di Indonesia yang tinggi, beberapa hal yang meningkatkan kelembapan seperti menjemur pakaian di dalam rumah dan banyaknya tanaman indoor namun tanpa pengaturan sirkulasi.

3. Material bangunan yang menyimpan panas

ilustrasi atap rumah (freepik.com/Wirestock)

Beberapa bahan bangunan punya kemampuan menyerap panas dan melepasnya secara perlahan selama malam hari. Rumah yang menggunakan atap seng atau galvalum tanpa insulasi, beton tebal dengan plafon rendah, atau dinding ekspos tanpa pelapis, cenderung terasa lebih panas.

Hal ini sejalan dengan temuan Science Direct yang menyebut bahwa permukaan atap logam dapat mencapai temperatur permukaan 45-50°C saat terik, sehingga akan berpengaruh terhadap suhu dalam ruangan.

4. Perabot terlalu banyak

ilustrasi sentuhan personal pada dekorasi rumah (pexels.com/Charlotte May)

Rumah yang penuh dengan barang atau jarak perabotannya terlalu rapat akan mengganggu sirkulasi udara. Akibatnya, sudut-sudut rumah terasa lebih lembap serta ruangan jadi cepat pengap. Alangkah lebih baik jika perabot ditata penempatannya biar gak menutupi ventilasi atau menghalangi pergerakan udara.

5. Panas tambahan dari perangkat elektronik

ilustrasi seseorang yang sedang bekerja dengan laptop (pexels.com/Kaboompics)

Laptop yang menyala, TV, kulkas, komputer, bahkan charger HP, semuanya memancarkan panas. Perangkat elektronik ini bisa meningkatkan suhu ruangan tergantung jumlah dan durasi penggunaannya. Semakin banyak perangkat yang aktif, maka akan semakin tinggi panas yang dilepas, akibatnya ruangan jadi makin gerah.

6. Warna cat dan jenis lampu

ilustrasi cat dinding anti jamur (pexels.com/Nataliya Vaitkevich)

Warna gelap pada dinding menyerap panas lebih banyak dibanding warna terang. Sama halnya pada lantai dan plafon. Selain itu, lampu pijar (lampu kuning lama) menghasilkan lebih banyak panas dibanding lampu LED modern. Karena itu, penggunaan warna terang pada interior lebih disarankan karena dapat membantu memantulkan cahaya dan mengurangi kenaikan suhu ruangan.

Rumah yang terasa gerah bukan hanya akibat dari cuaca panas. Rupanya ada banyak faktor yang memengaruhinya, mulai dari ventilasi hingga material bangunan. Jadi kalau akhir-akhir ini rumahmu terasa gerah, coba deh kroscek lagi. Karena rumah yang nyaman bukan sekadar rumah yang besar atau indah, tetapi rumah yang bisa bernafas bersama penghuninya.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team