Banjir kadang dipandang sebagai takdir alam, padahal banyak yang bermula dari kebiasaan kecil yang kita biarkan setiap hari. Air hujan sebenarnya hanya ingin mengalir dengan tenang, tetapi sampah-sampah nakal sering kali menutup jalannya tanpa ampun. Mulai dari plastik tipis sampai popok yang mengembang, semuanya punya andil dalam membuat aliran air tersendat. Nah, berikut berbagai jenis sampah yang paling gampang memicu banjir dan perlu kita waspadai bersama.
6 Jenis Sampah yang Paling Sering Jadi Dalang Terjadinya Banjir

Intinya sih...
Sampah plastik ringan seperti kresek dan kemasan makanan sering terlihat sepele, padahal justru merekalah yang paling mudah menyelinap ke saluran air.
Popok sekali pakai punya kemampuan menyerap air yang luar biasa, dan kemampuan itulah yang membuatnya jadi musuh utama drainase.
Kertas dan kardus mungkin terlihat cepat hancur, tetapi saat basah mereka berubah menjadi gumpalan berat yang mudah menyumbat aliran air.
1. Sampah plastik ringan
Sampah plastik ringan seperti kresek dan kemasan makanan sering terlihat sepele, padahal justru merekalah yang paling mudah menyelinap ke saluran air. Begitu masuk gorong-gorong, plastik kecil ini langsung menggumpal dan menutup ruang yang dibutuhkan air untuk lewat. Saat hujan deras datang, air pun tidak punya pilihan lain selain naik ke permukaan. Alhasil, genangan muncul lebih cepat daripada sempatnya kita mencari payung.
2. Pembalut, tisu, dan popok sekali pakai
Popok sekali pakai punya kemampuan menyerap air yang luar biasa, dan kemampuan itulah yang membuatnya jadi musuh utama drainase. Ketika dibuang sembarangan, popok akan mengembang seperti bantal kecil yang menutup penuh jalur air. Dalam waktu singkat, sumbatan pun terbentuk dan mengundang sampah lain untuk ikut menumpuk.
3. Sampah daun dan ranting
Daun dan ranting memang alami, tapi saat menumpuk di parit, mereka tetap jadi lawan berat bagi aliran air. Biasanya sampah organik ini bergabung dengan plastik dan kotoran lain, lantas membentuk gumpalan padat yang cepat sekali menyumbat. Di musim hujan, jumlahnya melonjak sebab angin dan arus membawa daun dari mana-mana. Akhirnya, sesuatu yang awalnya terlihat tidak berbahaya justru ikut berperan besar dalam memicu banjir.
4. Styrofoam
Styrofoam terkenal ringan dan susah terurai, sehingga ia gampang hanyut lalu mampir ke tempat-tempat sempit di saluran kota. Bentuknya yang kaku membuatnya gampang tersangkut dan membentuk penghalang yang sulit ditembus air. Lama-kelamaan, potongan styrofoam kecil-kecil ini berubah menjadi tumpukan besar yang menghalangi aliran. Kota yang banyak menghasilkan styrofoam pun jadi jauh lebih rawan banjir meski hujannya tidak terlalu deras.
5. Kemasan botol minuman PET
Botol plastik PET cenderung kokoh dan mengapung, jadi ia mudah tersangkut di tempat-tempat sempit dan menahan sampah lain di belakangnya. Bila jumlahnya banyak, botol-botol ini bekerja layaknya pagar yang menutup jalur air secara perlahan. Sampah lain kemudian menempel dan membesar hingga tak ada lagi ruang yang tersisa. Begitu hujan turun, air pun langsung naik ke jalan tanpa sempat lewat ke saluran.
6. Kertas atau kardus
Kertas dan kardus mungkin terlihat cepat hancur, tetapi saat basah mereka berubah menjadi gumpalan berat yang mudah menyumbat aliran air. Di saluran sempit, gumpalan ini menempel pada dinding parit dan menangkap sampah lain yang ikut terbawa arus. Semakin lama dibiarkan, tumpukan tersebut makin padat dan benar-benar menutup jalur air. Akibatnya, aliran tersendat dan banjir pun lebih cepat muncul meski hujannya tidak terlalu lama.
Tips menghindari sampah penyebab banjir
Menghindari sampah-sampah ini sebenarnya tidak sulit, asalkan kita mau konsisten melakukan kebiasaan kecil yang tepat. Pertama, biasakan membawa tas belanja sendiri untuk mengurangi penggunaan kresek sekali pakai yang mudah beterbangan dan masuk saluran air. Kedua, pastikan popok, pembalut, dan tisu selalu dibuang di tempatnya, jangan sekali pun dilempar ke selokan atau sungai karena jenis sampah ini cepat menyumbat. Ketiga, jangan biarkan daun dan ranting menumpuk di halaman, sapu secara rutin, lalu kumpulkan untuk dikomposkan atau dibuang dengan benar. Terakhir, pisahkan sampah plastik, kertas, botol PET, dan styrofoam untuk didaur ulang atau dikirim ke bank sampah, sehingga tidak ada yang berakhir di jalan air.
Mengelola sampah dengan benar adalah langkah kecil yang dampaknya sangat besar untuk lingkungan. Ketika saluran air bersih dari sumbatan, hujan lebat pun tidak terlalu menakutkan. Dengan kebiasaan sederhana ini, kita bisa ikut menjaga kota tetap nyaman dan aman.
Sumber Referensi :
Bayón, A., Valero, D., & Franca, M. J. (2024). Urban flood drifters (UFD): Identification, classification and characterisation. Journal of Flood Risk Management, 17(3), e13002.
Khamrin, T. (2016). Solid Waste Management as a Response to Urban Flood: Case study of Bangkok City. Naresuan University Engineering Journal, 11(1), 15-20.
Diniah, B. N. (2020). Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Dan Kebijakan Pengelolaan Sampah Popok Sekali Pakai Dengan Jumlah Timbulan Sampah Yang Dihasilkan Pada Anak Di Bawah 3 Tahun (Batita). Journal of Public Health Innovation, 1(1), 60-71.
Kanda, A. S., & Sari, C. P. (2024). Analisis permasalahan dan kebijakan penanggulangan sampah di daerah Pajajaran Kota Bandung. Sammajiva: Jurnal Penelitian Bisnis Dan Manajemen, 2(1), 61-69.
FRAKTAL, D. I. G. PERHITUNGAN DIMENSI FRACTAL BOXPORI SEBAGAI INOVASI RESAPAN PENANGGULANGAN BANJIR.