Rumah bukan sekadar bangunan fisik yang berdiri kokoh dengan dinding dan atap. Ia adalah ruang paling personal, tempat manusia merasa aman, diterima, dan memiliki. Di dalam rumah tersimpan cerita tentang keluarga, kenangan masa kecil, serta rutinitas sederhana yang memberi rasa tenang. Karena itu, rumah sering kali menjadi simbol kestabilan hidup dan titik awal bagi tumbuhnya harapan.
Namun, makna tersebut diuji ketika bencana datang dan menghancurkan rumah dalam hitungan detik. Kehilangan rumah bukan hanya kehilangan tempat berlindung, tetapi juga kehilangan rasa aman dan pijakan emosional. Dalam situasi pascabencana, rumah kemudian dimaknai kembali sebagai kebutuhan mendasar untuk memulihkan martabat, membangun kembali kehidupan, dan menyalakan harapan baru bagi para penyintas.
Setelah bencana, makna rumah bergeser dari sekadar bangunan fisik menjadi simbol ketahanan, pemulihan psikologis, dan titik awal baru, mencakup fungsi utama sebagai tempat perlindungan, fondasi kebersamaan, dan tempat membangun kembali kehidupan dan kenangan. Ini sering kali melalui proses rekonstruksi dan rehabilitasi untuk mendapatkan kembali rasa aman dan kenyamanan.
