Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi rumah
ilustrasi rumah (pexels.com/Luis Yanez)

Intinya sih...

  • Rumah adalah tempat yang memberikan perlindungan dan cerminan harkat dan martabat penghuninya

  • Hunian merupakan eksistensi diri manusia dan ruang yang memberikan rasa aman lahir batin, terutama untuk pemulihan psikis pasca bencana alam

  • Rumah setelah bencana bukan hanya tentang membangun kembali bangunan yang runtuh, tetapi juga tentang memulihkan harapan dan martabat manusia

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Rumah bukan sekadar bangunan fisik yang berdiri kokoh dengan dinding dan atap. Ia adalah ruang paling personal, tempat manusia merasa aman, diterima, dan memiliki. Di dalam rumah tersimpan cerita tentang keluarga, kenangan masa kecil, serta rutinitas sederhana yang memberi rasa tenang. Karena itu, rumah sering kali menjadi simbol kestabilan hidup dan titik awal bagi tumbuhnya harapan.

Namun, makna tersebut diuji ketika bencana datang dan menghancurkan rumah dalam hitungan detik. Kehilangan rumah bukan hanya kehilangan tempat berlindung, tetapi juga kehilangan rasa aman dan pijakan emosional. Dalam situasi pascabencana, rumah kemudian dimaknai kembali sebagai kebutuhan mendasar untuk memulihkan martabat, membangun kembali kehidupan, dan menyalakan harapan baru bagi para penyintas.

Setelah bencana, makna rumah bergeser dari sekadar bangunan fisik menjadi simbol ketahanan, pemulihan psikologis, dan titik awal baru, mencakup fungsi utama sebagai tempat perlindungan, fondasi kebersamaan, dan tempat membangun kembali kehidupan dan kenangan. Ini sering kali melalui proses rekonstruksi dan rehabilitasi untuk mendapatkan kembali rasa aman dan kenyamanan.

1. Pengertian rumah

ilustrasi rumah klasik modern satu lantai (pexels.com/Clay Elliot)

Dilansir Repository Institut Teknologi Sumatera, rumah adalah suatu tempat yang dapat memberikan perlindungan bagi penghuninya dari keadaan sekitar dan juga menjadi tempat istirahat setelah melakukan aktivitas (Suhar Madi, 1985). Menurut Hindarto (2007), rumah adalah wadah untuk penghuni melakukan segala kegiatan di dalam rumahnya dan disesuaikan dengan kecukupan ruang, sehingga kebutuhan ruang dan segala aktivitas dapat berjalan dengan lancar.

Sesuai dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan kawasan permukiman, pengertian rumah, perumahan, dan permukiman adalah sebagai berikut:

  1. Rumah ialah bangunan gedung yang berfungsi sebagai tempat tinggal yang layak huni, sarana pembinaan keluarga, cerminan harkat dan martabat penghuninya, serta aset bagi pemiliknya.

  2. Perumahan ialah kumpulan rumah sebagai bagian dari permukiman, baik perkotaan atau perdesaan yang dilengkapi dengan prasarana, sarana, dan utilitas umum sebagai hasil upaya pemenuhan rumah yang layak huni.

  3. Permukiman ialah bagian dari lingkungan hunian yang terdiri atas lebih dari satu satuan perumahan yang mempunyai prasarana, sarana, utilitas umum, serta mempunyai penunjang kegiatan fungsi lain di kawasan perkotaan atau perdesaan.

2. Makna filosofis hunian

ilustrasi rumah nenek (pexels.com/Juan Pablo Serrano)

Dilansir laman Universitas Katolik Santo Thomas, hunian merupakan sebuah wadah yang tidak sekedar menaungi manusia dari ancaman binatang buas maupun cuaca dan memenuhi kebutuhan fungsional semata, namun hunian merupakan eksistensi diri manusia dan ruang yang memberikan rasa aman lahir batin. Terutama untuk kondisi paska bencana, hunian juga merupakan media untuk mempercepat pemulihan psikis para korban bencana alam.

Dengan memahami hunian dari sudut pandang filosofis, para perencana dapat merumuskan kebutuhan hunian yang tidak sekadar berpatokan pada standar teknis, melainkan berorientasi pada kebutuhan mendasar penghuninya. Kebutuhan tersebut mencakup perlindungan dari gangguan lingkungan luar, baik secara fisik maupun psikologis, dengan tetap memperhatikan aspek sosial yang melekat di dalamnya.

Hunian mencerminkan hubungan manusia dengan semesta, menjadi batas antara manusia dan alam secara fisik maupun nonfisik, serta berperan dalam membentuk kondisi psikologis penghuninya. Hunian juga dapat dianalogikan sebagai tubuh manusia, di mana keberagaman bentuk hunian menjadi dialek dalam bahasa arsitektur, dan perwujudannya menunjukkan kesamaan cara manusia merespons ruang dan lingkungan sekitarnya.

3. Rumah sebagai fondasi untuk bangkit

ilustrasi rumah (pexels.com/Pixabay)

Rumah setelah bencana bukan hanya tentang membangun kembali bangunan yang runtuh, tetapi juga tentang memulihkan harapan dan martabat manusia. Rumah menjadi fondasi untuk bangkit, tempat memulai kembali rutinitas, memperbaiki relasi sosial, dan menata masa depan. Dengan memahami rumah sebagai lebih dari sekadar hunian, proses rekonstruksi pascabencana dapat menjadi lebih bermakna dan berkelanjutan.

Rumah adalah simbol kehidupan yang terus berjalan. Dari puing-puing bencana, rumah kembali dimaknai sebagai ruang aman lahir dan batin, tempat manusia belajar bertahan, beradaptasi, dan menumbuhkan harapan baru.

Rumah menjadi tempat di mana rasa aman, harapan, dan keberlanjutan hidup perlahan dibangun kembali. Dengan memandang rumah sebagai lebih dari sekadar hunian, proses rekonstruksi pascabencana diharapkan mampu menghadirkan ruang yang tidak hanya layak dihuni, tetapi juga mampu memulihkan psikis, memperkuat relasi sosial, dan memberi kesempatan bagi para penyintas untuk bangkit serta menata kembali masa depan dengan lebih bermakna.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team