Ilustrasi arsitektur hijau (pexels.com/Magda Ehlers)
Konsep green architecture bukanlah hal baru. Faktanya, arsitektur hijau yang dasar telah ada sejak zaman peradaban kuno. Tanpa kemudahan teknologi modern, peradaban ini harus bekerja dengan bumi untuk membangun bangunan yang layak huni.
Tanpa AC, bangunan harus dibangun dengan ventilasi alami untuk mengendalikan iklim dalam ruangan. Bangunan sengaja ditempatkan untuk memaksimalkan cahaya alami.
Namun seiring berjalannya waktu, teknologi semakin maju dan masyarakat berbondong-bondong pindah ke pusat kota, yang menyebabkan kurangnya fokus pada kehidupan di alam dan lebih banyak pada kenyamanan modern. Sayangnya, kenyamanan modern itu harus dibayar dengan harga mahal.
Konsumsi energi yang meningkat pesat, telah berdampak besar pada jejak karbon. Saat ini, seiring dengan semakin populernya gaya hidup berkelanjutan, filosofi desain hijau ini menjadi lebih umum dalam upaya memerangi perubahan iklim. Bangunan yang memenuhi tingkat efisiensi energi tertentu, disertifikasi oleh LEED (Leadership in Energy and Environmental Design) yang merupakan standar bangunan hijau yang digunakan di seluruh dunia.