Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Potret instalasi 'Trash Stratum' (2024), 'Buffy' (2024), dan 'The Owl, The Travellers and The Cement Drain' (2024), dalam pameran seni 'Seeing Forest' di SAM di Tanjong Pagar Distripark. (dok. Singapore Art Museum)

Intinya sih...

  • Pameran Seeing Forest karya seniman Singapura, Robert Zhao Renhui, dipamerkan di Singapore Art Museum (SAM) mulai 15 Januari sampai 18 Mei 2025.
  • Seeing Forest berhasil mendapat respons positif di Venesia dan menarik lebih dari 360.000 pengunjung, mempersembahkan kekayaan ekologi tersembunyi di Singapura.
  • Karya-karya Robert Zhao Renhui dalam Seeing Forest menampilkan keanekaragaman ekologi yang jarang terlihat di hutan sekunder Singapura.

Usai sukses dipamerkan dalam Pameran Seni Internasional ke-60 La Biennale di Venezia, Italia (Biennale Arte 2024) pada 17 April 2024 lalu, Seeing Forest sebuah mahakarya seniman asal Singapura, Robert Zhao Renhui akan kembali hadir di Singapura. Pameran ini digelar mulai 15 Januari sampai 18 Mei 2025 di Singapore Art Museum (SAM), di Galeri 3, Tanjong Pagar Distripark, sebagai bagian dari Singapore Art Week (SAW) 2025.

Selama dipamerkan di Venesia, Seeing Forest berhasil mendapat respons positif dari para penikmat seni hingga masyarakat sekitar. Tak hanya itu, pameran ini juga diketahui mampu menarik lebih dari 360.000 pengunjung dari berbagai negara sampai hari penutupan pada 24 November 2024. Secara garis besar, Seeing Forest mempersembahkan koleksi seni Robert Zhao Renhui yang menyoroti kekayaan ekologi tersembunyi di Singapura.

Terinspirasi dari eksplorasi mendalam Zhao Renhui terhadap hutan sekunder Singapura, melalui karya-karyanya, secara tidak langsung ia ingin mengajak para pengunjung untuk menyelami kehidupan hutan sekunder Singapura yang kerap kali diabaikan, sekaligus mengungkap sisi lain dari lanskap urban kota yang belum banyak diketahui. Lantas, seperti apa potret estetika Seeing Forest, mahakarya Robert Zhao Renhui yang akan ditampilan di SAM mendatang? Yuk, simak selengkapnya dalam artikel berikut!

1.'Seeing Forest' mengajak pengunjung untuk menemukan sisi lanskap urban kota yang belum banyak diketahui

Potret instalasi 'A Guide to a Secondary Forest of Singapore' (2024), dalam pameran seni 'Seeing Forest' di SAM di Tanjong Pagar Distripark. (dok. Singapore Art Museum)

Robert Zhao Renhui adalah seorang seniman interdisipliner yang sering mengeksplorasi hubungan kompleks antara alam dan budaya. Ketertarikannya pada beragam makhluk dan objek yang membentuk dunia, mendorongnya untuk menjelajahi lebih dalam alam sekitar guna mengetahui dan mengungkap lapisan tersembunyi di balik kehidupan alam, seperti keanekaragaman hayati, perubahan ekosistem, dan bagaimana alam menjadi saksi bisu dari berbagai transformasi.

Lewat mahakaryanya yang bertajuk Seeing Forest, ia ingin mengajak para pengunjung untuk menemukan sisi lanskap urban kota yang belum banyak diketahui. Adapun sisi lanskap urban kota yang dimaksud adalah hutan sekunder Singapura.

Di mana, hutan tersebut yang awalnya gundul akibat ulah tangan manusia, kini telah menemukan caranya sendiri untuk tumbuh subur kembali di tengah pesatnya pembangunan perkotaan. Secara keseluruhan, karya-karya Robert Zhao Renhui dalam Seeing Forest menampilkan berbagai cuplikan yang diambil dari eksplorasi mendalam sang seniman terhadap hutan sekunder yang berada di Bukit Panjang dan Gillman Barracks, Singapura.

Lewat penelitiannya yang dilakukan selama hampir satu dekade, ia menemukan bahwa ternyata di dalam hutan tersebut tersimpan keanekaragaman ekologi yang jarang terlihat, mulai dari Rusa Sambar yang dulu sempat dianggap punah, namun muncul kembali di padang rumput bagian Barat Singapura hingga burung Pipit Jepang yang tengah bermigrasi. Mereka berhenti sejenak untuk minum di saluran air di Gillman Forest.

2.Melalui pendekatan artistik seni visual, fotografi, instalasi, dan narasi, Robert Zhao Renhui menghadirkan kekayaan hutan sekunder di SAM

Potret instalasi 'Trash Stratum' (2024), dalam pameran seni 'Seeing Forest' di SAM di Tanjong Pagar Distripark. (dok. Singapore Art Museum)

Dalam pertunjukannya, Seeing Forest akan menampilkan kumpulan video dan instalasi pahatan yang dipresentasikan di Venesia. Melalui pendekatan artistik antara seni visual, fotografi, instalasi, dan narasi, Robert Zhao Renhui akan menyulap galeri SAM menjadi zona hutan yang penuh dengan suara, pemandangan, dan cerita mengenai kekayaan hutan sekunder di Singapura.

Pameran ini juga menggali bagaimana manusia memandang, memahami, dan memanfaatkan hutan, sering kali tanpa menyadari dampak atau konsekuensi yang ditimbulkan. Dengan menghadirkan pengalaman multi-dimensi, Robert Zhao Renhui mencoba mengajak para pengunjung untuk menemukan keajaiban hutan sekuder sekaligus merefleksikan bagaimana peran manusia dalam ekosistem dan hubungannya dengan alam bisa saling memengaruhi.

3.Terdapat tiga karya utama yang menjadi kunci dari pameran bergensi ini

Potret detail instalasi 'Trash Stratum' (2024), dalam pameran seni 'Seeing Forest' di SAM di Tanjong Pagar Distripark. (dok. Singapore Art Museum)

Sebagai salah satu pameran yang sukses digelar di Biennale Arte 2024, Seeing Forest memiliki tiga karya utama yang menjadi pusat perhatian sekaligus elemen penting dalam mewujudkan pameran secara keseluruhan. Ketiga karya utama tersebut di antaranya adalah instalasi Trash Stratum (2024), Buffy (2024), dan The Travellers and The Cement Drain (2024).

Ketika pengunjung memasuki ruangan, mereka akan disambut oleh instalasi video bertajuk Trash Stratum (2024), yang diperbesar untuk presentasi di Singapura. Instalasi ini memperlihatkan lemari unik yang terbuat dari kotak-kotak kayu yang ditumpuk sedemikian rupa hingga membentuk struktur dengan 15 layar.

Masing-masing layar menyiarkan berbagai rekaman hasil penelitian Robert Zhao Renhui tentang perkembangan ekosistem hutan sekunder usai ditinggalkan oleh para pekerja migran. Selain itu, layar tersebut juga menampilkan berbagai objek yang berhasil dikumpulkan oleh Robert Zhao Renhui selama berkunjung ke hutan sekunder dan menyuguhkan beragam koleksi foto arsip serta benda-benda yang diambil dari hutan.

Secara keseluruhan, instalasi ini menginterpretasikan tentang transformasi dan pemulihan hutan yang berlangsung secara terus menerus. Selanjutnya, pengunjung akan melihat instalasi kedua, yaitu The Owl, The Travellers and The Cement Drain (2024).

Mirip dengan instalasi sebelumnya, instalasi ini menghadirkan video dua saluran yang memperlihatkan rekaman visual hutan sekunder di Singapura, hasil dokumentasi sang seniman selama hampir satu dekade menjelajahi hutan tersebut. Momen ini diambil menggunakan lensa zoom, kamera penangkap gerak, dan kamera termal yang dipasangkan di hutan.

Dalam rekaman tersebut, ditunjukan bagaimana hutan sekunder menjadi tempat bagi elemen alami dan buatan manusia berinteraksi. Melalui instalasi ini, sang seniman seolah ingin mengungkapkan bahwa manusia dan alam memiliki ikatan yang begitu kuat dan mengingatkan kepada semua bahwa segala bentuk aktivitas manusia dapat berdampak luas terhadap lingkungan.

Setelah itu, di SAM, para pengunjung juga akan dibuat kagum dengan hadirnya sebuah instalasi yang memperlihatkan seekor burung hantu ikan bertajuk Buffy (2024). Perlu diketahui bahwa burung hantu ikan Buffy merupakan jenis burung hantu terbesar yang berasal dari Asia Tenggara. Burung hantu ini juga kerap dijumpai di kawasan hutan lebat dan cagar alam.

Pada instalasi tersebut, terlihat burung hantu ikan Buffy tampak membelakangi pengunjung. Karya tersebut memiliki makna bahwa alam mempunyai kecenderungan untuk menyembunyikan keberadaannya.

Dikarenakan galeri ini tidak memiliki jendela, alhasil para pengunjung pun akan bertanya-tanya ke mana burung hantu tersebut mengarahkan pandangannya. Namun, lagi-lagi, sang seniman ingin menyampaikan bahwa esensi sejati umumnya tidak mudah dipahami dan dimengerti.  

4.Pameran ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya peran ekologis hutan sekunder bagi kehidupan

Potret instalasi 'Buffy' (2024), dalam pameran seni 'Seeing Forest' di SAM di Tanjong Pagar Distripark. (dok. Singapore Art Museum)

Meskipun hutan sekunder di Singapura telah menjadi inti dari karya Robert Zhao Renhui selama hampir 10 tahun, tetapi kenyataannya hutan tersebut masih kerap diabaikan dan luput dari perhatian sebagian besar masyarakat. Padahal, sebagaimana hutan primer, hutan sekuder juga memiliki peran ekologis yang sangat penting bagi kehidupan manusia, khususnya yang tinggal di perkotaan.

Hal ini juga tercemin lewat karya Zhao yang ikut dipresentasikan bersama tiga karya utama dalam Seeing Forest. Karya tersebut bertajuk A Guide a Secondary Forest of Singapore (2024), yang menawarkan potret pohon besar beserta burung yang melintas di depannya.

Instalasi ini menyimpan makna khusus berdasarkan hasil eksplorasi dan penelitian sang seniman, di mana hutan baru (sekunder) akan muncul setelah hutan primer mengalami kehancuran yang biasanya disebabkan oleh aktivitas manusia, seperti pembukaan lahan. Karya ini juga mengajak para pengunjung agar lebih menghargai peran hutan sekunder sebagai bagian dari lingkungan hidup mereka.

5.Kembalinya 'Seeing Forest' jadi bukti kesuksesan seni Singapura sekaligus menegaskan posisinya sebagai pusat seni terkemuka di Asia Tenggara

Potret instalasi 'The Owl, The Travellers and The Cement Drain' (2024), dalam pameran seni 'Seeing Forest' di SAM di Tanjong Pagar Distripark. (dok. Singapore Art Museum)

Eugene Tan, Chief Executive Officer dan Direktur SAM, sangat bangga kepada Robert Zhao Renhui atas keberhasilannya mendapat pengakuan secara global lewat pameran seni di Biennale Arte 2024 dan membawa kembali mahakaryanya ke Singapura. Eugene Tan juga mengatakan bahwa pihaknya akan terus mendukung para seniman Singapura dan berusaha menghubungkan hasil karya mereka kepada publik.

“Sebagai salah satu seniman multidisiplin terkemuka dalam kancah seni kontemporer saat ini, Robert Zhao mendorong percakapan penting tentang dunia alam melalui karya-karyanya yang berakar dari penelitian ilmiah dan sentuhan imajinasi. Kami sangat senang dan tidak sabar untuk menampilkan presentasi Singapore Pavillion-nya kepada masyarakat, sekaligus melihat bagaimana Seeing Forest akan mengubah ruang SAM untuk SAW 2025," terang Eugene Tan, dalam keterangan rilis yang diterima IDN Times.

"Melalui kisah-kisah Zhao tentang hutan sekunder, kami mengundang semua orang untuk menata ulang ruang transisi ini dan mengungkap bagaimana sejarah perkotaan Singapura dapat saling terhubung dengan alam lewat cara yang tidak terduga,” imbuhnya.

Di sisi lain, Low Eng Teong, Chief Executive Officer NAC, Singapura, ikut menyampaikan rasa bangganya terhadap Robert Zhao Renhui. Sebab, melalui pameran Seeing Forest di Venice Biennable, banyak pengunjung dari berbagai belahan dunia berkesempatan untuk mengenal dan mengeksplorasi lanskap kota Singapura yang dinamis dan selalu berkembang.

“Dibuka bersamaan dengan SAW, kami sangat senang menyambut pameran ini kembali ke Singapura untuk merayakan komunitas yang dinamis dan mendorong kancah seni visual kami. Kembalinya, Seeing Forest menjadi bukti kesuksesan dan potensi seni kami serta pertumbuhan Singapura sebagai pusat seni terkemuka di Asia Tenggara,” pungkasnya.

Pameran Seeing Forest diselenggarakan mulai 15 Januari hingga 18 Mei 2025 di SAM di Tanjong Pagar Distripark. Kamu tidak hanya dapat menikmati karya-karya luar biasa seniman Robert Zhao Renhui, tetapi juga ikut serta melihat acara peluncuran buku seni pelengkap bertajuk "Seeing Forest Volume 2" dan menghadiri acara diskusi seniman yang menampilkan Robert Zhao Renhui bersama kurator Paviliun Singapura, Haeu Kim pada 18 Januari 2025.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team