The Memory Police karya Yoko Ogawa (instagram.com/harvillsecker)
Pada era kontemporer, Haruki Murakami disebut sebagai salah satu penulis Jepang yang prominen di kalangan pembaca global. Menurut tulisan Sou-Jie van Brunnersum untuk Deutsche-Welle, sang empu cerita meraih popularitasnya karena menawarkan sensasi eskapisme lewat kisah-kisah surealis dan filosofisnya.
David Pilling dari Financial Times menyoroti bagaimana Murakami berhasil memberikan perspektif alternatif bagi orang Jepang yang jenuh terhadap keseragaman di negara mereka. Haruki Murakami tidak sendiri, Ryu Murakami (From the Fatherland, with Love) menawarkan sensasi sama sembari memungkinkan pembaca global menerawang isu-isu sosial politik Jepang.
Tak sampai di situ, sastra Jepang juga diisi penulis-penulis kisah filosofis yang bersahaja. Sebut saja Toshikazu Kawaguchi (Before the Coffee Gets Cold), Genki Kawamura (If Cats Disappeared from the World), Durian Sukegawa (Sweet Bean Paste), Yōko Ogawa (The Memory Police), hingga Keigo Higashino (The Miracles of the Namiya General Store). Kehadiran penulis kisah bersahaja ini memperluas jangkauan novel Jepang. Tak hanya menyasar pembaca dewasa, pembaca muda (young adult) pun bisa menikmatinya.