Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi gender (unsplash.com/Tim Mossholder)

Indonesia sampai saat ini belum terlihat memiliki hilal untuk meresmikan sex education sebagai topik pembelajaran dalam pendidikan formalnya. Padahal, negara-negara tetangga lainnya, seperti Malaysia, Singapura, dan Filipina sudah menerapkan sex education dalam kurikulum pendidikan mereka.

Pendidikan seksualitas seharusnya diberikan sejak dini secara formal dan edukatif di sekolah sesuai tahap perkembangan anak. Meski dianggap belum penting, minimnya edukasi seks justru meningkatkan potensi generasi muda menjadi korban atau bahkan pelaku kekerasan seksual, lho!

Pendidikan seksualitas di Indonesia sampai saat ini masih banyak ditentang dan ditabukan oleh masyarakat di negara kita sendiri. Kira-kira apa saja ya alasan pendidikan seksualitas sulit diterapkan di Indonesia? Yuk, disimak!

1. Cara pandang yang belum bisa membedakan antara pornografi dan pendidikan seksualitas

ilustrasi orang tua dan anak (unsplash.com/Vitaly Gariev)

Sebagian besar masyarakat Indonesia masih menganggap pendidikan seksualitas sebagai konten negatif yang seolah-olah hanya membicarakan hal yang bersifat porno dan tidak pantas dibicarakan ke anak-anak. Padahal, pendidikan seksualitas pada anak dan remaja sangat penting dalam dalam menekan perilaku seks dini dan pergaulan bebas.

Pendidikan seksualitas memberikan pemahaman mendalam tentang cara kerja dan cara menjaga organ reproduksi serta konsekuensi yang dapat timbul dari hubungan seks.  Berbeda halnya dengan pornografi yang memamerkan konten eksploitasi organ reproduksi untuk meningkatkan gairah seksual dalam konteks negatif. Jadi, pada intinya, pendidikan seks dan pornografi merupakan dua hal yang tidak boleh disamakan.

2. Pendidikan seksualitas dianggap bertentangan dengan nilai-nilai agama dan budaya

Editorial Team

Tonton lebih seru di