Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Pria berkacamata memegang gelas dan berhadapan dengan laptop. (pexels.com/Mikhail Nilov)

Menulis skripsi memang susah-susah gampang. Saking sulitnya, banyak mahasiswa ingin fokus menyelesaikan skripsi tanpa gangguan. Padahal keputusan untuk lepas dari aktivitas penting lainnya selama skripsi tidaklah selalu tepat.

Godaan-godaan semacam menghabiskan waktu hanya di kamar atau kos untuk menyelesaikan skripsi secepatnya bisa berakhir jadi kesempatanmu untuk bermalas-malasan. Persepsi seperti itu hanyalah jebakan yang membuatmu kian tidak produktif.

Selain itu, persepsi apalagi yang malah membuatmu makin tidak produktif di masa sibuk skripsi? Yuk, simak ulasannya berikut ini!

1. Mengambil peran di organisasi hanya bikin sibuk dan tidak fokus

ilustrasi berdiskusi (pexels.com/Monstera)

Saat mulai dihadapkan dengan momen skripsi, pasti kamu berpikir sebaiknya berhenti untuk aktif di organisasi. Itu bukanlah keputusan yang tepat, guys!

Selesaikan tugasmu sebaik-baiknya lalu cobalah ke organisasi lain yang lebih mendekati kebutuhan pasca kampus. Tetaplah terlibat di organisasi karena itu membantu pikiranmu aktif dan penuh gagasan. Formula kebiasaan berpikir seperti itu juga cocok untuk menulis skripsi. 

2. Bermalas-malasan sebentar

ilustrasi merenung (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Nah, godaan yang satu ini biasanya memang menyerang hampir semua mahasiswa. Saat pikiran buntu dan bingung cara melanjutkannya, kamu pasti lebih memilih rebahan dan tidur. 

Tak jarang, banyak pejuang skripsi bermalas-malasan hingga bosan. Sama sekali tidak menyentuh tugas akhirnya maupun menemui dosen untuk konsultasi. Ini bisa terjadi jika kamu tidak punya kesibukan yang lain. Ada baiknya, aktivitas selingan kamu miliki agar tambah semangat dan produktif. 

3. Kesempatan untuk berfoya-foya

ilustrasi wanita berbelanja (pexels.com/bangunstockproduction)

Mengapa bisa demikian? Hal ini potensial terjadi saat kamu bingung mau ngapain setelah sejenak berhenti mengerjakan skripsi, demi sekadar istirahat ataupun malas karena bingung melanda. 

Di saat begini, biasanya kamu akan terserang lapar perut dan mata. Kamu jadi berkeinginan besar untuk memakan beragam cemilan atau mencoba makanan berat.

Kamu juga bisa jadi ingin cuci mata melihat-lihat model pakaian terbaru hingga outfit dan produk kosmetik. Di sinilah potensimu menghamburkan banyak uang karena kekhilafan. 

4. Tidak butuh aktivitas pengembangan diri

ilustrasi seorang wanita main gawai sembari berbaring (pexels.com/Ketut Subiyanto )

Nah, ini yang seringkali dilupakan oleh kebanyakan mahasiswa. Di momen kuliah seharusnya mereka sudah mulai menata masa depan di pasca kampus. Bukan malah baru menyiapkannya usai wisuda.

Di masa kuliah, kamu perlu belajar banyak hal sebelum memutuskan pilihan bidang yang ingin digeluti. Bukan di fase pasca kuliah karena dampaknya akan berbeda. 

Jika kamu sudah menemukan tempat untuk pengembangan diri dan kariermu sebelum lulus, jangan berhenti hanya karena kamu mulai menggarap skripsi. Kamu boleh berhenti sejenak jika sudah mendekati momen ujian. 

5. Refreshing sesering mungkin

ilustrasi wanita melihat pemandangan (pexels.com/Maria Tyutina)

Tidak ada yang salah dengan menyegarkan pikiran sejenak. Kamu bisa liburan ke suatu tempat, jalan-jalan sebentar, atau hangout bareng sahabat. Ini sangat bagus untuk mengembalikan semangatmu saat berhadapan dengan skripsi lagi. 

Beda masalahnya jika kamu berlebihan menggunakan waktumu untuk liburan. Berlebihan dalam arti kamu sampai melupakan kewajibanmu untuk lanjut menggarap skripsi. Kebanyakan refreshing jadi bikin tujuan awalmu melenceng. 

Jauhkan dirimu dari persepsi yang tidak tepat di masa sibuk skripsi. Tetaplah mengembangkan diri sekaligus menyelesaikan skripsi dengan baik. Semangat untuk semua pejuang skripsi!

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team