Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi mesin ketik (unsplash.com/jules a.)
ilustrasi mesin ketik (unsplash.com/jules a.)

Diksi itu ibarat penyedap rasa. Makin gurih rasanya, makin ketagihan pula yang membacanya. Sebaliknya, kalau diksimu kurang tepat, maka rasanya bisa saja hambar dan membosankan.

Tapi, bagaimana sih agar kamu tahu kalau tulisanmu sudah punya diksi-diksi yang tajam? Nah, simak lima tanda-tandanya di bawah ini ya.

1. Pembaca harus baca tulisanmu berkali-kali

ilustrasi pena dan tulisan (pexels.com/Pixabay)

Iya, benar sekali, pembaca tidak cukup hanya membaca tulisanmu untuk satu kali saja. Mereka butuh dua atau bahkan tiga kali lagi untuk puas membaca diksi-diksi yang kamu sajikan.

Bahkan mereka harus sampai bergumam, kalau tulisanmu itu punya karakter, beda dari yang lain, dan tentunya mengajak untuk berpikir lebih jauh. Diksi-diksi yang kamu sematkan sangat tepat, bikin pembaca ketagihan.

2. Kamu tidak asal pakai sinonim

ilustrasi tulisan (pixabay.com/Nile)

Pada dunia kepenulisan, sinonim hadir dan punya peranan penting dalam melahirkan sebuah karya yang menggoda. Tapi bukan berarti sinonim dapat di utak atik seenaknya. Tentu ada kaidah-kaidah yang mesti dipatuhi agar tone tulisan tidak lari ke mana-mana.

Nah, kamu tidak sembarangan menyisipkan sinonim pada barisan aksaramu. Kamu benar-benar paham akan konsep dari setiap kata yang kamu pilih. Misal, kamu tahu betul kapan menggunakan diksi "senyum" dan kapan harus menggantinya dengan "menyeringai" agar perasaan yang diperoleh pembaca lebih ngena.

3. Diksi-diksimu bisa membangun suasana

ilustrasi tulisan (pixabay.com/Pezibear)

Diksi yang tajam itu punya nyawa. Ia hadir tidak hanya sekadar kata-kata yang tergores pada kertas putih, lebih dari itu, ia mampu menghipnotis pembacanya. Seolah ia merasuki hati dan pikiran para pembaca.

Kemudian, tanpa sadar, air mata para pembaca menetes dengan sendirinya. Karena magisnya diksimu yang terlalu kuat. Kamu lihai meramu diksi. Kamu tahu kapan bermain dengan halus dan lembut, kapan harus bermetafora, dan kapan harus langsung to the point.

4. Kamu dapatkan komentar positif

ilustrasi tulisan (pixabay.com/jarmoluk)

Ini sih tidak diragukan lagi. Pembaca adalah penilai ulung dari tulisanmu. Kalau mereka merasa tulisanmu itu keren, mereka akan dengan suka rela mengatakan itu.

Ketika mereka merasa dekat dengan tulisanmu, mereka akan jujur dan terbuka kok. Itu sekaligus membuktikan, kalau karya-karyamu memang layak untuk diapresiasi. Selamat! Kamu cool abis!

5. Kamu sadar, diksi yang ciamik itu butuh effort

ilustrasi tulisan (pixabay.com/Ylanite)

Kamu sadar, tidak hanya dengan menemukan inspirasi, lalu diksimu langsung setajam silet. Tidak sesederhana itu. Kamu wajib untuk aktif melatih kreatifitasmu dengan terus membaca dan menulis. Karena dari situlah kepiawaianmu untuk menari-nari bersama diksi terasah dengan baik.

Dari konsistensi yang kamu pelihara setiap hari, kamu mampu menampilkan rangkaian diksi yang memukau, juga diksi yang menembus relung kalbu para pembaca. Hingga mereka tidak dapat lagi berkata-kata, karena terpaku pada decak kagum yang dibawa oleh karya-karyamu.

Kesimpulannya, punya diksi yang tajam itu bukan hanya soal gaya-gayaaan, tapi ia adalah perihal rasa yang ada di dalam dada. Makin peka dan lengket kamu sama kata, makin menggigit pula irama kalimat pada karya tulismu.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team