Di tengah dunia yang dibanjiri algoritma, kecerdasan buatan, dan berita instan, ada sekelompok pelajar yang memilih berhenti sejenak untuk berpikir, bukan sekadar cepat, tapi dalam. Mereka adalah para peserta 5th Critical Thinking Championship (CTC) 2025, ajang tahunan yang digelar di Perpustakaan Nasional Republik Indonesia, tempat ide dan logika bersentuhan dalam ruang penuh semangat muda.
“Berpikir kritis itu bukan hanya tentang akademik, tapi tentang bagaimana kita memahami dunia,” ujar Yudi Lesmana, Direktur PT Indonesia Intelektual Akademi (IIA).
Di sinilah, generasi Z diuji bukan dengan kecepatan mengetik, tapi ketajaman berpikir. Bukan dengan seberapa keras bicara, tapi seberapa dalam makna yang bisa disampaikan.