Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi mesin ketik (pexels.com/Ron Lach)

Masyarakat Indonesia, khususnya para pencinta buku, tentu tak lagi asing dengan istilah sastra. Sebenarnya kata sastra atau kesusastraan itu sendiri bermakna apa, sih?

Secara etimologis, sastra berasal dari bahasa Sanskerta yang artinya 'ilmu pengetahuan, saran, aturan, ajaran'. Kata ini juga diuraikan menjadi 'bahasa (kata-kata, gaya bahasa) yang dipakai dalam kitab-kitab (bukan bahasa sehari-hari)'.

Nah, melalui artikel kali ini, IDN Times Life akan membagikan beberapa kosakata bidang Sastra dalam KBBI yang kerap ditulis keliru. Kira-kira apa saja, nih?

1. Penulisan yang tepat untuk pernyataan padat dan ringkas tentang sikap hidup atau kebenaran umum adalah "aforisme", bukan "aporisma"

ilustrasi aforisme (pexels.com/Skylar Kang)

2. Perhatikan, ejaan yang sesuai menurut KBBI untuk suasana perasaan yang imajinatif adalah "atmosfer". Jangan tukar huruf "e" dengan "i", lho!

ilustrasi penulis (pexels.com/Ivan Samkov)

3. Tergabung dalam ragam klasik, kata "candra" bisa bermakna bulan ataupun sebangsa dewa. "Cendera" merupakan penulisan yang keliru, ya

ilustrasi candra (pexels.com/SevenStorm JUHASZIMRUS)

4. Penyelesaian (akhir) suatu drama, terutama drama klasik yang bersifat tragedi, merupakan definisi "katastrofe", bukan "katastrofi"

ilustrasi kebakaran hutan (pexels.com/Pixabay)

5. "Padah" merupakan teknik penyusunan peristiwa dan penjelasan dalam alur kisahan atau drama. Cermati, huruf kedua adalah "a", bukan "e"

ilustrasi mengetik (pexels.com/Startup Stock Photos)

6. Gunakanlah enam huruf ketika merujuk kepada gaya bahasa "satire". Hati-hati, "satir" adalah penulisan yang salah

ilustrasi menyatakan sindiran (pexels.com/Keira Burton)

7. Silsilah yang menggambarkan asal-usul naskah merupakan pengertian dari "stema". Menurut KBBI, "stemma" adalah bentuk tidak baku

ilustrasi naskah (pexels.com/Ron Lach)

8. Kata "tajuk" bisa diartikan sebagai judul, kepala surat (makalah, surat kabar, dan sebagainya). Teliti, pakai lima huruf, lho

ilustrasi surat kabar (pexels.com/Ingo Joseph)

9. Terakhir ada "tarikh" alias sinonim dari sejarah, tambo, atau riwayat. Kata "tawarikh" merupakan ejaan yang kurang tepat, nih

ilustrasi Parthenon (pexels.com/Spencer Davis)

Seluk-beluk bahasa Indonesia memang selalu menarik untuk diulas. Sebagai masyarakat Tanah Air yang sehari-hari berkomunikasi, baik lisan maupun tulisan, dengan bahasa Indonesia, tentu kita harus mencintai dan mempelajarinya.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team