Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi seseorang memberikan pendapat (pexels.com/Liza Summer)

Mendengarkan pendapat orang lain sering dianggap sebagai sikap terbuka dan dewasa. Tapi dalam praktiknya, tidak semua pendapat membawa nilai yang layak dijadikan bahan pertimbangan. Beberapa justru bisa membuatmu kehilangan arah, ragu dengan pilihan sendiri, atau merasa tak cukup baik hanya karena standar yang sebenarnya bukan milikmu. Di era media sosial, pendapat begitu mudah tersebar sering kali tanpa konteks, tanpa dasar, dan tanpa tanggung jawab.

Situasi ini menuntut kamu untuk lebih selektif dalam menyerap opini dari luar. Penting untuk membedakan mana suara yang layak kamu pertimbangkan dan mana yang sebaiknya kamu abaikan demi menjaga kesehatan mental dan tujuan hidupmu sendiri. Berikut lima alasan mengapa tidak semua orang patut didengar pendapatnya.

1. Sumber pendapat tidak memahami konteks hidupmu

ilustrasi memberikan pendapat (pexels.com/Yan Krukau)

Setiap orang membawa pengalaman, nilai, dan prioritas yang berbeda. Ketika seseorang memberi pendapat tentang hidupmu, sering kali mereka tidak tahu situasi yang kamu hadapi, seperti kondisi keluarga, tekanan pekerjaan, atau alasan dibalik keputusan yang sudah kamu ambil. Akibatnya, nasihat atau opini yang mereka berikan bisa sangat bias, bahkan keliru jika diterapkan ke dalam hidupmu.

Mendengar opini dari orang yang tidak memahami konteks bisa membuatmu merasa bersalah atas pilihan yang sebenarnya sudah kamu pikirkan dengan matang. Ketidaktepatan ini sering kali justru memunculkan keraguan, padahal kamu sendiri yang paling paham alasan di balik setiap langkah yang kamu ambil. Maka dari itu, pertimbangkan dulu apakah si pemberi pendapat benar-benar mengerti situasimu sebelum kamu memutuskan untuk menerima sarannya.

2. Pendapat dilandasi ego, bukan niat membantu

ilustrasi seseorang memberikan pendapat (pexels.com/Yan Krukau)

Tak semua orang memberi pendapat karena peduli. Ada kalanya pendapat muncul karena kebutuhan untuk merasa lebih tahu, merasa lebih tinggi, atau ingin menunjukkan dominasi. Pendapat semacam ini biasanya dikemas dalam bentuk yang terlihat seperti nasihat, tetapi isinya lebih bertujuan untuk menghakimi atau membandingkan.

Ketika kamu mengikuti opini yang didasari ego, kamu bisa kehilangan kepercayaan pada diri sendiri. Hal ini dapat memperbesar rasa tidak aman, terutama jika kamu sedang berada dalam fase rawan secara emosional. Bijak menyaring niat di balik sebuah pendapat membantu kamu terhindar dari manipulasi halus yang sering disamarkan dalam bentuk kepedulian.

3. Isi pendapat tidak relevan dengan tujuan hidupmu

ilustrasi seseorang memberikan pendapat (pexels.com/RDNE Stock project)

Setiap orang memiliki prioritas dan tujuan yang unik dalam hidup. Pendapat yang bertentangan dengan tujuan jangka panjangmu bisa menyesatkan, bahkan jika disampaikan oleh orang yang kamu hormati. Hanya karena seseorang sukses di jalurnya, bukan berarti semua sarannya cocok dengan perjalanan hidupmu yang berbeda arah.

Mengikuti pendapat yang tidak selaras dengan tujuanmu dapat membuatmu keluar jalur dan menyesal di kemudian hari. Mungkin kamu merasa sedang menyesuaikan diri, padahal sebenarnya kamu mengorbankan prinsip yang seharusnya kamu jaga. Evaluasi apakah pendapat yang datang benar-benar mendukung arah hidup yang kamu bangun, atau justru menyeretmu menjauh dari hal yang paling penting untukmu.

4. Gaya berpikir pemberi pendapat tidak logis atau ekstrem

ilustrasi seseorang memberikan pendapat (pexels.com/Budgeron Bach)

Beberapa orang terbiasa melihat dunia secara hitam putih, menyederhanakan masalah kompleks, atau berpikir dalam kerangka yang kaku. Ketika pendapat mereka didasarkan pada asumsi yang lemah, narasi ekstrem, atau logika yang cacat, dampaknya bisa berbahaya jika langsung kamu ikuti. Pendapat seperti ini sering muncul dengan nada meyakinkan, tapi sebenarnya kurang reflektif dan tidak realistis.

Menerima begitu saja pendapat yang tidak dilandasi cara berpikir rasional bisa membuatmu terjebak pada keputusan yang impulsif. Kamu bisa salah langkah hanya karena mempercayai seseorang yang terdengar yakin, padahal isinya tidak masuk akal. Berhati-hatilah pada pendapat yang terlalu menyederhanakan persoalan, seolah semua masalah bisa selesai hanya dengan satu pendekatan.

5. Pendapat berasal dari standar sosial yang bias dan menyesatkan

ilustrasi seseorang memberikan pendapat (pexels.com/Keira Burton)

Banyak pendapat yang lahir dari standar sosial yang sebenarnya tidak relevan bagi semua orang. Misalnya, tuntutan untuk sukses di usia tertentu, atau ekspektasi untuk hidup sesuai gambaran ideal versi media sosial. Ketika kamu menelan mentah-mentah pendapat semacam ini, kamu bisa terjebak dalam perlombaan yang bukan milikmu dan terus merasa tertinggal.

Standar sosial yang bias sering kali tidak memperhitungkan keragaman latar belakang dan kapasitas tiap individu. Jika kamu terlalu sering mengukur dirimu dengan tolok ukur yang tidak kamu pilih sendiri, kamu bisa kehilangan arah dan identitas. Maka penting untuk membedakan mana pendapat yang memang berguna untuk tumbuh, dan mana yang sekadar mencerminkan obsesi kolektif yang tidak sehat.

Mendengar pendapat memang bagian dari proses belajar, tapi bukan berarti semua suara layak kamu simpan dalam kepala. Tidak semua orang punya kapasitas, niat, atau pemahaman yang cukup untuk memberikan pandangan yang membangun. Dengan menyaring siapa yang kamu dengar, kamu menjaga ruang pikiran tetap jernih dan tidak mudah goyah oleh pengaruh luar yang tidak relevan. Pendapat boleh datang dari mana saja, tapi keputusan tetap milikmu sendiri.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team

EditorAtqo