TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Jurus Cerdas Nulis Buku Fiksi ala Ahmad Tohari Agar Dikenang Pembaca

Kalau mau menulis, melamunlah!

kabare.co

Ada banyak cara bagi sastrawan Ahmad Tohari untuk membangun kalimat-kalimat magis dalam bukunya agar enak dibaca, dalam ranah karya fiksi. Ia, yang seorang penulis buku-buku dengan judul kesohor, seperti Ronggeng Dukuh Paruk, Kubah, Lingkar Tanah Lingkar Air, dan Di Kaki Bukit Cibalak, merangkum formula menulis buku itu menjadi setidaknya lima poin.

Hal ini dikemukakannya di sebuah peluncuran buku di Ampera beberapa waktu lalu. Nah, kamu calon penulis hebat, bisa lho ikuti saran penulis kawakan ini.

1. Kalau mau menulis, melamunlah, berimajinasilah.

idwriters.com

Kira-kira begitulah petuah penulis kawakan yang pernah memperoleh penghargaan The Fellow of The University of Iowa itu. Menurutnya, menulis butuh imajinasi liar dan tingkat tinggi. Dan salah satu cara untuk mempertemukan pikiran dengan imajinasi adalah melamun.

Sewaktu melamun, orang akan memperoleh ide-ide yang tak biasa, yang kadang-kadang lebih “beringas” daripada ketika ia berada dalam kondisi normal. Namun, bukan berarti dengan sekonyong-konyon melamun, gagasan lantas menjadi begitu saja berkeliaran, dan pikiran menemukan konsep-konsep cemerlang.

Lamunan tersebut tetap harus dikontrol. “Melamunlah karena kita kurang berimajinasi. Kalau kita hanya mengandalkan logika dan intelektualitas, tak akan jadi,” tuturnya.

Baca juga: Bersyukurlah, 20 Kebaikan Ini Akan Kamu Dapatkan Jika Pacaran Sama Penulis

2. Peka terhadap gejala sosial.

IDN Times/Chicha

Penulis mau tak mau harus mencoba mengasah kepekaannya terhadap lingkungan. Sebab, cerita-cerita yang hidup itu mulanya berawal dari fakta yang ditemui di kanan-kiri. Ahmad Tohari sangat mengakuinya.

Dalam novel-novel yang ia tulis, banyak latar yang diberangkatkan dari sebuah kenyataan. “Yang saya tulis selalu dari kenyataan. Namun selebihnya adalah imajinasi,” katanya. Tanpa kepekaan, penulis tak akan memperoleh “rasa” yang bisa ia tuangkan dalam tulisannya.

Peka terhadap gejala sosial merupakan bekal utama seseorang untuk menjadi penulis berciri realisme, juga surealis. Tulisan-tulisannya akan memiliki atmosfer yang sangat dekat dengan kehidupan, serta bisa dipertanggungjawabkan secara moral.

3. Menggunakan kalimat logis.

goodreads.com

Deretan kalimat adalah bangunan utama sebuah wacana yang akan menjadi cerita. Maka itu, kalimat yang menjadi pokok terpenting harus memiliki keselarasan satu sama lain. Keselarasan muncul karena masing-masing kalimat bermuatan unsur logis dan bisa diterima oleh akal sehat manusia.

Kalimat tak akan bisa dicerna kalau tak dapat dinalar. Maka itu, penting mempertimbangkan perangkaian kalimat. Yang mempengaruhi logis atau tidaknya kalimat adalah pemilihan diksi dan kelengkapan fungsi.

Fungsi meliputi subjek, predikat, objek, dan lain sebagainya. Kalau dalam sebuah kalimat tak ada predikat atau subjeknya, maka kalimat itu berpotensi untuk menjadi bangunan yang tak logis.

4. Selain logis, kalimat yang anggun juga jadi bagian penting.

twitter.com

Apa itu kalimat yang anggun? Kalimat yang anggun adalah kalimat yang berima dan memiliki muatan diksi yang pas. Maka, dalam menulis, jangan pernah sungkan membuka kamus thesaurus untuk menemukan sinonim kata yang pas, supaya kalimat semakin terkesan merdu dibaca. Dan keanggunan kalimat ini bisa menggelitik secara estetis.

Ahmad Tohari selalu menggunakan kalimat anggun dalam menuangkan deskripsi. Dengan rinci dan detail, ia menceritakan suatu kejadian, menggambarkan tempat, atau mengisahkan suatu hal. Pun selalu menggunakan diksi-diksi yang tak umum, namun terbaca amat padu. “Pilihlah kosa kata yang sedikit berirama,” katanya.

Baca Juga: 20 Quotes Sastrawan Indonesia yang Bakal Mengubah Hidupmu Seketika

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya