Ilustrasi masyarakat Gorontalo melakukan tradisi Walima (dok. Pemprov Gorontalo/Nova)
Melansir laman resmi Pemprov Gorontalo, dalam tradisi ini masyarakat akan Walima di tempat yang disebut tolangga, yakni keranda tempat menata kue-kue tradisional. Biasanya tolangga terbuat dari bilah kayu atau bambu dengan bentuk menara, masjid, atau perahu.
Kue-kue tradisional seperti kolombengi, sukade, wapili, telur rebus diisi dalam plastik dan disusun menyesuaikan bentuk tolangga. Ini menggambarkan pola kehidupan masyarakat yang sebagian besar adalah nelayan.
Tapi karena zaman yang terus berkembang, membuat Walima sedikit mengalami modifikasi. Beberapa hiasan tolangga sekarang ada kopi saset, makanan ringan kemasan, mie instan, dan sebagainya.
Lalu di dalam tolangga ada toyopo, biasanya terbuat dari anyaman dari daun kelapa dibuat seperti loyang berbentuk bulat. Toyopo ini sebagai tempat untuk nasi kuning, ikan yang sudah dimasak, sambal, dan kue-kue basah lainnya.
Walima atau tolangga ini akan diarak dari rumah-rumah warga menuju masjid, tempat prosesi dikili sedang berlangsung. Tolangga menyatu dalam doa-doa sebagai bentuk syukur warga atas lahirnya nabi terakhir Muhammad SAW. Usai didoakan di masjid, Walima selanjutnya dibagikan kepada para pelantun dikili atau pezikir san masyarakat.
Jadi, apa itu tradisi Walima? Adalah tradisi masyarakat Gorontalo yang dilakukan setiap Maulid Nabi. Walima ini berisi kue-kue tradisional dan masakan khas masyarakat Gorontalo yang kemudian diarak serta didoakan.