Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi orang kaya (pexels.com/cottonbro studio)
ilustrasi orang kaya (pexels.com/cottonbro studio)

Intinya sih...

  • Robert Kiyosaki menekankan pentingnya literasi finansial sejak usia muda
  • Kiyosaki menolak pandangan konvensional tentang bekerja untuk gaji sebagai jalan menuju kekayaan
  • Pajak, korporasi, dan investasi adalah topik utama yang diungkapkan Kiyosaki dalam bukunya
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Dalam dunia literasi keuangan, nama Robert Kiyosaki tak asing lagi di telinga para pencari ilmu. Penulis buku best-seller “Rich Dad Poor Dad” ini mengungkapkan bahwa memperoleh uang merupakan sebuah ilmu yang tidak diajarkan di sekolah-sekolah. Sekolah mengajarkan kita untuk menjadi pekerja dan membangun karier, namun jarang sekali menyentuh esensi dari kebebasan finansial. Kiyosaki, yang berasal dari keluarga kelas menengah, berpendapat bahwa banyak orang diajarkan cara untuk ‘menjadi miskin’—bukan karena orang tua mereka tidak mencintai atau tidak ingin anak-anak mereka sukses, melainkan karena mereka sendiri tidak mendapatkan pendidikan tentang hal tersebut.

Kiyosaki menekankan bahwa kemiskinan serupa dengan genetika; ia dapat berpindah dari satu generasi ke generasi berikutnya. “Rich Dad Poor Dad” bukan sekadar buku tentang finansial, melainkan sebuah karya yang seharusnya dibaca sejak usia muda. Dari memahami bahwa ‘orang kaya tidak bekerja untuk uang’ hingga pentingnya literasi finansial, Kiyosaki membuka mata kita tentang bagaimana sikap dan pemahaman kita terhadap uang dapat menentukan arah masa depan kita. Penasaran bagaimana nasehat Robert Kiyosaki untuk menjadi kaya? Simak uraiannya berikut ini.

1.Orang kaya tidak bekerja untuk uang

ilustrasi orang bekerja untuk uang (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Dalam bukunya, Robert Kiyosaki mengungkap paradigma yang berbeda tentang bekerja dan kekayaan. Kiyosaki menolak pandangan konvensional bahwa bekerja keras untuk gaji adalah jalan menuju kekayaan. Sebaliknya, ia menekankan bahwa orang kaya memahami pentingnya menciptakan sumber pendapatan yang tidak bergantung pada waktu kerja mereka sendiri.

Kiyosaki menceritakan pengalaman masa kecilnya bersama temannya, Mike, yang ayahnya dijuluki sebagai 'Rich Dad'. Meskipun belum kaya dan hanya berpendidikan hingga kelas delapan, 'Rich Dad' memiliki bisnis yang sukses dan menawarkan untuk mengajari kedua anak tersebut tentang uang. Namun, bukan melalui ceramah di kelas, melainkan melalui pengalaman nyata bekerja di bisnisnya dengan upah yang sangat minim. Kiyosaki menyadari bahwa upah rendah tersebut bukanlah hambatan, melainkan pelajaran pertama dalam memahami bahwa orang kaya tidak bekerja untuk uang, tetapi belajar bagaimana uang dapat bekerja untuk mereka.

Dengan cara ini, 'Rich Dad' mengajarkan bahwa bekerja untuk gaji hanya akan menjebak seseorang dalam siklus yang tak berujung, yang Kiyosaki sebut sebagai 'rat race'. Alih-alih, orang kaya fokus pada pembangunan aset yang dapat menghasilkan pendapatan pasif, sehingga waktu mereka dapat digunakan untuk menciptakan lebih banyak kekayaan atau menikmati kehidupan. Ini adalah pelajaran mendasar yang Kiyosaki ingin sampaikan: kebebasan finansial datang ketika kita tidak lagi terikat oleh tuntutan waktu untuk menghasilkan uang.

2.Pentingnya literasi keuangan

ilustrasi literasi finansial (pexels.com/Clem Onojeghuo)

Dalam dunia yang serba cepat dan penuh dengan informasi, literasi keuangan menjadi kunci penting untuk mencapai kemandirian ekonomi. Robert Kiyosaki menekankan bahwa pemahaman tentang keuangan bukanlah sekadar pilihan, melainkan sebuah keharusan. Kiyosaki berargumen bahwa sistem pendidikan saat ini lebih banyak mengajarkan kita untuk menjadi pekerja daripada pemilik aset. Hal ini, menurutnya, menciptakan siklus kemiskinan yang terus berlanjut dari generasi ke generasi.

Kiyosaki mengungkapkan bahwa banyak orang terjebak dalam apa yang disebutnya "rat race" atau perlombaan tikus, di mana mereka bekerja keras hanya untuk membayar tagihan dan hutang tanpa pernah mencapai kebebasan finansial. Untuk mematahkan siklus ini, Kiyosaki menyarankan agar individu memfokuskan diri pada pembelian aset yang menghasilkan pendapatan, bukan hanya mengejar gaji yang lebih tinggi. Dengan demikian, literasi keuangan bukan hanya tentang mengelola uang, tetapi juga tentang bagaimana cara mengubah uang tersebut menjadi aset yang bekerja untuk kita.

Kiyosaki menantang pembaca untuk mengubah paradigma mereka tentang uang. Dia mengajak kita untuk tidak hanya bekerja demi uang, tetapi juga belajar bagaimana membuat uang bekerja untuk kita. Ini adalah pergeseran mindset yang fundamental, di mana kita diajak untuk menjadi investor cerdas dan pemilik bisnis, bukan sekadar karyawan. Kiyosaki percaya bahwa dengan meningkatkan literasi keuangan, seseorang dapat melihat peluang yang tidak terlihat oleh orang lain dan pada akhirnya mencapai kebebasan finansial.

3.Bangun bisnismu sendiri

ilustrasi bisnis (pexels.com/Quang Nguyen Vinh)

Robert Kiyosaki menekankan pentingnya memiliki bisnis sendiri. Dia mengilustrasikan hal ini melalui cerita Ray Kroc, pendiri McDonald's, yang menyatakan bahwa dia tidak berada dalam bisnis hamburger, melainkan dalam bisnis real estate. Kroc memahami bahwa lokasi dan tanah dari setiap franchise adalah faktor utama dalam kesuksesan bisnisnya. Saat ini, McDonald's merupakan pemilik tunggal real estate terbesar di dunia, dengan kepemilikan lokasi-lokasi strategis dan berharga di seluruh penjuru dunia.

Kiyosaki menyarankan agar kita tidak hanya bekerja untuk orang lain, tetapi juga membangun dan memiliki bisnis kita sendiri. Profesi seseorang mungkin sebagai banker, namun itu bukan berarti bisnisnya. Banyak orang bekerja keras untuk majikan, pemerintah, dan bank, namun tidak pernah benar-benar memperhatikan kolom aset mereka sendiri. Kiyosaki mengajarkan bahwa untuk menjadi kaya, kita harus fokus pada pembelian aset yang menghasilkan uang, bukan hanya mendapatkan gaji. Dengan memiliki bisnis sendiri, kita dapat mengontrol sumber kekayaan kita dan pada akhirnya mencapai kemandirian finansial.

4.Pajak dan kekuatan perusahaan

ilustrasi pajak (pexels.com/Nataliya Vaitkevich)

Dalam pandangan Robert Kiyosaki, pajak merupakan instrumen yang awalnya dirancang untuk membebani kaum kaya, namun pada akhirnya malah memberatkan kelas menengah. Sejarah pajak di Inggris dan Amerika menunjukkan bahwa pajak pendapatan yang semula hanya dikenakan kepada orang kaya, secara bertahap diperluas hingga menyentuh kelas menengah dan bawah. Kiyosaki mengungkapkan bahwa meskipun niat awalnya adalah untuk menghukum orang kaya, namun yang terjadi justru sebaliknya. Orang kaya, dengan memanfaatkan struktur hukum korporasi, berhasil menemukan celah untuk mengurangi beban pajak mereka.

Korporasi, yang populer sejak era kapal layar, menjadi kunci bagi orang kaya untuk mengelak dari pajak. Struktur hukum korporasi memberikan keuntungan signifikan bagi orang kaya karena korporasi dikenai tarif pajak yang lebih rendah dibandingkan individu. Kiyosaki menekankan bahwa kebanyakan orang kaya di dunia tidak membayar pajak atau hanya membayar sedikit, karena mereka memahami dan memanfaatkan struktur korporasi untuk keuntungan mereka. Ini adalah salah satu rahasia mengapa orang kaya semakin kaya, sementara kelas menengah dan bawah terus menanggung beban pajak yang lebih berat.

5.Investasi

ilustrasi investasi (pexels.com/cottonbro studio)

Dalam dunia investasi, Robert Kiyosaki menempatkan penekanan kuat pada pentingnya literasi finansial. Menurutnya, aset adalah kunci untuk memperoleh kekayaan. Aset, sebagaimana didefinisikan oleh Kiyosaki, adalah sumber daya yang secara konsisten menambahkan uang ke dalam kantong kita. Sebaliknya, liabilitas adalah sesuatu yang menguras uang dari kantong. Kiyosaki berpendapat bahwa untuk menjadi kaya, seseorang harus fokus pada pembelian aset dan menghindari liabilitas.

Kiyosaki juga menekankan bahwa rumah bukanlah aset, melainkan liabilitas, karena rumah tersebut mengeluarkan uang dari kantong melalui pajak dan pengeluaran lainnya. Oleh karena itu, ia menyarankan agar seseorang terlebih dahulu mengakumulasi aset yang dapat menghasilkan aliran kas untuk membayar rumah tersebut. Kiyosaki mendefinisikan kekayaan sebagai kemampuan seseorang untuk bertahan hidup tanpa bekerja, diukur dari aliran kas dari kolom aset dibandingkan dengan kolom pengeluaran. Ketika aset seseorang menghasilkan cukup pendapatan untuk menutupi pengeluarannya, orang tersebut dapat dianggap kaya.

Kiyosaki menegaskan bahwa literasi finansial adalah fondasi untuk membangun kekayaan. Ia menggunakan analogi sederhana untuk menjelaskan konsep aset dan liabilitas, yang seringkali disalahpahami oleh banyak orang. Dengan memahami perbedaan antara aset dan liabilitas, serta fokus pada pembelian aset, seseorang dapat menempuh jalan menuju kekayaan. Kiyosaki mengkritik pandangan umum yang menganggap rumah sebagai aset dan menyarankan agar individu memprioritaskan pembelian aset yang menghasilkan uang sebelum membeli rumah.

6.Bekerja untuk belajar

ilustrasi belajar (pexels.com/Tirachard Kumtanom)

Robert Kiyosaki menekankan pentingnya bekerja untuk belajar, bukan hanya untuk mendapatkan uang. Dalam pandangannya, pengalaman kerja yang beragam dapat membuka wawasan dan mengasah keterampilan yang esensial untuk kesuksesan finansial. Kiyosaki berpendapat bahwa banyak orang terjebak dalam pekerjaan yang hanya mengejar keamanan finansial jangka pendek tanpa mempertimbangkan pembelajaran jangka panjang yang dapat mereka peroleh.

Menurut Kiyosaki, bekerja di berbagai bidang dan mempelajari keterampilan baru adalah investasi dalam diri sendiri yang akan memberikan dividen di masa depan. Dia menyarankan agar seseorang tidak hanya fokus pada gaji dan manfaat yang diperoleh dari pekerjaan, tetapi juga pada pengetahuan dan pengalaman yang dapat diperoleh. Kiyosaki percaya bahwa dengan mengadopsi pendekatan ini, seseorang dapat menghindari perangkap menjadi terlalu spesialisasi dan tergantung pada satu bidang keahlian saja, yang pada akhirnya dapat membatasi potensi pertumbuhan finansial dan profesional mereka.

7.Mengatasi rintangan

ilustrasi anak ketakukan (pexels.com/Pixabay)

Robert Kiyosaki mengungkapkan empat rintangan utama yang sering menghalangi orang-orang dari mencapai kebebasan finansial. Rintangan pertama adalah ketakutan. Kiyosaki menekankan bahwa setiap orang memiliki ketakutan kehilangan uang, namun yang membedakan orang kaya dan miskin adalah cara mereka mengelola ketakutan tersebut. Orang kaya menghadapi ketakutan dengan tetap berada dalam permainan meskipun pernah mengalami kerugian, sementara orang miskin seringkali dikendalikan oleh ketakutan itu.

Rintangan kedua adalah sikap sinis. Kiyosaki berpendapat bahwa keraguan, baik dari diri sendiri maupun orang lain, dapat mencegah seseorang untuk bertindak. Sikap sinis membuat banyak orang melewatkan peluang karena mereka terlalu sibuk mengkritik daripada menganalisis. Kiyosaki menyarankan untuk selalu membuka mata dan melihat peluang yang terlewat oleh orang lain.

Rintangan ketiga adalah kemalasan. Menurut Kiyosaki, kemalasan bisa diatasi dengan sedikit keserakahan, yaitu keinginan untuk memiliki sesuatu yang lebih baik. Dia menyarankan untuk mengubah pola pikir dari 'Saya tidak mampu' menjadi 'Bagaimana saya bisa mampu?', yang akan mendorong otak untuk berpikir dan mencari solusi.

Rintangan keempat adalah kebiasaan buruk. Kiyosaki menggambarkan kebiasaan buruk seperti membayar orang lain terlebih dahulu dan diri sendiri terakhir, yang sering kali tidak meninggalkan apa-apa. Dia menekankan pentingnya membayar diri sendiri terlebih dahulu untuk memotivasi mencari sumber pendapatan lain dan menghindari jebakan kebiasaan buruk yang dapat menghambat keberhasilan finansial.

Dalam perjalanan menelusuri labirin keuangan, "Rich Dad Poor Dad" karya Robert Kiyosaki berdiri sebagai mercusuar pengetahuan yang menerangi jalan bagi mereka yang berani menantang norma-norma konvensional tentang uang dan investasi. Buku ini bukan hanya sekadar panduan finansial, melainkan sebuah revolusi cara berpikir yang mengajak kita untuk membebaskan diri dari belenggu mentalitas pekerja menjadi penguasa aset. Dengan menggali lebih dalam ke dalam pelajaran yang disampaikan, pembaca diajak untuk memahami bahwa kekayaan sejati bukanlah tentang berapa banyak uang yang kita peroleh, melainkan seberapa efektif kita mengelola dan membiarkan uang bekerja untuk kita. Kiyosaki, melalui kisah hidupnya yang inspiratif, telah membuktikan bahwa pendidikan finansial adalah kunci utama untuk mencapai kebebasan ekonomi dan meraih impian yang lebih besar dari sekadar gaji bulanan.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team