Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
soompi.com
soompi.com

SBMPTN (Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri) merupakan salah satu jalur bagi para calon mahasiswa di Perguruan Tinggi Negeri untuk menduduki salah satu kursi di program studi incarannya. Jalur ini diadakan setiap tahunnya setelah jalur SNMPTN (Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri).

Hanya saja namanya memang kerap bergonta-ganti pada periode tahun ajaran. Secara umum, mekanisme seleksi dalam jalur ini terbilang sama.

Nah, agaknya memang butuh persiapan matang untuk dinyatakan lulus SBMPTN, nih. Pasalnya, ratusan ribu peserta dari seluruh Indonesia juga mengerahkan segenap kemampuannya untuk berebut kursi di perguruan tinggi negeri idamannya.

Yuk, simak apa saja sih yang agaknya harus diwaspadai dalam SBMPTN 2018 ini?

1. Jadwal pendaftaran

Pixabay/paseidon

Hal ini tentunya adalah pertimbangan wajib yang tak boleh luput dari rencanamu. Selain itu, kamu juga harus awas dengan informasi-informasi tambahan lain yang bersifat conditional selama proses pendaftaran berlangsung. Rajin-rajin saja menyambangi laman resmi SBMPTN 2018 ataupun sosial medianya, ya.

Untuk SBMPTN 2018 ini terdiri atas UTBC (Ujian Tulis Berbasis Cetak) dan UTBK (Ujian Tulis Berbasis Komputer) yang jadwal pendaftarannya dimulai dari 5 April 2018 pukul 08.00 WIB hingga 27 April 2018 pukul 22.00 WIB. Nah, pendaftaran online UTBK akan ditutup apabila jumlah kuota pendaftar telah terpenuhi.

2. Wilayah pendaftaran

Pixabay/jarmoluk

Wilayah pendaftaran juga harus dipertimbangkan, nih. Ada empat wilayah pendaftaran yang tersedia di SBMPTN 2018 lengkap dengan daftar Perguruan Tinggi Negerinya masing-masing.

Jika peserta ujian memilih 2 atau 3 program studi, maka salah satu program studi tersebut harus berada di Perguruan Tinggi Negeri yang terletak dalam satu wilayah pendaftaran dengan tempat peserta mengikuti ujian. Kemudian, pilihan program studi yang lainnya boleh di Perguruan Tinggi Negeri yang berada di luar wilayah pendaftaran tempat peserta mengikuti ujian.

Nah, terdapat pengecualian bagi peserta ujian yang hanya memilih 1 program studi. Pasalnya, dia diperkenankan memilih program studi di Perguruan Tinggi Negeri mana saja di wilayah pendaftaran manapun.

3. Pilihan program studi

Pixabay/Wokandapix

Setiap peserta ujian diberikan kesempatan memilih maksimal 3 program studi baik untuk kelompok Saintek, Soshum, ataupun campuran keduanya. Nah, urutan dalam pemilihan program studi tersebut menyatakan prioritas pilihan, lho.

Oleh sebab itu, pertimbangkanlah dengan matang program studi mana yang paling kamu minati ataupun paling berpeluang bagimu untuk lulus. Bijaklah dalam mengurutkan pilihan 1 hingga pilihan 3, ya.

4. Materi ujian

adbays.com

Peserta ujian SBMPTN 2018 dibagi atas tiga kelompok yaitu kelompok Saintek, kelompok Soshum, dan Kelompok Campuran. Materi ujiannyapun didasarkan dari kelompok mana yang dipilih oleh peserta ujian.

Misalnya, peserta ujian dari kelompok Soshum akan mengikuti Tes Kemampuan Dasar Sosial dan Humaniora (TKD Soshum) terdiri atas mata uji Sosiologi, Sejarah, Geografi, dan Ekonomi. Peserta ujian dari kelompok Saintek akan mengikuti ujian berupa Tes Kemampuan Dasar Sains dan Teknologi (TKD Saintek) terdiri atas mata uji Matematika IPA, Biologi, Kimia, dan Fisika. Sedangkan kelompok campuran akan mengikuti keduanya.

Akan tetapi, untuk Tes Kemampuan dan Potensi Akademik (TKPA) yang terdiri atas mata uji Matematika Dasar, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, TPA Verbal, TPA Numerikal, dan TPA Figural akan diikuti oleh semua kelompok baik Saintek, Soshum, maupun Campuran.

Selain itu, program studi tertentu juga mengadakan Ujian Keterampilan, nih. Oleh sebab itu, pastikan kamu sudah membaca keterangannya ketika memilih program studi tersebut. Misalnya Ujian Keterampilan untuk program studi Tari dapat berupa Tes Tari Bentuk, Tes Kreativitas, Imitasi Gerak, serta Tes Pengetahuan dan Wawasan (dalam bentuk wawancara), Ujian Keterampilan untuk program studi Teater dan Seni Pertunjukan adalah Tes Praktik Pemeranan, Tes Gambar dan Penulisan Kreatif, serta Tes Pengetahuan dan Wawasan (dalam bentuk wawancara), hingga Ujian Keterampilan untuk program studi Olahraga seperti Tes Kesehatan dan Tes Keterampilan Motorik.

5. Passing Grade

Pexels/Lum3n.com

Passing Grade atau nilai ambang batas memang tidak mutlak menjadi patokan dalam kelulusan di SBMPTN. Akan tetapi, Passing Grade tersebut agaknya dapat dijadikan referensi untuk menakar tingkat keketatan dan capaian kompetensi yang harus diraih dalam perolehan skor SBMPTN.

Oleh sebab itu pula Passing Grade kerap digunakan sebagai bahan rujukan dalam mengurutkan program studi pilihan dalam SBMPTN. Urutkan program studi tersebut dari yang paling tinggi passig grade-nya.

6. Reputasi perguruan tinggi negeri

socialtables.com

Nah, reputasi perguruan tinggi negeri yang dipilih juga sangat patut menjadi bahan pertimbangan. Pasalnya, institusi yang memiliki reputasi yang bagus tentunya menghasilkan lulusan yang juga berkualitas. Apalagi jika kerjasama dengan institusi lain di lapangan kerja juga terjalin apik. Tentunya ini menjadi keuntungan tersendiri bagi para lulusan di perguruan tinggi negeri Tersebut.

Nah, kamu dapat menelusuri hal ini melalui website masing-masing Perguruan Tinggi Negeri, ataupun program studinya tanya-jawab dengan senior, hingga merujuk ke hasil akreditasi dari BAN-PT (Badan Akreditasi Nasional-Perguruan Tinggi).

7. Daya tampung dan peminat

biblioboard.com

Untuk melihat Daya Tampung dan Peminat program studi tersebut pada tahun lalu, kamu dapat mengunjungi laman resmi SBMPTN. Nah, agaknya kamu juga harus jeli membaca peluang untuk diterima di program studi incaranmu. Selain dari seberapa tinggi kisaran skor yang harus kamu capai, pertimbangkanlah juga tingkat kompetitifnya berdasarkan rasio antara daya tampung dan peminat program studi tersebut.

Misalnya, program studi A di Universitas B menyediakan daya tampung (pada tahun 2017) sebanyak 30 orang dan peminatnya pada tahun 2017 itu adalah 1.500 orang. Sehingga rasio untuk program studi tersebut adalah 1:50. Alhasil, satu orang harus sanggup mengalahkan 50 peserta lain untuk mendapatkan 1 kursi di program studi A di Universitas B tersebut. Tuh, tampak begitu kompetitif, ya!

8. Sistem penilaian dalam SBMPTN 2018

aminoapps.com

Dalam sistem lama, SBMPTN menggunakan penilaian skor empat apabila jawaban peserta adalah benar, minus satu apabila jawaban peserta adalah salah, dan yang tidak mengerjakan akan mendapat nilai nol. Nah, pada sistem penilaian SBMPTN 2018 ini peserta yang menjawab dengan benar akan mendapatkan skor 1, dan apabila menjawab dengan salah ataupun tidak mengerjakannya akan mendapatkan skor nol.

Kemudian, jawaban benar tersebut akan diolah menggunakan teori 'response butir' untuk menganalisis karakteristik setiap soal yang dibagi ke dalam tiga kategori (mudah, sedang, dan sulit). Hal ini pula yang kelak menghasilkan jumlah skor berbeda pada jawaban siswa sebab didasarkan pada tingkat kesulitan soalnya. Semakin susah soalnya maka skornya juga akan lebih tinggi.

Perubahan dalam sistem ini dianggap lebih fair dan sudah diterapkan di beberapa negara maju seperti Amerika Serikat dan di kawasan Eropa.

9. Stamina yang prima

itstechschool.com

Stamina yang prima juga harus disiapkan selain awas dengan ketentuan dalam registrasi SBMPTN, membekali diri dengan kompetensi mumpuni untuk ujian kelak, pertimbangan matang dalam menentukan program studi pilihan. Pasalnya, rutinitas belajar untuk memantapkan penguasan materi pastinya menguras pikiran, apalagi jika kamu juga harus bolak-balik ke tempat Bimbingan Belakar.

Alhasil, energi pun cukup terkuras. Tak ayal stamina menjadi rentan melemah. Nah, hal ini pula yang harus diwaspadai sebab kondisi tubuhmu harus benar bugar ketika ujian berlangsung supaya dapat mengerjakan ujian dengan lancar. Oleh sebab itu, jaga kesehatan dengan baik, ya.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team